Cinta, Benarkah Ia Diam?
21/12/2021
Jatuh cinta berulang kali, itu adalah hal yang biasa. Namun
bagaimana jika jatuh cinta dengan orang yang sama berulang kali? Meski kilahan
waktu membisu, rangkaian waktu berlalu, sayangnya rasa itu masih tetap singgah
di hati. Sembari harap-harap akan menetap untuk selamanya.
Setiap hari, bahkan di saat hujan. Rasa itu tetap saja hadir tanpa
diundang dan tanpa dibilang. Pada akhirnya, tulisan inilah yag menjadi penjawab
rindu atau peleraian rindu pada ia yang di sana. Tak terlihat oleh mata, tetapi
dekat di hati.
Kau tau, ingin sekali kuucapkan aku merindukanmu dan sangat
mencintaimu.
Sayangnya, cintaku pada-Nya jauh lebih dari segalanya dan kukembalikan
lagi rasa itu apabila rasa itu hadir di setiap momentum tertentu.
Aku menunggu, tentu saja. Sudah kukatakan sejak awal tak akan
kuucapkan jika aku mencintai seseorang lagi. Khawatir akan pergi jika kukatakan
seperti itu. Sayangnya, semua prakata yang dulunya pernah kuucapkan jangan
sampai malah berpusat padamu. Semua yang tidak ada pada diriku, malah ada
padamu. Bahkan prinsip tidak akan menyukai orang yang lebih tua. Malahan itu
terjadi dan itu ada padamu.
Aku tak tau, jelas aku tak tau. Selama dua puluh tiga tahun ini
aku sangat menjaga diri untuk tidak berpacaran dengan siapa pun meski jatuh
cinta berulang kali dan ketika jatuh cinta padamu, rinduku lebih sesak dan doa
serta sujudku semakin kuperbanyak. Menguraikan rasa yang terus bergerumul meminta
untuk bertemu. Sampai pada akhirnya, Allah sendiri yang menuntunku untuk
bertemu padamu. Kala itu, ketika berpasrahanku untuk melupakan segala yang
terjadi. Saat itulah, aku menyadari bahwa Allah sangat baik padaku.
Mungkin aku sudah menyukaimu sejak pertama kali bertemu secara
nyata padamu. Hanya saja, aku memang tidak menyadari hal itu. Bolak-balik aku
katakan kepada diriku bahwa kamu mungkin sudah ada yang punya atau engkau
terlalu tinggi untuk kugapai. Hingga pada momen tertentu, aku kembali bertanya
padamu. “Apakah sudah ada orang yang kamu targetkan untuk menjadi pendamping?”
tanyaku tanpa dosa. Saat engkau jawab belum, saat itulah aku menyadari tentang
perasaanku sendiri. Tentang perasaan yang selalu kuhiraukan keberadaanya dan
melupakan siapa saja yang pernah singgah di hati.
Engkau adalah episode terpanjang yang pernah aku tau dalam
menuntun perjalanan hidupku yang nyaris kehilangan arah. Tidak kusangka, engkau
adalah orang yang dititipkan Tuhan dalam menuntunku kembali ke jalan yang
benar. Memang benar, aku pernah meminta pada-Nya untuk dihadirkan seseorang
yang bisa membawaku kembali pada saat dalam kondisi sejatuh-jatuhnya. Tak
kusangka, jika orang itu adalah kamu.
Kini yang tersisa dalam diriku adalah keberpasrahan sembari menunggu
dalam batas waktu tertentu meski banyak orang yang mencoba masuk dan mencari
tau tentangku. Ya, aku menyembunyikan diriku dari khalayak ramai, harap-harap
tidak ketahuan tentang apa saja yang telah kulakukan selama sisa hidupku.
Bagiku, engkau pun juga sama misteriusnya sama seperti diriku. Hanya
saja, semakin aku mencari tau tentangmu atau hal apa saja yang membuatku merasa
mundur untuk menyukaimu. Semakin itu pula aku malah semakin menyukaimu, bahkan
semakin candu. Aku tak berani, bagiku rasa ini sudah sangat cukup mengiringi
dalam setiap langkahku. Perjalanan hidup dengan beragam impian yang kuhamparkan
dalam jejak rencana.
Jika hati kecil ini berbicara, mungkin saja ia akan mengatakan
bahwa aku ingin menjadi bagian masa depanmu. Hanya saja, logikaku mengatakan bahwa
aku harus tau diri. Niatku tulus untuk belajar karena Allah. Namun jika pada
akhirnya jatuh cinta, aku sungguh tidak tau dan anggaplah bonus.
Maka tidak ada cinta yang paling baik bagiku selain mengadakanmu
dalam setiap doaku. Berharap segala kebaikan menyemai pada dirimu. Sebab
bahagiamu adalah bahagiaku. Biarlah kujaga, entah seberapa lama. Namun saat aku
mengingatmu, doa terbaik untukmu sebisa mungkin selalu kuadakan.
[Salam Rindu]
Diary Harumpuspita
Liburan : Pantai Romantis
Lebaran 1440 H (Idul Fitri)
Sharing Hati dan Rasa Penasaran
Pernah enggak sih kalian merasakan hati rasanya mulai aneh kalau ketemu teman? Ya kali kalau lagi ada hutang sama yang bersangkutan. Tapi ini ya berupa ketertarikan. Aneh, ya kan. Hati bisa saja terbolak-balik. Padahal awalnya biasa saja. Terus merasakan jatuh hati setelah itu patah hati. Setelah itu, ya biasa lagi. Seperti ritmenya gelombang air laut.
Tapi itulah kehidupan. Kita tak akan pernah lepas yang namanya permasalahan hati. Sedangkan pelabuhannya saja tidak tahu. Bisa jadi tertarik dengan orang yang baru ditemui atau malah baru sadar tentang perasaan pada teman lama.
Oke, sekarang kita beralih ke rasa penasaran ya.
Akhir-akhir ini saya penasaran dengan sosok misterius tapi menyebalkan. Ingin mencari tahu tapi ego mengatakan jangan. Sudah pasti ini bikin kesal. Sampai sekarang masih penasaran. Siapa ya kira-kira yang komentar tapi tidak tahu itu dari siapa. Hanya saja logatnya bisa dikenali seperti dari orang terdekat. Ingin menebak tapi rasanya kok malah sok tahu. Yasudah deh, sampai sekarang masih tenggelam dengan rasa penasaran.
Kalau kalian sendiri bagaimana dengan menyikapi rasa penasaran?
Kalau ada yang mau sharing tentang perasaan dan rasa penasaran bolehlah.
Salam Rindu
Harumpuspita
Wattpad : Dunia Jingga
Pada area profil juga ada 'about' yang artinya tentang. Jadi, kita bisa menjelaskan bagaimana diri kita terhadap pembaca yang akan singgah. Buat saja semenarik mungkin, siapa tahu bakalan ngefollow. Biasanya kata yang tertulis tidak lebih dari 2000 kata. Bisa juga terhubung dengan website yang kita punya. Kalau kalian singgah, kemudian mengklik linknya. Pasti akan diarahkan pada blog ini. Ini bisa diatur dari konfigurasi yang berada di pojok kanan atas. Gambarnya seperti bunga putih. kalau gambar orang yang ada tanda plus itu maksudnya jika kita ingin mengundang teman. Saat ini Wattpad merekomendasikan bisa terhubung dengan facebook, tweeter, maupun instagram. Bahkan juga bisa dengan menyalin link.
Selanjutnya ada 'Conversation' yang berarti percakapan. Ini sangat menarik bagi kita para penulis yang lagi buntu dengan ide atau lagi bosan. Bisa membuat suatu pertanyaan maupun pernyataan di dinding percakapan. Orang yang pertama kali tahu kita sedang ingin membuat percakapan pasti para pengikut kita. Sehingga, jika semakin banyak pengikut pasti semakin seru dan asyik untuk berdiskusi. Apalagi para pengikut kita pada sehati.
Kemudian ada 'Activity' yang berarti segala aktivitas kita terekam di Wattpad. Baik itu komentar, memberi bintang, nge-follow, memasukkan cerita di dalam daftar bacaan, update cerita, dan lain-lain. Kecuali kalau lagi mengetik sama memasukkan buku ke perpustakaan pribadi tidak akan terekam di aktivitas. Hanya saja tersimpan di tempat yang tepat.
Jika kita men-scroll sampai bawah akan diarahkan langsung karya kita. Misalnya 'Stories by Harumpuspita'. Maka kalau mau mengetahui semua karya tanpa harus mengklik ikon 'Work'. Kita hanya cukup men-scroll ke kanan dan kiri saja. Setelah itu di bawahnya akan ditampilkan 'Following'. Sistemnya juga sama seperti karya, hanya dengan men-scroll ke kanan dan kiri saja. Terakhir yang paling bawah adalah 'Reading List' atau daftar bacaan. Nah, yang ini baru sistemnya berbeda. Cukup men-scroll ke atas dan bawah.
Pilih Blogger atau Aplikasi?
Oke, kembali ke topik awal. Aplikasi yang saya maksud adalah aplikasi menulis untuk para penulis. Seperti halnya Wattpad, Sweek, Storial, Ketix, dan bahkan Tinlit. Pada sesi berikutnya akan dibahas secara terperinci dan pastinya asyik. Maka, saya memilih menulis cerita di aplikasi.
Kenapa Kak? Kok, enggak blogger saja? Bukannya Ngeblogger bisa menghasilkan uang. Sedangkan di aplikasi banyak saingannya.
Sebenarnya banyak artikel yang sering mengatakan ladangnya uang ya dengan beralih ke blogger. Tapi, untuk website yang memang benar terkenal. Apalagi banyak iklannya. Kalau website ini, duduh enggak kepikiran. Lagi pula masih baru berkembang. Awalnya hanya sekadar iseng-iseng. Sebagai wadah unek-unek yang tidak kesampaian. Lagian juga bersifat umum.
Tapi, kalau di Aplikasi menulis memang diperuntukkan untuk membuat buku. Keuntungan lainnya adalah hak cipta yang dimiliki setiap penulis. Kalau di blogger bisa di copy paste dengan mudah. Siapa sih yang bakalan enggak marah kalau tulisannya dicuri orang lain. Ide itu mahal dan menulis juga enggak singkat. Pasti membutuhkan waktu dan tenaga. Apalagi kalau menulis enggak ada dukungannya. Pasti berat, biar saya saja.
Walaupun beberapa aplikasi ada juga yang berhasil diplagiat sama orang lain. Namanya juga kehidupan, kita tidak akan terlepas dari ujian. Hal yang terpenting adalah banyak berdoa dan jalin relasi dengan para penulis lainnya. Jadi, para pembaca bisa mengakui bahwa karya tersebut memang tulisan kita. Sebenarnya itu keuntungan pembaca. Bukan maksud untuk riya. Tapi, memang benar apa yang dibilang para penulis lainnya. Penulis tanpa pembaca rasanya tidak ada apa-apanya. Kita kan juga perlu tahu bagaimana kualitas tulisan kita.
Untuk saat ini saya sedang berusaha menjelajah ke berbagai tempat. Mungkin dengan cara seperti itu bisa mendapatkan bayaran berupa bahagia yang tak dapat didefinisikan atau bahkan bisa mengubah diri menjadi pribadi yang baik lagi. Semoga saja, aamiin ya rabbal alamiin. (Ups, jadi curhat deh. #plak)
Oke, sampai di sini dulu. Sampai jumpa di konten selanjutnya.
Salam Rindu
Harumpuspita
Pilih Cerpen atau Novel?
Cerpen adalah singkatan dari cerita pendek. Termasuk karya sastra yang biasanya sekali baca duduk. Nah, pasti pada bingung kan ini maksudnya apaan ya. Kali ini saya akan mengambil pengertiannya dari website pendidikan.id ya, daripada mengambil pengertian sendiri. Hal yang ada malah sotoy tapi enggak benar. Waduh, bisa ditimpuk masa deh saya. Menurut website tersebut cerpen memiliki jumlah kata yang tidak lebih dari 10.000 kata. Kalau lebih bisa kita daftarin ke ajang Watty 2019 ya. Biasanya cerpen ini dituliskan hanya kejadian yang paling penting saja dan tidak mendetail seperti novel.
Kalau pengalaman saya dalam menulis cerpen ini. Biasanya kata yang saya tuliskan berjumlah 1.500 sampai 2.500 sudah mantap betul alias mantul. Ciri lain dari cerpen adalah kata-kata yang digunakan cukup sederhana dan mengandung pesan yang kuat dalam cerita. Jadi, kalau orangnya yang mudah bosanan. Ada baiknya menulis cerpen saja. Biar tidak kesal kok enggak kelar-kelar. Maklumlah setiap orang pasti memiliki mood yang berbeda pada waktu berbeda pula.
Nah, kalau novel adalah prosa panjang yang tulisannya berjumlah 40.000 atau lebih. Bisalah bagi yang suka sama drama, film, dan sinetron buat novel. Saya paling suka menulis novel karena rasanya ketika menulis seperti mendalami karakter penokohan. Selain itu bisa dibuat ajang curhat. Hehe, kesempatan ya kan. Pada novel sering dibuat sistem bab per bab. Kalau saya biasanya satu bab berisikan 1.200-2.000 kata. Kalau sudah bosan hanya menuliskan 1.200 kata saja. Sedangkan saat ide mengalir bisa 2.000 kata. Hal ini tergantung selera dan apa yang ingin disampaikan.
Ciri novel lainnya adalah dituliskan secara mendetail baik secara latar dan penokohan. Kalau ditulis oleh penulis yang oke. Rasanya seperti nonton drama langsung. Bedanya sang pembaca bebas mengilustrasikan seperti apa gambaran tokohnya. Tidak seperti nonton film. Pasti yang dilihat duluan siapa pemainnya. Kalau pemainnya tidak disukai atau pada enggak keren pasti membosankan.
Alasan lain tentang mengapa saya lebih memilih novel daripada cerpen karena saingannya. Untuk menulis 40.000 kata dalam waktu singkat tentulah tidak mudah. Pasti penulis akan mengalami rasanya kebosanan yang bikin greget. Ingin lanjut tapi bosan dan parahnya membuat hati sebal.
Selain itu dalam novel dibedakan lagi genre apa. Misanlnya bergenre chicklit atau kisah seorang wanita yang menjadi tokoh utama. Fantasi atau dunia hayalan. Masih banyak lagi deh. Kapan-kapan kita akan membahas ini ya. Semoga saja, Allah masih memberikan kesempatan untuk saya menulis.
Salam literasi
Harumpuspita
Empat Tahun Perjalanan Menulis
Alhamdulillah, sudah empat tahun saya berkecimpung di dunia literasi. Tempat yang paling nyaman dalam mengeluarkan ide. Meskipun ide yang dimiliki kadang lurus, kadang pula berbelok-belok. Ini lebih baik daripada mengomel enggak jelas. Kalau orang Malaysia bilang 'membebel' entah apa-apa. Awalnya saya ingin membawa tulisan ini pada aplikasi yang menyediakan ruang untuk menulis. Tetapi, ada baiknya saya menceritakan secara singkat terlebih dahulu tentang perjalanan menulis ini yang tak pernah menyerah meski orang lain meremehkan. Katanya menulis tak menghasilkan apa-apa. Menulis hanya membuang waktu saja. Tetapi, menulis itu menurut saya adalah suatu bentuk keabadian.
Mungkin memang saat ini kita bukanlah siapa-siapa. Hanya seseorang yang hobi menguraikan kata dalam tulisan. Apalagi semakin banyak saingan dengan kemunculan penulis baru dan tenar. Ini bukan tentang siapa yang menyukai dan tidak. Jika sang pembaca tidak menyukai apa yang kita tuliskan. Setidaknya diri sendiri adalah orang yang pertama dalam menyukai tulisan sendiri.
Setiap orang memiliki jenis bacaan tersendiri. Jika hari ini belum ada yang bersedia singgah untuk membaca tulisan kita. Tidak masalah, mungkin suatu hari nanti akan ada orang yang datang dengan senang hati membaca apa yang kita tuliskan.
Oke, kita kembali ke topik awal tentang perjalanan menulis. Jujur, sewaktu kecil tak terpikir sama sekali untuk menjadi penulis. Tapi setelah memasuki dunia perkuliahan malah suka menulis. Mungkin, ini efek kebanyakan nulis jurnal pada masa itu. Jadilah sebuah tulisan tentang perasaan yang tidak dapat diungkapkan secara lisan. (#Plak)
Awalnya, hanya sekadar iseng-iseng mengikuti kegiatan mahasiswa eksternal yaitu Komunitas Penulis Anak Kampus. Kemudian saya belajar menulis puisi terlebih dahulu. Ternyata menulis puisi pun harus ada ilmunya untuk mendapatkan tulisan terbaik seperti penyair lainnya. Setelah itu, takdir mempertemukan saya dengan sebuah aplikasi yang berwarna jingga. Kalau orang bilang Wattpad. Aplikasi ini adalah aplikasi yang tidak asing lagi bagi kalangan penulis. Nah, berawal dari situ membuat saya semakin semangat dalam dunia tulis-menulis.
Tahun berikutnya saya mengikuti kegiatan mahasiswa eksternal juga yaitu tentang kepenulisan ilmiah. Hal ini saya lakukan karena jurusan yang saya miliki memang sebenarnya dari ilmu pasti, yaitu eksata. Jadi, saya mencoba untuk menyelami diri saya di sana. Sampai sekarang saya masih belajar untuk mencintai bidang pendidikan yang sedang saya tempuh.
Puncak dari kebahagian yang tak dapat terdefinisi adalah ketika berhasil menerbitkan sebuah buku yang berjudul Scrapbook 20. Kira-kira covernya seperti ini kalau kalian pada ingin membelinya. Bisa juga membeli langsung di https://bakbuk.id/search dengan mengetikkkan judul.
Sebenarnya pada tahun yang bersamaan pula. Karya saya yang pertama itu terbit di google book terlebih dahulu. Buku ini diterbitkan oleh Gee Publishing. Hanya tersedia dalam bentuk e-book. Jadi, lebih mudah dibawa ke mana-mana dalam bentuk dokumen di ponsel ataupun laptop.
Salam literasi
Harumpuspita
Membaca Vs Menulis
Oke, baiklah kita akan langsung mengarah pada pembicaraan kita kali ini, yaitu membaca VS menulis.