Pengalaman Workshop Batik Tulis di JShibori Binjai

Pengalaman Workshop Batik Tulis di JShibori Binjai
Gambar 1. Pengalaman Workshop Batik Tulis di JShibori Binjai

Kamis, 30 Januari 2025 kami belajar batik tulis di JShibori. Pengalaman berharga yang tak terlupakan dan merupakan sebuah tempat pengembangan diri supaya lebih berani lagi menapaki dunia perbatikan.

Salah satu warisan budaya Indonesia yang terkenal adalah batik. Sebagai etnis Jawa yang lahir di Sumatera. Logat terkadang mengikuti tempat tinggal dan perasaan acap kali senang jantung setiap hari. Namun ini bukanlah yang demikan. Modernisasi membuat kita selalu bangga apabila mengikuti tren kekinian. Sehingga warisan budaya tanpa disadari terlupa dari bagian diri kita.

Batik dikenal dengan coraknya yang begitu indah dan dikenal mahal. Ternyata batik selama ini memiliki ciri khas di daerah masing-masing. Tidak hanya di pulau Jawa belaka. Namun di pulau Sumatera ada batik yang terkenal disebut lebah bergantung.

Atas izin Allah Swt saya berhasil mengikuti Workshop yang diadakan oleh JShibori. Jauhnya rumah saya dengan tempat tinggal beliau pun tidak menjadikan patah arang. Musafir ilmi seperti saya ini menjadikan setiap perjalanannya menjadi berkah dan berkesan. Bertemu dengan orang-orang pilihan, begitulah adanya.

Batik Bukan Hanya Sekedar Hasil Belaka

Bagi saya, cara membatik sama seperti cara memasak. Kita butuh kesabaran dan kepekaan untuk membuat hasilnya begitu sangat indah. Goresannya memiliki seribu makna bahwa untuk mendapatkan sesuatu yang indah dibutuhkan namanya kesabaran. Bahkan yang namanya ekstra kesabaran akan mencerminkan hasil yang begitu indah.

Belajar Mandiri yang Akhirnya Berkolaborasi

Saya sungguh tidak tahu apa yang sebenarnya sedang Allah Swt siapkan untuk saya. Namun bertemu teman-teman yang lain dan bersinggungan profesi membuat saya melihat beragam keindahan. Ada si paling penyabar walaupun berlawanan jenis. Masyaa Allah, baru kali ini saya melihat orang yang tertarik dengan seni lukis, tapi kesabarannya seolah seluas samudera.

Kejab, saya berpikir terlebih dahulu. Apakah benar orang yang tertarik dengan seni adalah orang yang penyabar? Sama seperti ayah saya yang katanya terkenal penyabar. Namanya Pak Dana, logatnya lembut dan sabar. Ah, saya tak bertanya pula ia suku apa. Berbeda dengan saya bawaanya tak sabar kalau berbicara. Jauh dari kata lemah lembut. Padahal hal itulah yang harusnya saya praktikkan di dalam rumah. Bukannya mode serampang dua belas.

Pertama kali menulis dari atas kanvas tidak membuat saya berani. Kalau di kertas saya sangat berani, apalagi kalau ada penghapusnya. Sayangnya di sana tidak ada penghapus hingga membuat saya membuat jiplakan saja. Alih-alih mengimajinasikan ini mau membuat model apa ya. Namun ketika ada ruang kosong, saya meminta bantuan kepada Pak Dana membuat skesta tambahan di atas kain saya. Wow, dia ternyata mampu mengisi ruang kosong.

Ada Ibu Aisyah yang pantang menyerah. Usianya yang telah lanjut tidak pula membuatnya berpatah arang dalam belajar. Meskipun baru belajar, Ibu Aisyah akhirnya bisa menyelesaikannya hingga akhir. Walaupun di pertengahan beliau sempat mengatakan, “kayaknya nanti aja deh di rumah dilanjutin lagi.”

Proses Mencanting
Gambar 2. Proses Mencanting

Ada Kak Gita, Ibu penyabar nan lembut dengan anaknya. Kak Gita memilih mode yang kecil dengan goresan titik-titik. Meskipun ia sempat ketinggalan teknik mencantingnya, tapi tak menyurutkan konsentrasinya dalam mencanting. Sementara kami sudah pada mewarnai nih. Tutur katanya pada anaknya sangatlah lembut. Masyaa Allah, ini sungguh sangat menginspirasi saya sekali untuk tidak marah-marah pada anak kecil yang sekitaran usia tujuh tahunan.

Jiwa Seni Potensi Diri

Semenjak usia dua belas tahun saya memang sering membuat sketsa anak-anak. Waktu itu saya menyukai kartun. Sementara kalau libur saya memasang target untuk membuat satu gambar. Ah, barangkali bisa saya jelaskan di segmen selanjutnya tentang potensi bakat mana yang dulu pernah ada, tapi tak lanjut. Sekali lagi, bersamaan dengan mereka membuat keinginan saya dalam mendalami potensi diri. Yah, hasilnya juga enggak jelek-jelek amat untuk tingkatan pemula.

Didampingi Coach Kak Akbari dan Kak Dina

Saya suka dengan kedua coach ini. Kak Akbari (adik Kak Dina) memperkenalkan dengan sabar bahwa teknik mencanting ini begini loh dan diperkenalkan pula ada corak-coraknya. Sehingga saya memiliki kesimpulan bahwa di setiap daerah memiliki ciri khas masing-masing. Mereka juga memperkenalkan siapa gurunya yang mengajari mereka, yaitu Ibu Evi. Wuah, jadi penasaran nih orangnya yang mana. Katanya, beliau hanya melihat saja tahu ini itu yang bagaimana ya.

“Katanya nih, belajar ngebatik tulis ini merupakan salah satu cara terapi untuk orang yang berada di rumah sakit Jiwa,” ucap kak Akbari dan saya sangat setuju sekali. Sebab selama proses pengerjaan membuat kita bisa berbicara pada diri sendiri dalam diam dan hati-hati dengan sentuhan kehangatan dari malam  yang bisa panas di tangan.

Kak Dina sosok tegas dan murah hati. Bayangin dong, beliau sempat berujar kepada kami. “Kalau teknik mewarnai itu sendiri-sendiri ya.” Nah itu, beliau mendorong kami untuk berusaha percaya diri dengan karya yang kami punya. Sebagai sosok yang bolak-balik selalu gagal. Maka saya pun memberikan sugesti pada diri, “enggak apa-apa loh kalau nggak bagus. Biasanya yang pertama juga selalu dimaafkan.”

Proses mewarnai dengan remasol
Gambar 3. Proses mewarnai dengan remasol

Kak Dina memiliki prinsip sosok coach yang emang benar-benar menjaga kualitas. “Saya sebelum buat kelas, belajar dulu setahun enggak main langsung mengajarkan orang begitu saja. Enggak seperti yang lain mungkin ada yang baru belajar sekali dua kali langsung buat kelas.” Wuah mantap betul nih dengan prinsipnya Kak Dina yang mengajarkan saya bahwa ilmu diajarkan pada orang lain spesial ini loh mempersiapkannya. Pengalaman pastilah membuat kita akan menemukan berbagai masalah, hingga mudah mengatasinya bagaimana. Mulai dari pertama kali belajar hingga menemukan sosok yang seperti ini.

Makan Siang Ayam Penyet

Harga kelas di sini bagi saya terjangkau. Yap, enggak sampai 100 ribuan bagi saya sudah sangat menyenangkan sekali. Pada kelas ini disediakan pula makan siang ayam penyet yang seharga 15 ribuan. Rasanya maknyus mantul (mantap betul) nasi kuning lagi. Gara-gara makan di sini, saya sedang mikir ini nanti di rumah saya mau buat nasi kuning. Kayaknya keren nambah ilmu pengetahuan dan pengalaman. Kan ingin menjadi sosok yang serba bisa mau di mana pun kondisinya. Enggak diragukan lagi pelayanan dari segi makanan masyaa Allah top cer deh.

Gambar 4. Pengeringan Warna
Gambar 4. Pengeringan Warna

Tutorial Ngebatik

Alat dan Bahan

1. Kain Prima atau kain Mori (Lebih bagus kain prima) Jahit pinggir bila ingin membuat sapu tangan.

2. Malam (Lilin Batik dalam bentuk bongkahan)

3. Kompor induksi (kompor biasa juga bisa yang penting panas)

4. Canting

5. Water Glass (Pengunci Warna)

6. Pewarna remasol

7. Air untuk merebus dan air dingin

8. Kompor

Cara Membuat

1. Buatlah sketsa dengan pensil di atas kain prima. Boleh pakai cetakan, boleh pakai gambar sendiri, bebas sesuai dengan keinginan.

2. Cantingkan sketsa (sebab nanti sketsa menjadi warna putih) dengan malam. Tarik garisnya hanya sekali, kemudian timbal balik mencantingnya. Hal ini dilakukan supaya menutupi garis batik yang sudah dibuat.

3. Gunakan pewarna campuran water glass perbandingan 1:1. Misalnya 500 gram water glass dengan 500 ml air. Beli toko kimia ada.

4. Berikan warna basic remasol (hitam, merah, kuning, biru)

5. Remasolnya merupakan pelarut water glass. Jadi, jika warnanya terlalu pekat bisa tambahkan air water glass tadi (si pengunci warna) untuk mendapatkan warna yang lebih muda.

6. Kemudian keringkan dulu kainnya di bawah sinar  Matahari. Bisa didiamkan dulu semalaman, tapi kalau media sapu tangan bentar saja sudah oke nih. Asalkan kering bisa langsung dieksekusi.

7. Setelah kering, celupkan ke dalam air yang mendidih untuk melelehkan Malam (lilin Ngebatik) dan segera celupkan ke air dingin supaya lilinnya cepat merotol kemudian cuci bersih di air mengalir.

8. Setelah terbentuk corak indah, keringkan dan kain batik tulis siap digunakan.

Gambar 5. Peluruhan Malam
Gambar 5. Peluruhan Malam

HYB Kelas JShibori

Lalu bagaimana jika teman-teman yang lainnya ingin belajar ngebatik. Bagi saya yang tipe suka gerak (kinestetik) ini akan lebih mengerti lagi ketika sudah dipraktekkan bersama. Nah, Kak Dina membuka kelas nih. Beliau bersedia dipanggil apabila ada siswanya minimal 20 orang. Alat dan Bahan semuanya dari beliau. Kita tinggal menyediakan orangnya saja yang ingin dilatih dan biaya pendaftarannya nih untuk mengganti alat dan bahan, serta persiapan apa saja yang diperlukan. Kalau bagi saya 65k di zaman yang sekarang ini sangat terjangkau sekali.

Oh, iya. Katanya setiap sebulan sekali insyaa Allah akan dirutinkan membuat kelas nih. Ilmu beliau bukan hanya sekedar ngebatik doang loh, tapi ada yang lainnya. Seperti pembuatan sabun mandi dan lip balm, ekoprint, dan masih banyak lagi. Terus pantengin deh media sosialnya beliau ini. Tentunya sangat bermanfaat sekali bagi kehidupan.

Gambar 6. Foto Bersama Peserta Ngebatik
Gambar 6. Foto Bersama Peserta Ngebatik

Bonus Setitik Emas Murni 24 karat serga 24k

Kak Dina menyampaikan bahwa khusus untuk yang belajar batik tulis akan diberikan setitik emas nih dari beliau. Qadarullah bukan hanya emas dan sapu tangan saja yang bisa dibawa pulang. Kak Dina kebetulan ada rezeki memberikan kami mentimun. Masyaa Allah, sungguh murah hati sekali kak Dina yang sudah memberikan ilmunya dan pelayanan terbaiknya.

 

 

Review Buku Kisah-Kisah Sunnah

                              Gambar 1. Cover depan buku Kisah-Kisah Sunnah

Sesungguhnya kita pun memang harus sering-sering diingatkan pekara hidup ini. Namanya juga hidup, kalau bisa pun kita selalu diingatkan setiap hari. Itulah yang selalu saya tekankan dalam hidup,

Kadang melalui kajian secara daring yang bisa saya putar setiap hari, melihat konten yang baik-baik, mengeliliing diri saya dengan teman-teman baik, dan yang paling disukai adalah membaca buku.

Semoga suatu hari nanti saya bisa membangun Perpustakaan Islami benaran. Yah, sedikit-sedikit saja dulu koleksinya saya miliki. Nah, kali ini saya punya koleksinya dengan membeli buku yang menurut saya sukai secara cover dan judul dengan setengah harga normal.

Identitas Buku

Judul Buku           : Kisah-Kisah Sunnah

Penulis                   : Dr. Ahmad Umar Hasyim

Penerbit                : PT Qaf Media Kreatif

Jumlah Halaman   : 483

Tahun Terbit          : Cetakan I, Oktober 2021

ISBN                     : 978-623-6219-08-9

Kategori                : Kisah Islami

Review Pengalaman Membaca Pertama Kali Buku Tebal

Isi buku Kisah-Kisah Sunnah
Gambar 2. Isi buku Kisah-Kisah Sunnah

                Buku bersampul cokelat ini memiliki kualitas kertas yang ringan meskipun jumlah halaman yang banyak dan cukup menggemaskan ketika dibaca. Ini baru kali pertama saya memegang buku nonfiksi dan bukan novel yang memiliki ketebalan seperti itu.

                Guru saya pernah mengatakan bahwa para ulama dulu sudah menjadi hal yang biasa melahap kitab yang tebalnya enggak tanggung-tanggung. Sementara orang-orang masa kini lebih suka melahap inti sarinya saja. Sebab keheranan seperti itulah saya ingin mempraktikkan apa yang disampaikan beliau.

                Setelah membaca buku ini barulah saya menarik kesimpulan bahwa melahap buku yang jumlah halamannya enggak tanggung-tanggung justru bukanlah hal yang buruk. Sebab ilmu itu pun memang harus ditelaah secara sabar. Sehingga pemahamannya lebih mendalam serta lama.

                Hal yang paling saya ingat dari buku ini adalah sebuah kisah tentang kesabaran seseorang yang menerima takdir dari Allah Swt atas takdir kehilangan putranya.

                Suatu hari istri Thalha baru saja kehilangan putranya. Ketika Abu Thalha pulang, ia tidak langsung memberitahukan beliau. Justru ia melayaninya dengan sangat baik dan menyampaikan bahwa, “Jika seseorang telah meminjamkan sesuatu dan ia memintanya kembali, apakah kita harus memberikannya?”

“Tentu,” jawab Abu Thalha, tetapi ia tidak mengetahui maksud dari istrinya. Setelah dilayani dengan baik, keesokan harinya barulah diperjelas kembali bahwa anaknya telah tiada. Abu Thalha pun bersedih sebab ia sangat menyayangi putranya. Kemudian ia mengadukan hal tersebut kepada baginda Nabi Muhammad Saw. Ia pun mendapatkan doa terbaik dan beberapa tahun kemudian keluarga tersebut dikaruniai 9 anak yang merupakan penghapal Al-Quran semuanya.

Kebanyakan kisah-kisah lainnya adalah perjalanan bersama dengan Baginda tentang malaikat Jibril yang seringkali menyamar menjadi manusia dan belajar bersama yang lain sehingga mereka juga sama-sama belajar.

Keunggulan dan Kelemahan Buku

Bagi saya, buku ini termasuk ringan dibaca sebenarnya, meskipun pembahasannya disajikan kritis secara Ilmiah. Sehingga hal itulah yang membuat kisahnya terasa diulangi dua kali. Hal yang menjadi uniknya adalah tidak kentara bahwa tulisannya diulangi. Awalnya saya kira itu adalah salah ketikan, tetapi setelah ditelaah lebih lanjut penulisnya memang sengaja membahasnya dua kali di bab yang sama.

**** Kesimpulan

Cover belakang Kisah-Kisah Sunnah
Gambar 3. Cover belakang Kisah-Kisah Sunnah

Setelah membaca  buku ini saya sedang berpikir panjang bahwasannya menelaah buku tebal tidaklah menyedihkan. Malah asyik masuk ke dalam pikiran dan hati, yah walaupun bawaannya ingin marathon saja. Walaupun sebenarnya saya belum bisa move on dengan buku pertama kali yang saya baca dengan tema serupa dengan buku ini.

Ingatan itu rasanya kuat sekali dalam benak saya, bahkan setiap detailnya. Seperti kisah kejujuran orang dalam menjaga kebun anggur. Ketika ditanya ia sama sekali tidak tahu rasanya seperti apa disebabkan amanahnya sebagai penjaga saja bukan pemakan anggur. Kemudian kisah seseorang yang dijodohkan dengan perempuan buta, tuli, dan bisu. Ternyata bukan secara fisiknya, tetapi buta dengan melihat kekurangan orang lain, tuli dengan pengomongan orang lain yang enggak penting, dan bisu terhadap apa-apa saja yang ia ketahui apalagi tidak ada hubungan sama sekali dengan kehidupannya. Masyaa Allah, kisah-kisah tersebut sungguh sangat menginspirasi sekali.

Kisah-kisah tersebut mungkin memang tidak memberitahu kita, ini kita harus berperilaku seperti ini ataupun contohlah perilaku tersebut. Namun kita tahu bahwa kisah tersebut memang ada baiknya kita teladani dalam hidup dan secara tidak langsung ujung-ujungnya juga mengajarkan kita berperilaku demikian.

Bagi teman-teman yang ingin membeli buku-buku dengan harga terjangkau seperti ini dengan tema Islami lainnya bisa kontak saya dan akan saya berikan akses yang biasa melayani hal seperti ini.

Baca Buku Sambil Menikmati NomnomDonuts

Kali ini membaca buku Kisah-Kisah Sunnah ditemani oleh donutnya Syita, yaitu Nomnom Donuts. Sensasi dingin dan lembut saling berkolaborasi di lidah dengan taburan gula dingin. 

 

Pentingnya Migrasi ke Literasi Digital Masa Kini

Pentingnya Migrasi ke Literasi Digital Masa Kini
Gambar 1. Ilustrasi Pentingnya Migrasi ke Literasi Digital Masa Kini

 Awal tahun adalah sebuah momentum yang sangat baik untuk memulai sesuatu. Ibarat sebuah garis awal, rata-rata kebanyakan orang memulai harapan baru di awal tahun. Baik itu yang muda maupun yang tua. Termasuk Kumpulan Emak Blogger (KEB) memiliki harapan tema #KEBerpihakan dengan mendukung program literasi digital.

Begitu pula dengan tren sosial media mengikuti perkembangan zaman. Namun lagi-lagi untuk membahas suatu kasus, dibutuhkan banyak data. Supaya kita bisa tahu langkah mana yang perlu diambil untuk mengatasi masalah dalam kehidupan dan mengikuti kefleksibelitasan teknologi.

Namun satu yang harus digarisbawahi bahwa sampai kapanpun manusia tidak bisa digantikan dengan teknologi. Teknologi adalah sebuah alat untuk mempercepat pertumbuhan aktivitas belaka.

Menurut RRI (Radio Republik Indonesia) yang dilansir pada databook.katadata.co.id pada tahun 2024, Indonesia memiliki total pengguna sebanyak 191 juta (73,7% dari Populasi). Platform media sosial terpopuler pada peringkat pertama ditempati oleh Youtube sekitar 139 juta pengguna (53,8% dari populasi), disusul oleh Instagram 122 juta pengguna (47,3% dari populasi), Facebook 118 juta pengguna (45,9% dari populasi), WhatsApp sekitar 116 juta pengguna (45,2% dari populasi), dan tiktok 89 juta pengguna (34,7 % dari populasi).

Wuah, ternyata sungguh banyak juga ya pengguna sosial media ya sobi. Data ini bisa menjadi pertimbangan di mana kita inginnya berkarya. Namun yang namanya juga jangkau semua platform sosial media juga boleh dicoba ini. Intinya hanya satunya, sajian kontennya seperti apa.

Perkembangan Instagram Saat Ini

Terkait dengan perkembangan Instagram, justru pengunjung story itu rasanya sedikit banget dan malahan orang lebih banyak main ke reels. Sehingga konten reels menjadi sebuah hal tersendiri dalam menarik perhatian pengguna. Tidak hanya di youtube (reels  versi short, dan facebook). Kelebihan Instagram adalah fitur postingan yang semakin hari semakin berkualitas.

Ada lagi berita yang bikin nyesek para Social Media Spesialist, ketika ia menemukan sebuah berita terkait dengan ukuran postingan. Otomatis postingan yang sudah didesain kian cantiknya bagaimana malah menjadi berantakan tak menentu. Bagi orang yang emang modelannya terima-terima saja enggak apa-apa sih. Namun bagi yang modelannya ingin kesempurnaan auto merapikannya.

Tidak akan kehilangan followers

Terkait dengan followers ini saya jadi teringat deh dengan diskusi asyik bersama DCE (Digital Creative Enterpreneur) kemarin bahwasannya kita itu harus memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi pengikut. Nah, konsepnya adalah postingan kita di Instagram tahun 2025 bakalan ngelempar postingan yang relevan untuk bukan pengikut sehingga tidak menghilangkan pengikut sebelumnya.

Maksudnya kalau kita ngepost kuliner akan dilempar postingannya kepada yang suka dengan kuliner. Meskipun nice kita sebenarnya suka buku. Kalau di saya sih iyes, dibandingkan banyak akun, tapi enggak beres. Mendingan satu akun doang, tapi beres dan orang percaya pada kita.

Untungnya teman-teman saya merupakan konten kreator yang hijrah dari tulisan di caption hingga membuat slide informatif di Instagram. Padahal kalau dibilang mereka itu lebih suka menulis caption dibandingkan dengan menyajikan infografis yang tidak bisa dilakukan ketika kedip langsung jadi. Sampai saat ini kalau bilangnya sih, “tidak mudah membalikkan telapak tangan.”

Mengapa harus pindah ke Literasi Digital?

Saya percaya bahwa literasi tidak hanya dengan buku. Sayangnya enggak semua orang suka baca buku, tapi kalau baca chat mau nggak mau ya kan. Apalagi kepoin status orang bikin apa ya hari ini? Semangatannya apa ya untuk hari ini? Literasi itu pada dasarnya ingin memberikan sebuah penekanan bahwa ini loh sebenarnya maksud yang disampaikan itu.

Menurut UNESCO yang dilangsir oleh jurnal basic Edu (dalam Purwati, 2017) Literasi adalah wujud dari keterampilan yang secara nyata, secara fisiknya dalah keterampilan kognitif dari membaca serta menulis. Terlepas dari membaca serta menulis, yang terlepas dari konteksnya di mana keterampilan itu diperoleh dari siapa serta siapapun cara memperolehnya.  

Gimana, radar ribet ya konsepnya? Intinya Literasi itu ketika pesannya sampai di kita begini loh. Terkait mengerti atau tidaknya. Era digital inilah yang membuat tadinya secara manual menuliskan dalam buku dengan tangan menjadi digital.

Personal Branding itu Penting

Kalau kita suka masak, maka postinglah hal-hal yang berkaitan dengan kuliner. Begitulah kalau kita sukanya baca, postingan tentang buku dan hal-hal yang berkaitan dengan itu. Pada dasarnya kita ini terhubung satu sama lain. Enggak mungkin juga terus-terusan baca buku doang kan, pastilah ada kegiatan yang menghubungkan dengan produk lain.

Bagi saya personal branding itu bukan hanya sekedar mau gaya-gayaan atau flexing tentang pencapaian. Melainkan sebagai media untuk menemukan teman lain yang sefrekuensi. Mungkin memang belum sekarang kita menemukan teman yang sefrekuensi itu. Barangkali nanti dan ketika sudah berkumpul yang selingkaran. Motivasi untuk mempertahankan dan memperbaruhi diri menjadi lebih baik lagi akan terjaga.

Quotesnya gini sih, “Kalau mau jalan cepat jalan aja sendirian. Kalau mau perjalananya lama, maka carilah teman seperjalanan.” Meskipun melalui media sosial sekalipun.

Literasi Digital Masa Kini
Gambar 2. Quotes relevan di Perjalanan Hidup

Komunitas Emak Blogger #KEBerpihakan pada Literasi Digital

Kalau sudah berhubungan dengan Blogger, maka mau tak mau sudah pasti mereka melek literasi. Sebab menulis artikel itu dibutuhkan banyak data dan lebih kompleks dibandingkan hanya sekedar menulis cerita pendek. Paling tidak menguasai cara menulis dan desain tipi-tipis sudah menjadi nilai lebih untuk blogger itu sendiri.

Saya jadi teringat waktu pertama kali belajar menulis di blog. Semangat belajarnya sungguh jor-joran. Walaupun belum banyak temannya. Sampai akhirnya ketemu orang-orang yang sefrekuensi itu senangnya bukan min. Kebetulan pada kesempatan kali ini KEB (Kumpulan Emak Blogger) menuju ke tahun ke-13 nih sobat. 18 Januari 2012-18 Januari 2025. Itu berarti sudah banyak member yang terhubung ke KEB. Sejak awal berdiri KEB telah menjadi ruang hangat bagi Emak-Emak kreatif untuk bertumbuh dan berbagi cerita. Cocok banget deh dengan cita-cita saya saat ini. Kalau dibilang kamu inginnya apa? Saya ingin sekali bisa menjadi Ibu Rumah Tangga yang banyak karya. Yah, walaupun sampai saat ini belum menikah juga enggak apa-apa ya. Kepribadian keibuan itu perlu dipupuk dari sekarang. Supaya sewaktu praktiknya enggak kelimpungan.

Ruang digital bukan hanya sekedar tempat berbicara atau menyampaikan gagasan, tetapi tentang #KEBerpihakan bagian mana yang harus diperjuangkan. Misalnya memperjuangkan Al-Aqsa melalui tulisan yang menggugah semangat perjuangan.

Kompetitor AI bagi Blogger

Lagi-lagi kita mampirnya ke AI. Saat ini AI sudah semakin banyak berkembang. Walaupun begitu, bagi saya AI hanyalah sebagai bocoran untuk ide yang mudah buntu di tengah jalan. Sampai pada titiknya, blogger yang sesungguhnya itu tidak bisa digantikan oleh AI. Sebab ada human interest atau pengalaman pengguna di sana. Sehingga lebih meyakinkan kita untuk menelisik dan mencoba hal yang baru.

Teman-teman yang lain sempat cerita bagaimana AI ini membantu dalam proses pengerjaan tulisan, tapi ya tetap saja butuh revisi berkali-kali untuk mencapai tulisan utuh sesuai dengan isi hati. Sementara bagi saya, kreativitas manusia sebenarnya lebih kece lagi ketika diasah terus-menerus. Bukan hanya mengejar kuantitas belaka, tapi juga kualitas. Sehingga mikirnya begini, “saya tuh enggak suka dimanjai orangnya. Suka banget bisa mempertanggung jawabkan apa yang sudah dibuat.”

Kesimpulan

Judulnya ada kata migrasi, tapi justru isinya tidak mencerminkan migrasi. Namun lebih mengarah kepada mengajak, “yuks kita maksimalkan literasi digital” untuk menyampaikan aspirasi kita kepada orang lain. Setidaknya menjadi teladan bahwa media sosial bukan hanya untuk kepentingan hiburan semata, tapi juga belajar banyak hal.

Kelilingilah pula diri dengan apa yang ingin kita mau jadi seperti apa. Sebab algoritma media sosial akan selalu mempelajari kita itu interest (tertariknya) di mana. Sehingga postingan yang relevan dengan kemauan kita pasti akan disajikan kepada kita.

Curcol Kiat-Kiat Industri Kreatif 2025

Curcol Kiat-Kiat Industri Kreatif 2025
Gambar 1. Potretan pribadi mode bahagia berbagi

Energi kamu banyak banget ini dari mana? Tumben, alibi aja ya atau untuk menutupi rasa sedih yang enggak boleh keluar? Biasanya juga kalau lagi bersedih hati nggak bisa ngapa-ngapain, ngendep gitu aja di rumah, tidur, dan scralling konten yang relate dengan dengan kehidupan. Ujung-ujungnya sama, menyesal dengan waktu yang berjalan karena enggak menghasilkan apa-apa. Minimal karya gitu kek.

Bagi saya sukanya begitu, mau di mana pun yang penting tidak menyesal atas berjalannya waktu. Hanya saja lingkungan ini yang kadang suka nyinyirin ini itu dan membuat hati saya yang tadinya adem ayem mendadak nyes. Sakit saja begitu. Nggak apa sih, sakit terus sembuh sendiri. Hal yang menjadi masalahnya ditumpuk-tumpuk rasa sakitnya dan pada waktu yang tidak diketahui meluap begitu saja. Ujung-ujungnya tak tertolong. Masalah yang tadinya kecil, jadinya besar banget hingga mau keluar rumah rasanya malu banget.

Menjejaki di Industri kreatif ini sebenarnya ‘tidak ada matinya’ selagi orangnya ingin selalu berusaha untuk mewujudkannya dan paling penting adalah konsistensi. Kadang-kadang sampai mikir begini,  ini orang seberapa lama tahannya ya?

Ya, elah. Orang lain aja yang dikomentarin sedangkan diri sendiri saja masih belum jalan-jalan. Qadarullah, Alhamdulillah saya bisa kembali lagi terjun di dunia industri ini setelah sekian lama hibernasi disebabkan amanah.

Nah, itu. Ujungnya-ujungnya menyalahkan juga. Saya memang tipikal orang yang suka kamu mendem perasaan dan nggak bisa mengungkapkan kalau saya ini sedang sakit banget atau ya yang sejenisnyalah. Sampai-sampai orang menyangka bahwa saya bukanlah tipe orang yang baperan. Bahkan sampai saat ini jika saya bertanya tahu nggak kalau saya marah itu gimana? Kebanyakan mereka sih belum tahu kalau saya marah bagaimana.

Akhirnya saya tanya sama Mama sendiri di rumah. “Ma, kalau saya marah saya gimana?”

“Ya, kamu diam sih kalau lagi marah.”

I see. Diam adalah bahasa yang paling membingungkan menurut saya. Diam adalah bahasa ketulusan yang tak terjabarkan. Ah, nanti kita bahas pekara diam ya di episode selanjutnya.

Eh, emang di tahap ini kita bahas marah-marah ya?

Ya, enggak sih hanya ngebahas sesuatu yang mungkin bisa diambil ibrahnya saja dan dibuat pembelajaran. So, curcol kali ini saya ingin menarik kesimpulan dari rilis kehidupan yang telah berlalu.

1.      Enggak ada sia-sia dari sebuah ikhtiar

Pernah nggak kamu menginginkan sesuatu dalam hidup, tapi belum terwujud saat ini? Sampai pada akhirnya impian itu sempat terlupakan dan menyerahkan segalanya hanya kepada Allah Swt. Nah, itu pula yang saya alami saat ini. Eh, tahu-tahunya sudah terwujud. Padahal kemarin kayaknya sulit banget untuk melaluinya. Nyaris nyerah, nyaris nggak punya siapa-siapa dalam hidup. Sampai pada titik akhirnya, jalan yang gelap itu seketika terang benderang. Masyaa Allah

Ada satu kalimat yang paling saya suka dari Ustadz Adi Hidayat. Dia mengatakan begini, “Rezeki itu akan mendatangi kita dalam ikhtiar. Jadi, enggak usah takut kalau kita enggak dapat hari ini. Besok-besok bakalan dikumpulin tuh. Enggak usah khawatir akan rezeki itu, ia akan sebanding dengan usaha kita hari ini dan akan mendatangi kita sebagaimana maut mengejar kita.”

2.      Keliling diri kita dengan apa yang kita impikan

Saya dulu enggak suka dengan pemikiran bahwa kalau kita mau berteman itu nggak usah milih-milih. Mau dia kaya, miskin, berada ataupun tidak ya kita temani saja. Namun yang perlu diperhatikan adalah dengan siapa sih teman duduk kita itu. Sebab, ia yang akan menentukan siapa diri kita.

Kalau orang kaya itu bilang, kalau ingin kaya yah berteman dengan orang kaya juga. Kalau kita seorang penulis ya temannya juga para penulis. Begitu juga kalau kita pengusaha ya ketemunya juga para pengusaha, jangan para pendidik. Entar malah disuruh nggak usah jadi pengusaha, katanya sekarang hidup pada susah semua. Kalau jualan pada enggak laku. Begitupula kalau kita seorang pendidik, ketemu dengan para pengusaha. Entar malah dibilangnya begini, enggak usah ngajar, gajinya enggak ada. Enggak kaya-kaya.

Intinya kita boleh berteman dengan siapa saja, tapi yang perlu diperhatikan dengan siapa teman duduk kita berlama-lama. Ketemu dengan teman duduk yang mendukung keberhasilan kita itu jarang banget sih sebenarnya.

Digitalisasiyang mempertemukan

Kita enggak bisa tuh yang namanya memilih kita berada di lingkaran yang mana. Adanya digitalisasi ini justrulah yang membuat kita terhubung dengan orang-orang selingkaran itu. “Kalau impian kita tidak didukung, bukan impiannya yang diganti, tetapi pertemanannya yang diganti.” Itu mah kata JS Khairen dan saya pun juga membenarkan hal itu.

3.      Berharap hanya kepada Allah Swt bukan ikhtiar

Kalau kita berharap dengan apa yang kita lakukan itu adalah hal yang wajar sebenarnya, tapi enggak semua harapan kepada apa yang kita lakukan itu berlaku. Saat diterapkan kepada semua kondisi, hal yang ada kita itu bakalan kecewa ketika tidak mendapatkan apa yang kita harapkan itu.

Coba deh diganti dengan hanya berharap kepada Allah Swt, pasti hati tenang dan damai. Kalau enggak dikasih sekarang, mungkin nanti, dan kalau enggak terbalas pasti akan Allah gantikan dengan yang lebih baik lagi.

Secara matematis, ketika pemberian yang satu dan kita tidak mengharapkan apapun. Maka hasilnya tidak terdefinisi. Ya, hanya Allah Swt yang tau.

Jadi, mau itu berbalas ataupun enggak yah santai aja.

4.      Kalau tadinya solo, coba deh kolaborasi

Kerja sendirian itu asyik, tapi kerja bareng-bareng itu sangat asyik ketika kita mengetahui letak penghubungnya di mana. Kita akan menemui beragam karakter dari yang satu ke lainnya. Namun yang perlu digarisbawahi adalah kita itu harus selesai dengan diri kita sendiri.

Bagi saya orang-orang yang bisa bekerjasama itu adalah orang-orang yang memiliki energi besar. Sebab menyatukan banyak kepala itu nggak semudah membalikkan ayam di penggorengan. Apalagi menyatukan hati. #Plak

Nah, adanya fitur kolaborasi di Instagram ini sungguh asyik sekali. Jangkaunnya bisa lebih besar daripada apa yang kita kira, tanpa harus mengeluarkan biaya lebih besar. Walaupun untuk mencapai jangkauan lebih besar sesuai dengan targetnya masih Ads lagi yang lebih oke.

Kiat-Kiat Industri Kreatif 2025
Gambar 2. Kiat-Kiat Industri Kreatif 2025

Itu saja seputar curcol (curhat colongan) pada kesempatan ini. Sampai jumpa di curcol selanjutnya.

 

 

 

 


Resep Ikan Sarden Sederhana dan Pisang Goreng

Resep Ikan Sarden Sederhana dan Pisang Goreng
Gambar 1. Memasak ikan sarden bersama keluarga

Tahun berganti, hati pun juga masih sama. Ia tidak berganti, hanya saja pertumbuhannya yang berbeda.

Pasal masak-memasak, sejak kelas 6 Sekolah Dasar saya sudah belajar. Saat kuliah pun juga melanjutkan pembelajaran memasak. Sehingga memproyeksikan rasa bisa ditakar. Namun jangan sombong dulu, setiap orang memiliki seleranya sendiri dalam memasak. Bahkan ada yang paling dulu belajar hingga menjadi chef makanan mewah bintang lima. Yah, paling tidak, kita suka dengan masakan sendiri. Itulah mengapa saya sangat suka bila ikutan rasa merasa untuk tes indera pengecapan.

Tepatnya hari Selasa kemarin saya pulang ke rumah, melihat Mama tengah menggoreng pisang yang masih mentah. Keinginan hidup pun tercapai. "Syarat untuk bahagia saya tidak ingin ke mana-mana. Saya ingin memakan pisang goreng bersama Mama di rumah." Saya segera mengambil posisi ikutan menggoreng sembari selawatan.

Lah, kok gitu? Bukannya kenikmatan bisa makan-memakan masakan mewah ya?

Menurut saya enggak sih, uang bisa dicari. Namun waktu kebersamaan tidak akan pernah sama. Adik saya yang paling bungsu pun ikutan memasak dengan saya.

Resep Ikan Sarden

Bahan :

1.       Dua buah bawang merah, iris tipis

2.       1 kaleng ikan sarden

3.       1 buah tomat

4.       Air secukupnya (kira-kira 250 ml)

5.       Minyak makan sedikit

Cara Memasak

1.       Goreng bawang goreng dengan minyak makan sedikit, aduk-aduk jangan sampai gosong.

2.       Setelah dirasa kering, masukkan 1 buah tomat dengan cara dipotong-potong.

3.       Masukkan 1 kaleng sarden dan tambahkan air 1 gelas. Usahakan jangan bersisa dari kaleng bumbunya.

4.       Tunggu hingga mendidih. Air jangan terlalu surut, supaya rasanya tidak terlalu asin. Jangan pula terlalu tergenang, sebab rasanya bisa hambar.

5.       Setelah matang, angkat dan sajikan.

Menikmati Pisang Goreng Bersama Ibu
Gambar 2. Menikmati Pisang Goreng Bersama Ibu

Resep Pisang Goreng

Bahan :

1.       Pisang (boleh yang masih mentah ataupun matang)

2.       Garam

3.       Air sedikit

4.       Minyak untuk menggoreng

Cara Memasak

1.       Kupas pisang (bisa pisang raja, pisang lilin. Asal jangan pisang barangan atau pisang banten), potong sesuai dengan selera.

2.       letakkan sejumput garam dan sirami air sedikit supaya garamnya meresap ke pisang.

3.       Goreng pisang hingga berwarna kecokelatan

4.       Angkat dan sajikan

Bagi saya, memasak bersama adalah momen paling indah. Saya bersama dengan keluarga menikmatinya dengan lahap dan membagi rata. Walaupun lebih suka dengan kuahnya jadilah.

Meskipun Mama sempat menolak untuk makan bersama yang katanya, “untuk kalian sajalah.” Tetap saya sisakan buat Mama. Hingga pada akhirnya dimakan juga. Ibu-Ibu kan suka begitu, gengsian untuk menikmati bersama.

Btw, pisang yang enak digoreng itu biasanya pisang lilin. Kalau pisang barangan atau pisan banten itu enaknya dimakan begitu saja. Tanpa digoreng.

Catatan :

Mama bilang resepnya sesuai dengan yang dituliskan. Namun saya kelupaan memasukkan tomat. Sardennya dulu baru tomat. Tidak mengapa, setelah dimakan rasanya tetap enak juga. 

Review Buku Suamimu Bukan Muhammad Istrimu Bukan Khadijah

Review Buku Suamimu Bukan Muhammad Istrimu Bukan Khadijah
Gambar 1. Cover Depan Buku Suamimu Bukan Muhammad Istrimu Bukan Khadijah

Manusia boleh berharap, tapi prosesnya ya tetap harus dijalankan.

Jadi, kemunculan lomba menulis yang diadakan oleh KBM App ini menurut saya sudah membuat saya tuh senang banget dan kayak ada sebuah dugaan bahwa nanti bakalan begini-begini tuh. Novel yang berjudul Seindah Khadijah itu kayaknya bakalan oke banget ketika dituliskan. Apalagi setelah ada sebuah hilal kayaknya Allah Swt mendukung banget dengan apa yang saya tuliskan seperti kehadiran buku ini.

Awalnya saya hanya coba-coba saja. Bukan iseng ya, kalau istilah iseng itu mah hanya untuk orang-orang yang enggak ada kerjaan sajanya. Saya mengikuti alur giveway seperti biasa dengan menyebutkan tiga teman saya yang berpotensi akan mengikutinya dan menjawab sebuah pertanyaan.
“Sebaik-baiknya perhiasan dunia adalah … “

“Wanita Shaleha.”

Qadarullah, saya mendapatkan buku tersebut dan ternyata yang memberikannya sangat baik sekali. Ia mengonfirmasi pada prosesnya. Padahal saya orangnya saat ini berusaha untuk melupakan saja apa yang telah saya lakukan. Bahkan hal pemberian sekalipun. Kalau ada Alhamdulillah, kalau tidak ada juga tidak menjadi masalah.

Ada hal yang membuat saya terharu. Ketika orang-orang di rumah membaca buku yang sengaja saya letakkan di ruangan tengah. Masyaa Allah, tabarakallah. Kita tidak pernah tahu langkah mana yang membuat orang lain tergerak hatinya. 

Identitas Buku

Judul Buku          : Suamimu BukanMuhammad Istrimu Bukan Khadijah

Penulis                 : Muhammad Yasir

Penerbit               : Pustakan Al-Kautsar

Jumlah Halaman : 214

Tahun Terbit        : November 2020 (Cetakan Ketiga)

Cover                   : Hard

ISBN                    : 978-979-592-903-1

Review Buku

Kalimat pembuka di awali dengan surah At-Tahrim ayat 6, “Wahai orang-orang beriman, perihalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai perintah Allah dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Bagi saya, buku ini adalah rekomendasi buku yang dibaca ulang ketika berumah tangga. Sebab sejatinya kita memang harus sering-sering diingatkan. Meskipun dalam buku ini tidaklah menyuruh kita untuk ini itu. Melainkan memberikan keteladanan bahwa di yang baik itu seperti ini.

Pada dasarnya buku ini terbagi menjadi tiga pembagian pembahasan. Pertama pesan perbaikan untuk suami, kedua pesan perbaikan untuk istri, dan yang ketiga adalah pesan perbaikan untuk suami dan istri. Pemilihan runutan inilah yang sebenarnya menjadi pondasi kuat di dalam keluarga ketika suami terlebih dahulu yang memulai perbaikan dibandingkan istri.

Buku ini berisikan tentang kisah-kisah teladan di dalam sebuah keluarga, disajikan dengan dalil, dan diberikan kesimpulan pesan yang bisa diambil dari kisah tersebut. Ada satu yang membekas dalam ingatan saya, yaitu kisah tentang istri Abu Thalha.

Waktu itu Abu Thalha baru saja pulang dari mencari nafkah dan ia tidak tahu bahwa anaknya telah tiada. Saat pulang ia berkata, “Apa yang dilakukan putraku?”

Istrinya tidak berkata apa-apa justru menyambut kepulangannya dengan melayani sebaik mungkin, berdandan yang cantik, menyuguhkan makanan yang enak, dan melaksanakan kewajibannya. Setelah Abu Thalha kenyang, Ummu Sulaim (istri Abu Thalha) berkata, “Wahai Abu Thalhah, bagaimana pendapatmu seandainya ada sekelompok orang meminjam barang pada suatu kelaurga lalu suatu saat mereka meminta kembali pinjaman itu, apakah keluarga itu berhak menolaknya?”

“Tidak,” jawab Abu Thalha,

Ummu Sulaim berkata, “Kalau begitu, relakan putramu. Anak kesayanganmu begitu tenang.”

Abu Thalha pun bersedih mendengarnya dan mengadukan hal ini kepada baginda Nabi Muhammad Saw. Baginda pun mendoakan kebaikan untuk keluarga mereka dan beberapa tahun setelahnya mereka telah dikarunia Sembilan anak laki-laki yang semuanya sudah menghafal Al-Quran.

Masyaa Alllah, kisah ini sungguh sangat menginspirasi bagi kaum hawa untuk bersikap tenang atas ketetapan yang terjadi. Buah kesabaran itu sungguh manis sekali. Ada banyak kisah-kisah lainnya yang bisa kita teladani dari buku ini.

Kelebihan Buku

Pemilihan warna kertasnya membuat teduh dirasa diri memandang. Putih dan hijau adalah sebuah penggabungan yang sangat bermakna. Ukuran tulisannya membuat buku ini menjadi nyaman di pandangan mata. Cocok sekali dibaca untuk kalangan dewasa meskipun usia pernikahannya telah berpuluh-puluh tahun tanpa harus menggunakan kacamata saat membacanya.

Selain itu, buku ini sangat cocok dijadikan sebagai kado pernikahan. Bagi yang ingin membeli bukunya bisa melalui Tokopedia dari link buku Suamimu Bukan Muhammad Istrimu Bukan Khadijah

 

Pentingnya Mengetahui Sejarah Arkeologi untuk Peradaban Gemilang Indonesia

Pentingnya Mengetahui Sejarah Arkeologi untuk Peradaban Gemilang Indonesia
Gambar 1. Sejarah Arkeologi untuk Masa Depan Peradaban

Setelah mengunjungi situs Ilmu Arkeolog dan Benda Prasejarah (Cardihoyuk), saya semakin yakin bahwa Indonesia bisa menjadi peradaban bangsa yang gemilang.  Adanya informasi ini diperkuat setelah saya mengetahui tujuan Arkeologi untuk mengetahui bagaimana dan mengapa perilaku manusia kok bisa berubah dari waktu ke waktu. Para arkeologi mencari pola dalam evolusi peristiwa budaya yang signifikan seperti perkembangan pertanian, munculnya kota, atau runtuhnya peradaban besar dalam mencari petunjuk mengapa peristiwa terjadi.

Tujuan Adanya Masa Lalu

Katanya yang berlalu biarlah berlalu. Itu mah kata orang-orang yang berusaha untuk move on dari zona kehidupan. Takut akan ungkitan yang satu ke yang lain masa ya iya kita hidup di masa sekarang malah fokus ke masa lalu yang nggak bisa kembali.

Sementara kata Bung Karno kita itu harus “Jas Merah,” yang artinya jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Adanya sejarah ini membuat kita untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama seperti masa lalu atau langkah apa yang akan kita ambil ke depannya. Bukannya terus mengulangi kesalahan yang serupa. Jika kita tidak belajar, bagaimana kita akan berhasil. Maka akan remedial mulu jadinya.

Perbedaan Belajar Sejarah Sewaktu Sekolah dengan Sekarang ini

Bagi saya, hal berbeda belajar Sejarah yang dulu dengan sekarang adalah mengambil ibrah atau manfaat dari Sejarah yang dibahas. Masa iya, ketika masa sekolah SMA dulu topik Sejarah adalah topik paling membosankan. Selain menghapal tanggal kapan terjadinya Sejarah hingga proses Sejarah Itu sendiri

Sementara belajar Sejarah saat ini sungguh berbeda. Saya mulai belajar buku-buku cerita Sejarah yang disajikan secara mengalir dengan mengambil ibrah dari tulisan tersebut. Bahkan beberapa waktu saya rutin mengikuti kajian diskusi Buku di Binjai untuk membahas Sejarah itu sendiri.

Saya menjadi tahu bahwasannya dulu tuh, umat muslim bisa runtuh kejayaannya ya karena Perpustakaannya dihancurkan. Itulah mengapa saya ingin membangun Perpustakaan Islami suatu saat ini. Mungkin belum sekarang terwujud, siapa tahu nanti ya kan.

Kembali lagi ke topic arkeolog. Teman-teman diskusi Binjai tuh pada bilang begini, barangsiapa yang mengetahui Sejarah maka ia akan mengetahui masa depan itu sendiri. Pada akhirnya menurut Ilmu Arkeolog dan Benda Prasejarah (Cardihoyuk) mereka akan mencari cara untuk memprediksi dengan lebih baik lagi bagaimana budaya akan berubah, termasuk budaya kita sendiri, dan bagaimana merencanakan masa depan dengan lebih baik.

Keunikan Arkeolog

Sejarah dengan bukti. Inilah yang menjadi inti utama dalam sebuah peninggalan. Biasanya setiap jejak itu meninggalkan ceritanya sendiri. Bagaimana kita tahu mereka hidup di tahun berapa? Secara sains pun kita bisa mengetahuinya dengan waktu peluruhan. Jadi, selain ilmu Bumi yang dipelajari Ilmu Sainsnya juga dapat.

Hal ini tentulah akan menambah keimanan kita tentang sebuah cerita yang telah Allah Swt sebutkan di dalam Al-Quran. Bayangin dong dalam sebuah Sejarahnya di sana disebutkan ada seorang Penguasa Zalim yang bernama Fir’aun dan setelah dibuktikan bahwa kisah itu nyata terjaga dan tidak dilebih-lebihkan. Hal ini mengingatkan kita bahwa dunia ini sementara. Harta dan tahta pun tidak dibawa mati sehingga membuat kita menjadi hamba yang bersederhana dalam memaknai kehidupan ini.

Menurut Ilmu Arkeolog dan Benda Prasejarah (Cardihoyuk) bayaran untuk seorang Arkeolog ternyata lumayan loh. Walaupun tugasnya mencari barang-barang peninggalan sejarah, setidaknya aktivitas mereka bisa membuat mereka hidup juga kan.

Kepribadian yang harus dimiliki Arkeolog
Gambar 2. Kepribadian yang harus dimiliki Arkeolog

Kepribadian yang harus dimiliki Arkeolog

Bagi saya, menjadi Arkeolog itu dibutuhkan teknik kesabaran dalam mencari. Bukan hanya itu saja, ini dibutuhkan juga sikap kritis, analitis, dan tentunya berkemampuan komunikasi.

Nah, ini gimana ta? Bukannya kalau menjadi Arkeolog itu tenang-tenang saja ya mengerjakannya dalam diam.

Selain menulis laporan, mereka sangat membutuhkan keterampilan komunikasi. Kemampuan komunikasi ini bukan hanya berhenti pada titik berbicara saja. Namun bagaimana kita bisa berbicara, mendengarkan, dan menulis.

Stamina Fisik paling Utama

Pekerjaan Arkeolog bukan hanya pasal menemukan saja loh. Seperti yang kita lihat pada potretan Arkeolog yang mulai menyingkirkan debu pada hasil temuan peninggalan. Namun proses itu semua sungguh tidaklah mudah. Seringkali mereka harus melakukan perjalanan jauh hingga mendaki untuk mendapatkannya. Ada pula dilakukan penggalian pula.

Hubungan Sejarah Arkeolog dengan Peradaban Gemilang Indonesia

Hidup adalah sebuah keteladanan. Bagaimana di zaman dulu Umat Muslim pernah memasuki fase kejayaannya nih, tepatnya pada masa Andalusia ya pada waktu itu. Masa lalu mungkin telah berlalu. Hidup juga tengah berubah, tapi keteladanan bisa kita lakukan dalam hidup.

Saya percaya bahwa suatu hari nanti Indonesia akan menjadi peradaban bangsa yang gemilang suatu hari nanti. Mungkin kali ini langkah saya kecil, tak mengapa. Tak perlu menjadi hal lebih besar untuk membuat perubahan besar. Apalagi Indonesia itu sudah kaya dengan sumber daya alamnya. Berarti tinggal orangnya saja yang dimotivasikan untuk sama-sama belajar menjadi lebih baik lagi.