Ngilang, ke Mana Saja Lu?

Gambar : sambutan selamat datang

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Hai sahabat pena. 
Saya balik lagi nih setelah merenungi beberapa menit untuk kembali sejenak. Kayaknya sudah lama enggak mampir ke mari dan rumah ini seolah sudah berdebu dan harus dibersihkan. 

Jadi, selama ini bukan saya malas atau berhenti menulis atau apa pun. Melainkan sedang mengerjakan projek besar namun belum menjanjikan. Menurut saya begitu. Sebab saya lebih memilih mengikuti kompetisi novel yang kompetitornya sangat kuat. Memang benar-benar enggak mudah. Apalagi saya juga sempat down dan nyaris tidak berniat untuk mengikutinya lagi. Butuh waktu berhari-hari bahkan berbulan untuk mengembalikan semangat itu lagi. Berbagai cara saya lakukan dengan mendengarkan kajian di instagram. Namun, belum juga membuat saya percaya dengan bahwa apa yang saya kerjakan dan doakan akan dikabuli. 

Hari-hari meragukan Tuhan itu memang kelam. Malu untuk meminta. Saat solat kepikiran dan bawaannya ingin cepat selesai saja. Sungguh ironi bukan? Saya malah menyalahkan tentang doa yang saya panjatkan seolah memaksa. Miris juga rasanya merasa sudah melakukan hal yang maksimal. Ternyata enggak sesuai dengan harapan. Namun, ada yang membuat saya jadi sadar dan membuka hati lagi. Setelah mendengar kajian ustadz Hanan Ataki. Ternyata Allah itu senang kalau hamba-Nya sering meminta. Justru kalau enggak meminta namanya sombong. Tapi, begitulah saya skip dulu pembahasan perihal itu. Kita balik lagi ke konten.

Gambar : sebagai ilustrasi



Jadi, hal yang membuat saya benar-benar merasa waktu ini sangat sempit karena mengikuti dua kompetisi novel sekaligus dengan target menulis 1000 kata setiap novel per hari. Kalau ditotalkan jumlahnya 2000 kata. Setiap nulis satu novel itu membutuhkan waktu tiga jam. Selama tiga jam itu pula punggung memang mulai terasa pegal linu.  Maka saya memang harus meluangkan waktu selama enam jam untuk menulis. Tapi, untungnya novel yang satu lagi memang nulisnya saya khususkan di ponsel sebab enggak bisa submit di laptop. Berhubung asumsi saya laptop yang berspesifikasi 32 bit ini hardwarenya rusak. Namun, walaupun begitu ada sisi negatifnya.Tangan kebas dan merah sebab radiasinya. Bahkan mata cepat kering. Kalau mata cepat kering ini saya mengatasinya dengan berwudhu dan istirahat sebentar. 

Belum lagi kalau sudah ketemu jadwal di dunia kewajiban yang harus dipenuhi seperti keluar rumah, menyelesaikan urusan kampus, dan sebagainya. Namanya juga manusia. Pasti butuh juga refreshing  melihat keindahan alam ini. Walaupun hanya di pekarangan rumah doang.

Walaupun belum tentu menjanjikan kemenangan. Saya akan terus menghabiskan jatah gagal sampai salah satu mimpi saya terwujud, yaitu menang lomba menulis novel.

Oke, baiklah sampai di sini obrolan kita kali ini. Jika ada yang ingin diobrolin lebih lanjut bisa meninggalkan komentar di bawah ini. Saya akhiri dengan Wassalamualaikum waramatullahi wabarakatuh.


Teman,Bisakah Ia Curhat?



Teman, Bisakah Ia Curhat?



7 Agustus 2019
     Setiap kali orang yang kutemui selalu saja mengatakan ‘karena kamu tidak menjalaninya’ Entahlah sampai sekarang aku tidak mengerti bagaimana rasanya mengalah dan menyembunyikan semua yang ada. Rasanya bibirku selalu kelu seperti ini. Sedangkan perasaanku yang terlalu rapuh untuk mengungkapkan segala yang ada.
Aku bukanlah seseorang pengertian yang mampu menampung segala bentuk emosian. Karena tak ada niat dalam benakku dalam mempelajari karakter orang lain. Hal yang kutahu adalah bertemankan buku dan berusaha berdamai dengan alam untuk menenangkan hati yang tengah panas.
    Kali ini salah satu sahabatku sedang curhat. Mungkin kesalahanku adalah menjawab apa yang diutarakan dan sok bijak dalam mengeluarkan pendapat. Aku mungkin kelihatan sombong tanpa kusadari. Namun, niatku tak ada sedikit pun. Ketahuilah bahwa niat ini tak ada yang tahu selain aku dan Allah swt yang Maha Melihat. Hanya tulus tak memandang masa lalu yang membuatku sakit.
   Jika aku tak dapat melihat rasa sakitmu. Izinkan aku mengerti apa yang sedang kamu butuhkan saat ini. Ya, pemanas itu pasti ada kan? Tapi listrik bisa saja mati atau api bisa saja padam.
   Mungkin aku tak bisa memahamimu dan engkau juga tak bisa memahamiku. Hal yang kutahu hanyalah memahami diri sendiri. Agar aku bisa tetap tegar seperti ini. Namun, jika engkau mampu melewati itu semua. Aku yakin engkau akan menjadi pribadi yang lebih tangguh dari sebelumnya.
Jika aku tak dapat melakukan semua itu. Izinkan aku untuk tidak menjadi alasanmu terluka. Sebab mungkin saja engkau butuh Allah swt untuk menguatkan jiwa rapuhmu. 

Harumpuspita