Membaca Vs Menulis

Sumber gambar : literasipribumi.wordpress.com

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. 
Rasanya tak akan lengkap bila tak diawali dengan sapaan dan salam. 
Hai sahabat pena di mana pun kalian berada. 
Alhamdulillah kali ini saya balik lagi untuk membicarakan sesuatu. Ehem, hati ingin berkata banyak melalui kata-kata di dalam tulisan ini. Namun, rasanya hanya basa-basi tak tentu arah. Maklumlah namanya juga penulis yang kadang kurang waras dengan tema lawas.

Oke, baiklah kita akan langsung mengarah pada pembicaraan kita kali ini, yaitu membaca VS menulis. 

Ada beberapa orang yang hobinya membaca saja, menulis saja, atau malah keduanya. Menurut kbbi.web.id, membaca adalah kegiatan melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau dalam hati). Kalau hanya sekadar melihat saja tapi tak memahami apa yang tertulis berarti tidak sedang membaca. Alias tengok-tengok atau lihat-lihat saja. Tapi, menurut saya sendiri sekadar melihat saja juga sudah termasuk kegiatan membaca. Sebab, terkadang ada juga tulisan berat yang belum sampai pengetahuan kita untuk membacanya. Kalau diilustrasikan seperti halnya kita mau mengambil buah tapi tangga tak cukup tinggi untuk menggapainya. Apalagi jika menggunakan bahasa asing yang terjemahannya sama sekali tidak tahu. Ya sudah deh, kirim salam saja sama tulisan yang tertulis.

Menulis adalah kegiatan menguraikan kata-kata dalam bentuk tulisan. Kalau menurut kbbi.web.id sendiri, menulis adalah membuat huruf angka dan sebagainya dengan pena, kapur, dan lain-lain. menulis juga diartikan sebagai melahirkan pikiran atau perasaan. Jadi, intinya menulis itu bebas. Terserah apa saja yang mau ditulis. Sebab kertas-kertas itu tidak akan pernah mengeluh seberapa banyak kata yang tertulis. Waduh, maaf ya jadi puitis begini. Tapi, kalau kegiatan menulis bagi seorang penulis adalah kegiatan yang paling menyenangkan. Apalagi kalau idenya sudah mengalir. Seperti air yang selalu berjalan mengikuti arah arus. 

Kegiatan membaca dan menulis adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Biasanya tulisan adalah bentuk implementasi dari apa yang pernah dibaca. Jadi, semakin banyak seseorang membaca. Maka semakin banyak pula kosakata yang ia miliki dalam menulis. Alias tidak kaku dalam menuliskannya. Tapi, ini tergantung apa yang penulis baca dan rasakan juga. Jika, tulisannya seperti monoton atau bergerak di situ-situ saja. Mungkin kurang beragam eksplorasinya dalam membaca. Apalagi kalau hanya membaca dari tulisan penulis favorit saja. Bisa jadi kerangka tulisan dan gaya bahasa mengikuti penulis favorit tersebut. Kalau orang bilang istilahnya ngikut-ngikut. Sebenarnya ini menguntungkan jika kualitas tulisan tersebut terbaik. Jadi, kita bisa mengikuti yang baiknya. 

Tapi, hal yang menarik lagi adalah penulis yang menjelajah ke beberapa penulis lainnya. Ia bisa melihat dan menilai gaya tulisan masing-masing. Sehingga penulis ini bisa menemukan gaya tulisannya sendiri dalam menulis. Senyaman dan semenyenangkan hati. Apalagi pengetahuannya semakin beragam seperti halnya menjelajah keliling dunia. Jadi, benar ya istilahnya keliling dunia melalui jendela kata. Tak perlu biaya yang mahal. Kita bisa tahu informasi tersebut. Apalagi internet sudah menjadi kebutuhan utama dalam kehidupan. Maka, manfaatkan saja apa yang ada dengan sebaik-baiknya.

Perumpamaan menulis dan membaca bagi penulis itu seperti bernapas. Membaca adalah kegiatan menghirup udara. Sedangkan Menulis adalah kegiatan mengeluarkan udara. Hal tersebut pasti melalui sebuah proses yang panjang. Bagaimana aliran udara, yaitu oksigen bisa dialirkan ke seluruh tubuh. Membaca dan menulis adalah milik semua orang. Setiap orang bisa melakukan ini tanpa ada yang perlu mengusik. Maka orang yang bisa membaca dan menulis adalah orang-orang yang beruntung. 

Oke, mungkin sampai di sini dulu ya pembahasan kita kali ini. Selanjutnya saya akan menuliskan tentang pengalaman menulis. Sampai jumpa di artikel selanjutnya. 

Previous
Next Post »