Resume Materi : Menjadi Pribadi Islami
Selamat anda telah naik ke
jenjang Madya. Itu berarti akan ada serangkaian pembelajaran yang lebih intens untuk
naik ke jenjang Andal. Apakah ini merupakan sesuatu yang benar-benar layak?
Tepat 21 November 2023, FLP SUMUT
melaksanakan pembelajaran pertama di jenjang Madya. Pesertanya ada yang dari
Binjai, Langkat, Medan, dan Padang Lawas. Sebuah permulaan sebagai garis start
waktunya untuk berubah. Walaupun hidup ini terus mengalami kedinamisan dalam
hidup. Boleh jadi selama ini kita telah futur. Iman merosot dan harus dicharger ulang.
Pemateri : Abdi Siregar
(Anggota Andal FLP)
Moderator : Dewi Chairani
Slide pertama dimulai dengan mengenali empat kepribadian manusia pada
umumnya, yaitu Sanguin, Koleris, Melankolis, dan Plegmatis. Apabila kita
memahami kepribadian ini, tentulah kita mudah untuk menganalisis kepribadian
diri. Enggak memikirkan kepribadian orang lain, minimal kepribadian diri
sendirilah.
Sanguin
Pada tipe kepribadian pertama, orang ini pada umumnya memiliki banyak
kekuatan, bersemangat, mempunyai gairah dalam hidupnya yang tinggi, bisa
membuat lingkungan gembira, dan senang.
Tipe kelemahannya adalah ia cenderung bertindak sesuai dengan emosi
dan keinginannya, mudah sekali dipengaruhi lingkungan, dan kurang bisa
menguasai diri sendiri.
Koleris
Tipe kepribadian ini berorientasi pada pekerjaan dan tugas. Mereka
memiliki disiplikan kerja yang sangat tinggi. Dia bisa melaksanakan tugas
dengan setia dan bertanggung jawab. Kelemahannya adalah kurang merasakan
perasaan orang lain, belas kasihnya terhadap penderitaan orang lain agak kurang
karena perasaannya kurang bermain. Wow, ini merupakan tipe yang
mengenyampingkan perasaannya sendiri demi tanggung jawab. Sepertinya cocok juga
untuk tipe orang yang ditempatkan sebagai abdi negara.
Melankolis
Tipe orang yang terobsesi pada karya yang paling bagus, paling
sempurna, mengerti estetika keindahan hidup ini dan perasannya sangat kuat, sangat sensitif. Kelemahannya mudah sekali dikuasai perasaan murung. Tidak
mudah baginya untuk senang atau terawa terbahak-bahak. Sering merasa kecewa dan
depresi jika apa yang diharapkanya tidak sempurna.
Apakah saya termasuk memiliki kepribadian ini, setelah melihat ke
belakang tugas banyak yang tak selesai? Walaupun cenderung memiliki kepribadian
ini bukan berarti sepenuhnya saya plek ketiplek tipe ini juga.
Plegmatis
Tipe kepribadian ini adalah kepribadian yang berbahaya walaupun
sebenarnya ia punya kencederungan, santui, kalem, cuek, dan cinta damai. Kelemahannya
adalah mudah ditipu karena terlalu percaya pada orang orang lain, tidak
memiliki impian atau semangat dalam mengejar impian, sulit menentukan pilihan,
terlalu tidak enakan, dan sering menunda-nunda.
Unsur-Unsur Kepribadian Muslim
Menurut Matta, manusia adalah zat yang terdiri dari unsur segenggam
tanah dan setiap ruh. Berdasarkan dua kecenderungan unsur inilah Allah Swt
menciptakan kecenderungan dan dorongan tertentu yang kemudian menjadi
dasar-dasar dalam membentuk kepribadian manusia. Unsur ruh lebih cenderung
kepada fitrah untuk beribadah kepada Allah, sedang unsur tanah (fisik)
cenderung untuk bertindak dan bersikap.
Saya jadi teringat dengan jokes anak
muda tentang sikap seseorang yang katanya manusia diciptakan dari tanah. Kalau kerjaannya
asyik mengambil hak orang lain, barangkali dibentuk oleh tanah sengketa.
Al Banna meletakkan pembentukan kepribadian muslim di urutan pertama
dalam urutan amal dalam berdakwah. Pribadi dimaksud adalah pribadi yang
memiliki akidah (keyakinan) yang lurus, ibadah yang benar, akhlak mulia,
wawasan yang luas, fisik yang kuat, bersungguh-sungguh melawan hawa nafsunya,
menjaga waktunya, mengatur urusannya, punya kemampuan usaha, dan bermanfaat
bagi orang lain.
Internalisasi Nilai dalam
Pembentukan Kepribadian Muslim
Ada dua cara yang bisa dilakukan untuk menginternalisasikan
nilai-nilai Islam ke dalam kepribadian seseorang :
1.
Dilakukan oleh dirinya sendiri (Self education). Pada dasarnya manusia
memiliki kapasitas natural untuk belajar sendiri.
2.
Melalui orang lain (education by another). Hal ini berproses melalui kerjasama dengan
orang lain.
Dua cara ini dalam dunia pendidikan Islam disebutkan sebagai tarbiyah dzatiyah (pembentuikan diri
sendiri) dan tarbiyah jama’iyah (pembentukan
kolektif).
Konsep Tarbiyah Islamiyah memiliki sasaran dan tujuan :
1. Setiap individu dituntut untuk memiliki
kelurusan akidah yang hanya dapat mereka peroleh melalui pemahaman terhadap
Al-Quran dan sunnah.
2. Setiap individu dituntut untuk beribadah sesuai
dengan petunjuk yang disyariatkan kepada Rasulullah Saw.
3. Setiap individu dituntut untuk memiliki
kesanggupan akhlak sehingga mampu mengendalikan hawa nafsu dan syahwat
4. Setiap individu dituntut untuk mampu menunjukkan
potensi dan kreativitasnya dalam dunia kerja
5. Setiap individu dituntut untuk memiliki
keluasan, wawasan.
6. Setiap individu dituntut untuk memiliki kekuatan
fisik melalui sarana-sarana yang dipersiapkan Islam.
7. Setiap individu dituntut untuk memerangi hawa
nafsunya dan senantiasa mengokohkan diri di atas hukum-hukum Allah.
8. Setiap individu diminta untuk mampu mengatur
segala urusannya sesuai dengan keteraturan Islam.
9. Setiap individu dituntut untuk mampu memelihara
waktunya sehingga dia akan terhindar dari kelalaian dan perbuatan manusia.
10. Setiap individu harus menjadikan dirinya
bermanfaat bagi orang lain.
Kesimpulan di akhir :
Kalau memperbaiki diri sendiri secara sendirian akan rapuh, makanya
sebaiknya berjamaah. Kita enggak bisa hanya mengandalkan membaca buku sendiri,
itulah mengapa perlu tarbiyah atau bimbingan dari yang lebih paham atau
ahlinya.
Sesi Tanya Jawab :
Hal yang paling menarik adalah sesi tanya jawab dong, karena dengan
sebuah pertanyaan akan mengarah pada pendekatan intens dan lebih paham.
1.
Bagaimana hubungan menulis dengan konsep
kepribadian islamiyah?
Ketika kita masuk di FLP, itu
berarti secara tak langsung kita itu berdakwah dengan tulisan. Bahkan kita bisa
mendapatkan hidayah dari membaca cerpen/novel mereka. Makanya coba dulu
perhatikan karya-karya terdahulu seperti punya Mbak Asma, Mbak Helvie Tiana
Rossa dan yang lainnya.
Bahkan para ulama terdahulu
seperti imam syafii, ia selalu berwudhu dan shalat dua rakaat terlebih dahulu
sebelum menulis. Supaya niatnya terjaga dan benar-benar karena Allah.
2. Bagaimana
dengan orang yang semangat mengajak berbuat kebaikan, keesokan harinya malahan
tida khusyuk dalam ibadah? Apakah ini termasuk riya karena riya kadang tidak
disadari.
Jawab :
Terkait dengan rasa riya, kalau
kita punya pemikiran takut mengajak berbuat kebaikan karena dibilang riya.
Justru itu merupakan riya. Jangan takut kalau kita mau mengajak kebaikan, kalau
mereka melaksanakannya justru kita mendapatkan kebaikan juga. Makanya harus
ditepis dengan istighfar. Ketika kita melihat ada yang berbeda dengan hati
kita, segeralah beristighfar. Antara Ikhlas dan Riya ini setipis bawang merah.
3. Apakah
benar kalau orang yang diuji kesedihan itu banyak yang lulus, sementara diuji
kelapangan dan keluasan justru tidak banyak yang lulus?
Jawab : Kalau yang ini memang
belum ada pengujian, tapi dari cerita terdahulu banyak yang mengatakan kalau
ketika diuji dengan kepalangan justru banyak yang tak lulus karena kelapangan
sifatnya melalaikan. Walaupun begitu, mudah-mudahan ketika kita diuji dengan
kesedihan dan kelapangan bisa lulus. Apabila diuji dengan kesedihan kita
bersabar, apabila diuji dengan kelapangan kita bersyukur.
4. Bagaimana
dengan orang yang punya pemikiran bahwa melakukan ibadah sesuai dengan
kesanggupan kita. Makanya ketika diberi tahu ia mengelak bahwa saya hanya sanggupnya
ini saja kok?
Jawab : ada seorang ulama
mengajarkan kepada muridnya. Ia justru membawa mereka ke lapangan dan menyuruh
mereka untuk mengelilingi lapangan sesuai dengan kesanggupan mereka. Sementara ia
melihatnya. Ada yang dua putaran telah menyerah, tiga, empat, dan di putaran
yang kelima sudah banyak yang gugur.
Apa yang dilakukan ulama itu?
Ia tidak memberikan air minum.
Justru ia malah gantian mengelilingi lapangan sampai pada akhirnya putaran
ke-10 barulah ia berhenti. Ia melakukannya sampai titik penghabisan tenaga.
Begitulah gambarannya kira-kira dalam melakukan ibadah, bahkan ketika sampai
ketidaksanggupan lagi dan bahkan gugur sekalipun itu sudah termasuk jihad.
Itulah yang bisa saya sampaikan pada sesi berbagi kali ini, semoga
menjadi berkah dan Allah Swt merahmati kita semua.