Apakah kamu merupakan seorang penulis platform?
Bagaimana kamu menuliskannya selama ini?
Well, saya adalah seorang penulis yang kebanyakan karyanya
tersebar di mana-mana. Alhasil, saking percayanya dan asyik loncat sana dan
sini saya kehilangan database.
Loh, kok bisa? Gimana caranya tuh?
Warning
Walau sebenarnya saya
paling anti yang namanya ghibah, tapi demi pembelajaran bersama. Ya, enggak
apalah.
Beberapa kali saya mempercayakan kepada platform, beberapa
kali pula saya kecewa berat. Walaupun sebenarnya ada beberapa platform juga
yang memang kasusnya serupa. Hanya saja, dikarenakan karya saya enggak rampung
di sana dan enggak banyak jadi enggak terasa kali. Nah, di platform ini.
Benar-benar saya ngerasa kecewa berat.
1.
Sudah tak menjadi bagian dari Novelme
Platform yang berhasil membayar 400 ribu sebulan pada waktu
itu pada akhirnya terancam tutup juga. Yah, alhasil saya mundur, karena memang
para penulisnya juga pada mundur. Bahkan editor di sana juga turut mengundurkan
diri. Merasakan kekecewaan yang serupa.
Namun sebenarnya pada platform ini saya memiliki database juga karena waktu itu
nulisnya emang kejar tayang banget. Nyambung enggak nyambung kualitas ceritanya
saya gaskan hingga mencapai target.
2.
Cwitan bukan hanya sekedar Quotes
Cwitan adalah platform menulis
yang berdasarkan kata-kata mutiara. Saya enggak tahu dulunya bahwa kata-kata
mutiara meskipun jumlah katanya enggak banyak ternyata sungguh berharga. Tiada
hari tanpa ada kata-kata mutiara. Kini saya baru menyadari bahwa ada masanya
saya enggak bisa mengucapkan kata-kata mutiara.
Berhenti prokduksi. Hei, ada apa ini? Bahkan masalah yang banyak
sekalipun berdatangan enggak membuat saya mampu berkata selain diam dan pasrah.
Nah,
pada platform ini pun juga serupa. Tidak bisa diakses sama sekali dan data pun
dipastikan hilang. Kalau dihitung, ada ratuan kata mutiara yang berhasil saya
tuliskan di sana.
Kini saya menyadari bahwa hanya
dengan bermodalkan kata-kata mutiara doang. Ternyata juga bisa dibisniskan
jugaloh dan menghasilkan uang. Contohnya dibuat tulisan yang bisa dipajang di
dinding ruang tamu.
Rasanya sayang banget kalau buah pikiran hilang begitu saja
tanpa jejak.
3.
Storial si pengikat hati
Dulu sebelum kedatangan banyak
platform. Storial sudah launching dulu dan saya pikir sepertinya para penulis
bisa naik finansialnya dari menulis. Sementara wattpad masih gitu-gitu aja,
belum ada sistem royalti yang seperti sekarang ini. Sering ngadain event
menulis sebulan sekali dan rata-rata saya mengambil bagian darinya. Nah, mulai
dari situlah banyak karya saya seperti Renjana di Bulan Purnama, Nisa dan Aldo,
Alesha (Cerpen), Assalamulaikum Motivasi Iman, dan Food In Memories.
Hal inilah yang sangat
disayangkan bagi saya. Saya masih sangat ingat masa-masa tumbuh kembang
kepenulisan di sana apalagi yang event cerita Rahasia Salinem bercerita tentang kisah kehidupan seorang
nenek tua yang sebatang kara. Cerita itu paling berkesan bagi saya.
Saat ini saya berusaha mencoba
untuk mengakses Storial. Sungguh teramat disayangkan sudah berbulan tidak bisa
diakses kembali. Meskipun mengontak CS sedang berada dalam perbaikan. Saya
sudah kehilangan harapan di sana. Banyak teman saya yang punya cerita premium
sudah menarik naskah dan memutuskan kontrak dan membuat ekspektasi saya sungguh
mengkhawatirkan.
Terancam kehilangan data. Rasa
kekecewaan itu jelas ada. Namun kan enggak mungkin saya mau ngamuk seperti
apapun juga belum tentu bisa kembali. Alhasil berusaha merelakan sajalah.
Seperti berada di posisi capek aja gitu. Ada enggak ada udahlah. Apa mungkin
saya harus merelakannya begitu saja? Ini seumpama dengan kasus merelakan
sesuatu yang disayang.
Cerita kehilangan Database serupa
Pengalaman yang terasa gelap ini
pun pernah terjadi di para blogger yang ingin migrasi platform. Minggu lalu
saya ikut webinar yang diadakan oleh Cabaca dan kak Refi. Nah, beliau bercerita
bahwasannya ia juga pernah kehilangan
ratusan artikel yang pernah dibuat juga loh. Maka dari situlah saya berpikiran
bahwasannya menyelamatkan database bisa sepenting itu dan sangat urgent.
Menulis itu bukannya sekali kedip
jadi, tetapi melalui proses dan pengalaman yang panjang. Apalagi kalau
awal-awal menulis. Saya masih ingat sekali memaksakan diri berjam-jam di depan
laptop, tapi enggak menghasilkan target yang hendak dicapai. Bahkan dapatnya
hanya satu kalimat saja malah.
Kak kapan sebaiknya database diupdate?
Ya, sebaiknya, setiap kali menulis setiap itu jika kita harus menyimpan
ke databasenya, tapi kalau enggak memungkinkan minimal 3 bulan sekali lah.
Evaluasi
Ini sejujurnya menjadi pr besar bagi saya. Lebih milih
bertumbuh dibandingkan merawat, maksudnya saya tuh lebih suka menghasilkan
sesuatu yang lebih baru berupa tulisan atau belajar, dibandingkan sekedar merawat
apa yang ada. Sebab mengkategorikan sesuatu pada tempatnya itu kan termasuk
perawatan pada diri. Supaya lebih terorganisir dan enggak kebingungan ketika
mencari. Alhasil, saya hanya sekedar memindahkan doang. Ini nanti bisa saya
rencanakan deh pas waktunya tepat setelah menyelesaikan deadline yang rentang waktunya sungguh mengkhawatirkan.
Ada yang tahu nggak
masalahnya kenapa ya?
Masalah yang paling utama adalah finansial. Pengetahuan ini
saya dapatkan ketika mengambil bagian dari pembelajaran Back End Developer pada waktu itu. Pekerjaan Back End itu memang
mudah, tapi harus kuat di keuangan karena mengadakan website supaya bisa tayang saja di seluruh dunia itu membutuhkan
uang sewa loh. Bayar hosting istilahnya.
Platform-platform yang sudah mundur ini sudah dipastikan
tidak lagi membayar hosting. Bahkan di blog yang sedang saya tulis ini pun
desas-desusnya juga banyak yang khawatir tentang kan kita enggak tahu nasibnya
blogger ini gimana ke depannya.
Percaya pada sesuatu
itu menyakitkan, tapi yang lebih penting adalah kita harus percaya pada diri
sendiri bahwa bisa meminimalisir kemungkinan yang terburuknya. Selamatkan
database segera.