Cinta, Benarkah Ia Diam?



Cinta, benarkah ia ada?
Menyemai rasa yang paling langka
pada nada serta alunan ritme kehidupan

Cinta, dapatkah ia senada?
Sedang rindu membuat diri menengadah
Pada taut waktu menipu

Ini tentang rasa yang selalu dimiliki setiap orang. Diam-diam jatuh cinta. Pada seseorang yang tak disangka-sangka. Sebenarnya tak masalah bahwa jodoh pasti tak akan ke mana.
Hanya saja rindunya selalu ke mana-mana, bukan?

Melupakan bukanlah suatu hal yang mudah. Jika hati memaksa. Bisa-bisa malah semakin ingat. Terkadang ada saatnya hati terbelenggu dengan kata yang namanya 'ingatan'. Letaknya di jantung pada sisi terdalam. Seperti hati yang tengah terhimpit nyeri. 

Bahkan, rasanya hati ingin berbicara. Tanpa perlu melibatkan logika. Maka sungguh beruntung bagi orang yang memang telah menemukan cintanya. Ia dapat terobati dengan kehadiran orang di sisi. 

Sedangkan, bagi orang yang hanya bisa mencintai dalam diam hanya bisa mendoa. Ya Allah, aku mencntainya. Mungkin kata-kata itu selalu terlintas di dalam hati. Tetapi, logika mengatakan. Akankah rasa ini akan tersampaikan?

Ada yang tetap diam dengan menyimpan perasaan cinta. Namun untuk menyatakan ia takut jika semuanya akan berubah. Tak seperti dulu lagi. Pasti akan terjadi perubahan yang membuat suasana menjadi canggung. Bahkan mungkin tak akan bisa bertemu lagi. Takut orang yang dicintainya malah semakin menjauh. 

Ada yang menyatakan dalam doa. Jika memang ia adalah orang yang ditakdirkan. Maka biarkanlah ia selalu lekat dalam ingatan. Namun, jika bukan maka lunturkanlah dari ingatan. 

Namun, faktanya. Hidup ini seperti skenario yang paling rahasia. Jika masih belum menemukan titik terang, yaitu akad. 

Lalu, bagaimana penyelesainnya jika cinta itu diam?

Maka, jangan pernah lupakan kekuatan doa dan keyakinan. Jika Allah, memang memberikan sebuah jalan untuk sampai ke pelaminan. Maka Allah pasti akan menunjukkan jalan tentang ingatan dan langkah yang selalu mendekatkan. 

Untuk saat ini, biarlah waktu yang mengatakan dengan pernyataan setiap reka kejadian. Bersabarlah dan terus berusaha memperbaiki diri untuk memantaskan hati ke jenjang pernikahan. 


[Bukan pakar cinta]
Harumpuspita

21/12/2021

Jatuh cinta berulang kali, itu adalah hal yang biasa. Namun bagaimana jika jatuh cinta dengan orang yang sama berulang kali? Meski kilahan waktu membisu, rangkaian waktu berlalu, sayangnya rasa itu masih tetap singgah di hati. Sembari harap-harap akan menetap untuk selamanya.

Setiap hari, bahkan di saat hujan. Rasa itu tetap saja hadir tanpa diundang dan tanpa dibilang. Pada akhirnya, tulisan inilah yag menjadi penjawab rindu atau peleraian rindu pada ia yang di sana. Tak terlihat oleh mata, tetapi dekat di hati.

Kau tau, ingin sekali kuucapkan aku merindukanmu dan sangat mencintaimu.

Sayangnya, cintaku pada-Nya jauh lebih dari segalanya dan kukembalikan lagi rasa itu apabila rasa itu hadir di setiap momentum tertentu.

Aku menunggu, tentu saja. Sudah kukatakan sejak awal tak akan kuucapkan jika aku mencintai seseorang lagi. Khawatir akan pergi jika kukatakan seperti itu. Sayangnya, semua prakata yang dulunya pernah kuucapkan jangan sampai malah berpusat padamu. Semua yang tidak ada pada diriku, malah ada padamu. Bahkan prinsip tidak akan menyukai orang yang lebih tua. Malahan itu terjadi dan itu ada padamu.

Aku tak tau, jelas aku tak tau. Selama dua puluh tiga tahun ini aku sangat menjaga diri untuk tidak berpacaran dengan siapa pun meski jatuh cinta berulang kali dan ketika jatuh cinta padamu, rinduku lebih sesak dan doa serta sujudku semakin kuperbanyak. Menguraikan rasa yang terus bergerumul meminta untuk bertemu. Sampai pada akhirnya, Allah sendiri yang menuntunku untuk bertemu padamu. Kala itu, ketika berpasrahanku untuk melupakan segala yang terjadi. Saat itulah, aku menyadari bahwa Allah sangat baik padaku.

Mungkin aku sudah menyukaimu sejak pertama kali bertemu secara nyata padamu. Hanya saja, aku memang tidak menyadari hal itu. Bolak-balik aku katakan kepada diriku bahwa kamu mungkin sudah ada yang punya atau engkau terlalu tinggi untuk kugapai. Hingga pada momen tertentu, aku kembali bertanya padamu. “Apakah sudah ada orang yang kamu targetkan untuk menjadi pendamping?” tanyaku tanpa dosa. Saat engkau jawab belum, saat itulah aku menyadari tentang perasaanku sendiri. Tentang perasaan yang selalu kuhiraukan keberadaanya dan melupakan siapa saja yang pernah singgah di hati.

Engkau adalah episode terpanjang yang pernah aku tau dalam menuntun perjalanan hidupku yang nyaris kehilangan arah. Tidak kusangka, engkau adalah orang yang dititipkan Tuhan dalam menuntunku kembali ke jalan yang benar. Memang benar, aku pernah meminta pada-Nya untuk dihadirkan seseorang yang bisa membawaku kembali pada saat dalam kondisi sejatuh-jatuhnya. Tak kusangka, jika orang itu adalah kamu.

Kini yang tersisa dalam diriku adalah keberpasrahan sembari menunggu dalam batas waktu tertentu meski banyak orang yang mencoba masuk dan mencari tau tentangku. Ya, aku menyembunyikan diriku dari khalayak ramai, harap-harap tidak ketahuan tentang apa saja yang telah kulakukan selama sisa hidupku.

Bagiku, engkau pun juga sama misteriusnya sama seperti diriku. Hanya saja, semakin aku mencari tau tentangmu atau hal apa saja yang membuatku merasa mundur untuk menyukaimu. Semakin itu pula aku malah semakin menyukaimu, bahkan semakin candu. Aku tak berani, bagiku rasa ini sudah sangat cukup mengiringi dalam setiap langkahku. Perjalanan hidup dengan beragam impian yang kuhamparkan dalam jejak rencana.

Jika hati kecil ini berbicara, mungkin saja ia akan mengatakan bahwa aku ingin menjadi bagian masa depanmu. Hanya saja, logikaku mengatakan bahwa aku harus tau diri. Niatku tulus untuk belajar karena Allah. Namun jika pada akhirnya jatuh cinta, aku sungguh tidak tau dan anggaplah bonus.

Maka tidak ada cinta yang paling baik bagiku selain mengadakanmu dalam setiap doaku. Berharap segala kebaikan menyemai pada dirimu. Sebab bahagiamu adalah bahagiaku. Biarlah kujaga, entah seberapa lama. Namun saat aku mengingatmu, doa terbaik untukmu sebisa mungkin selalu kuadakan.

 

[Salam Rindu]

Diary Harumpuspita


Previous
Next Post »