![]() |
Gambar 1. Insto Dry Eyes |
Atasi mata kering dengan INSTODRY EYES. Sekarang nggak perlu khawatir kalau mata lagi kering karena kelamaan
baca buku atau di depan laptop ngerjain tugas yang enggak kunjung ada habisnya.
Ada hal yang paling
menggelisahkan sejujurnya, tentang mengapa segala hal bisa berubah begitu saja.
Namun menulis sejujurnya adalah bahasa paling meneduhkan dalam menguraikan
kisah-kisah yang terpendam. Dulu, saat pertama kali jatuh cinta. Kisah-kisah itu
hadir menguraikan segala adanya tentang diri. Namun sejak patah hati, kisah itu
terhenti di tengah jalan begitu saja dalam waktu yang lama.
Seharusnya saya tahu bahwa
menjadi penulis adalah sebuah jam terbang. Bukan hanya perihal menyandang
status seorang penulis belaka. Jam-jam terbang itulah yang harus dinikmati
setiap momentumnya dan menyajikan tulisan terbaik. Tentang beragam sarat makna
dan segala pesan-pesan yang belum tersampaikan.
Jika para penulis lainnya mampu
menulis karena ada yang dikejar supaya tidak ingin ditinggal oleh pembaca.
Justru menulis bagi diri ini adalah sarana untuk menguraikan segala duka yang
bersarang selama ini. Sungguh, apakah saya peduli dengan tulisan apa yang
kusajikan kepada orang lain? Sepertinya selama ini belum. Terbaca ataupun tidak
terbaca, saya masih saja terus menulis. Bahkan tanpa aba-aba menambah judul
baru. Padahal naskah lama belum usai. Masih banyak teka-teki yang belum
terpecahkan. Namun menulis adalah peleraian yang tidak biasa dan begitu
menenangkan. Saking seringnya menulis dengan laptop dan membentuk kebiasan.
Tidak perlu melihat keyboard lagi,
palingan hanya sesekali saja.
Dulu, air matsaya selalu
membahasahi pipi dan mengalir begitu saja. Seakan menyejukkan ketika tumpah ruah
disertai dengan rasa sesak yang berangsur-angsur pulih. Air mata yang dulu
selalu ada kini telah mengering. Kadang-kadang mata terasa pedas saat membangun
kedekatan dengan buku. Beberapa kali mengerjapkan mata untuk menginsterahatkan
mata. Namun tidak hanya berhenti sampai di situ saja. Saking kelelahannya mata
menatap, akhirnya tidur menjadi jalan terakhirnya.
Kalau begini, waktu telah
berjalan begitu saja. Sementara tidur adalah hal yang paling disesali. Sayang
waktunya terbuang begitu saja. Pernah suatu ketika tidur hingga jam empat sore.
Setelah bangun, rasanya seperti orang kehilangan dan bawaannya ingin
menyalahkan banyak orang. Padahal kesalahan adalah murni dari diri sendiri.
Bukan Hanya Tentang Tulisan, Tapi Juga Konten
Era zaman sekarang ini pun tidak hanya
serta merta mengatakan bahwa kita adalah penulis. Namun membangun branding
dengan membuat konten sekreatif mungkin adalah salah satu bentuk promosi.
Maklumlah belum memiliki nama. Tantangannya bukan hanya sekedar mengunggah
konten seperti biasa. Melainkan harus memikirkan juga bagaimana segi
kreativitasnya.
Momen-momen saat mengedit konten
adalah momen yang paling menyenangkan sebenarnya. Meskipun saat ini sudah ada
aplikasi yang memudahkan kita sehingga bisa meringkas pembuatan konten. Namun
enggak semua konten bebas diakses. Saking inginnya membuat sesuatu yang menarik
dan didukung oleh pernak-pernik unik. Cara-cara pembuatan manual pun ditempuh.
Sehingga membutuhkan waktu berjam-jam hanya untuk konten yang durasi singkat. Pada
saat seperti inilah yang membuat mata cepat sekali kering hingga rasanya pedas
saat menatap layar.
Dukungan Sumber Bacaan yang Nggak Tanggung-Tanggung
Meskipun setiap hari memiliki
target membaca buku walaupun sedikit. Ada di mana sebuah momentum seperti waktu
liburan mengejar target membaca. Meskipun masih mageran untuk mereview bacaan. Nggak
apa-apa. Gaskan terus sampai saat di mana sudah kepenuhan informasi dalam diri
dan waktunya dituangkan. Itulah prinsip saya selama ini dalam membaca. Meskipun
sudah lama dibaca, tapi masih bisa menceritakan isi buku yang dibaca. Yah,
walaupun momennya tidaklah sama seperti baru selesai dibaca dan pasti akan
menemukan perbedaan. Perasaan menggebu itulah membuat momentumnya begitu
hangat.
![]() |
Gambar 2. Cover Buku Depan Rasuna Said |
Hanya saja, saat memaksakan diri
ketika kondisi diri sedang tidak mood itu
rasanya jumpalitan gitu. Hal yang ada malah enggak kelar-kelar dan hasilnya
enggak memuaskan. Yah, walaupun dipaksakan juga sebenarnya bisa saja. Namun
pemaksaan sekalipun atas dasar kerelaan hati juga.
Nah pada saat mengejar target
inilah yang seru sekali. Saya mampu membaca maksimal 50 halaman dalam satu jam.
Rata-rata satu buku itu ada 300-an halaman. Maka waktu yang dibutuhkan itu
sekitar 6 jam untuk menghabiskan satu buku hingga tuntas. Syukur-syukur kalau
temanya seru bisa langsung habis dalam hari itu juga. Kalau tidak bisa sampai
tiga hari paling cepat, seminggu, bahkan ada juga loh yang berbulan-bulan. Pada
saat momen seru-seru inilah kadang terasa juga mata perih karena kering asyik
membaca buku.
![]() |
Gambar 3. Cover Belakang Rasuna Said |
Meskipun buku biasa tidak
memberikan dampak radiasi seperti halnya buku digital. Aktivitas mata yang
dituntut untuk menuntaskan bacaan itulah membuat mata kering. Tentu hal ini
sangat mengganggu sekali.
Insto Dry Eyes, Solusi Mata Kering Tanpa Harus ke Dokter
Tahu nggak Sob? Ternyata Insto
enggak hanya sebagai obat tetes mata belaka ketika mata kita kemasukan debu di
udara. Kini, insto telah menyediakan solusi untuk mata kering yang sedang
dialami saat ini. Namanya #InstoDryEyes yang mengandung Hydroxypropyl
methylcellulose hanya khusus untuk mengatasi gejala mata kering. Ada juga yang
khusus untuk mata merah. Nah, ini nih yang perlu diperhatikan supaya mengatasi
sesuai dengan gejalanya.
Mengapa harus Dry Eyes?
Insto Dy Eyes digunakan untuk memberikan efek pelumas seperti air mata dan mampu mengatasi gejala mata kering, meringankan iritasi mata yang disebabkan oleh kekurangan produksi air mata (biasanya pada penderita rheumatoid arthritis, keratoconjunctivis dan xerophyalmia) juga digunakan sebagai pelumas pada mata palsu. Ini sangat cocok sekali menjadi andalan di saat mata kering. Pokoknya #MataKeringJanganSepelein soalnya nyaman kalau dibiarkan. Yah, daripada mengganggu mendingan langsung ketemu solusinya kan.