Menjadi Bookstagram di Usia 25

Menjadi Bookstagram di Usia 25

Sebagai manusia yang mendedikasikan diri sebagai penulis sejak tahun 2019. Rasanya tak afdal jika tidak familiar dengan buku, sebab buku adalah jendela dunia. Akan ada banyak hal yang yang terungkap ketika kita membuka buku dan buku adalah guru yang terbaik.

Tulisan tanpa referensi tentulah menjadi sangat hambar rasanya. Saya dulu pernah merasakan masa-masa hanya menulis, mencari inspirasi ke sekitar dan menulis lagi tanpa terbesit untuk menambah kapasitas dengan membaca.

Apa yang dirasakan?

Saya hanya bisa merasakan sesuatu yang hampa dan putarannya itu-itu saja. Bahkan polanya pun bisa ditebak. Sementara inspirasi untuk tetap menulis tetap ada saja dong. Namanya juga penulis fiksi, jadi risetnya enggak harus selalu dengan membaca. Hanya dengan melihat dan merasakan lingkungan sekitar.

Tepat tahun 2023 ini setelah bulan Ramadan 1444H. Saya mencoba sesuatu yang baru dengan menjalani hari-hari sebagai pembaca yang diadakan oleh Langkah Bayi selama 30 hari berturut-turut. Mulai dari langkah kecil itulah, qadarullah saya juga diberikan sebuah buku tentang perjalanan seorang Penghapal Al-Quran yang mencapai impiannya.  

Jadi, sejak kapan saya menjadi seorang bookstagram?

Saat itu saya belum masuk ke dunia literasi yang ternyata memberikan sebuah hadiah untuk orang-orang yang beruntung seperti giveway. Sampai suatu ketika saya bertemu dengan sebuah akun @catatanseorangeha memberikan sebuah hadiah giveway sebuah pelatihan menjadi Bookstagram. Alhamdulillah, saya ikutan dan bertemu dengan Kak Dipi dan teman-teman lainnya.

Previous
Next Post »