Deadline
atau yang
dikenal dengan istilah batas akhir ini merupakan hal biasa di kalangan
mahasiswa. Sistem kebut selamam, tugas yang semakin menumpuk, dan tanggung
jawab dari sebuah amanah. Bukan hanya itu saja, deadline ini juga populer di kalangan para pekerja ataupun peserta
lomba. Jika diberikan waktu yang banyak misalnya sebulan. Maka mengerjakannya
sebelum pengumpulan tugas. Tiga hari, satu hari, bahkan satu malam sebelum
dikumpul.
Tidak heran, jika hal ini akan
memberikan dampak pekerjaan yang seadanya bagi para deadliner. Deadliner adalah istilah orang yang sering mengerjakan
sesuatu di batas akhir. Sekilas, tidak ada bedanya ketika diberikan tugas
langsung dikerjakan dalam waktu dekat. Siap tidak siap harus dikumpul. Meskipun
hasilnya tidak sesuai dengan ekspektasi. Acak adul dan membiarkan apa yang
terjadi.
Seringkali kegiatan batas akhir
ini akan menciptakan drama sendiri bagi pelakunya. Unik dan memberikan cerita
tersendiri. Bahkan ada yang menjadi kenangan dan tidak bisa dilupakan. Mulai
dari banyak yang bersalahan, lupa dengan sesuatu, dan parahnya lagi
menghalalkan segala hal hanya demi mengejar target. Sungguh sangat disayangkan,
sesuatu yang baik bisa berubah menjadi ketidakbaikkan ketika memilih jalan
instan.
Kebanyakan para pelaku deadline akan merasakan stress jika
sedang berada di batas akhir. Ada yang mudah cepat marah, stress, bahkan
tiba-tiba merasa beberapa anggota tubuh terasa sakit. Namun itu semua akan
memberikan sebuah inspirasi dadakan dalam sekali kedip. Tidak heran jika tugas
yang diberikan bisa saja selesai dalam satu malam. Bahkan menjadi orang yang
ligat dadakan.
Terlebih lagi inspirasi tidak
mudah didapatkan ketika di waktu yang senggang. Walaupun sudah melalui proses
perenungan, melihat apa yang sudah dikerjakan, bahkan relaksasi sekalipun masih
belum bisa mendapatkan inspirasi. Sebenarnya, mungkin saja ada. Hanya saja terlalu
banyak inspirasi malah membuat bingung tidak menentu. Hingga akhirnya, proses
dalam mengerjakan tugas berada di batas akhir juga. Hal ini serupa dengan galau
berkepanjangan sebelum menjelang deadline.
Dilemanya lebih lama daripada mengerjakannya.
Seseorang yang sering mengerjakan
sesuatu di batas akhir akan mengalami hal buruk apabila selalu mengerjakannya
hingga tengah malam. Bahkan sampai pagi rela tidak tidur hanya karena mengerjakan
tugas tersebut hingga selesai. Padahal, pada waktu malam hari bagian terpenting
di dalam tubuh sedang melakukan tugasnya berupa membuang zat beracun di dalam
tubuh. Secara bergantian mulai dari sistem peredaran darah hingga sistem
pencernaan. Sehingga tidak heran bahwa ketika pagi hari setelah bangun bagi
kita akan menemukan air seni yang berwarna lebih pekat meskipun tidak minum
apa-apa selama tidur.
Apa jadinya jika tugas mereka (para
anggota paling penting dalam tubuh) selalu diganggu ketika sang pemilik tubuh
sering mengerjakan sesuatu di batas akhir hingga lewat tengah malam? Konsekuensinya
adalah tubuh rentan terhadap penyakit
bersebab tidak sempurna mengeluarkan zat beracun dari tubuh. Hal ini sesuai
dengan pesan paling populer dari bang Haji Roma Irama. “Begadang, jangan begadang. Kalau tiada artinya. Begadang boleh saja,
kalau ada perlunya.” Tapi yang namanya batas akhir juga merupakan sesuatu
paling penting. Mau tidak mau, suka tidak suka, semua yang terlibat harus
melewatinya.
Aktivitas mengerjakan tugas
selalu di batas akhir ini merupakan sebuah kebiasaan. Kebiasaan yang akan
menjadi sebuah tabiat dan sulit diubah jika terlebih lagi tidak memiliki
kemauan yang kuat untuk berubah. Hal ini tentunya bukan hanya berdampak pada
diri sendiri tetapi juga orang lain yang berada di sekitarnya. Misalnya imbas
dari kemarahan ketika menjelang batas akhir. Selain itu, deadline ini bisa menyebabkan si deadliner menjadi pelupa. Ia lupa makan, minum, bahkan tidak ingat
kalau dirinya sedang sakit. Sehingga mengakibatkan si deadliner akan mengalami dehidrasi hingga sakit magg.
Bekerja di bawah tekanan akan
membangkitkan hormon adrenalin, sang pembawa pesan kimiawi antar sel atau antar
kelompok sel tubuh. Ia akan berfungsi sebagaimana mestinya dan tidak terpengaruh
pada lingkungan luar. Hormon adrenalin ini yang memicu seseorang untuk
bersemangat dalam mengerjakannya. Jantung berdetak lebih cepat sehingga
menimbulkan kewaspadaan yang meningkat. Tubuh akan melepaskan hormon ini ketika
seseorang merasa tertekan, stress, senang, takut, atau berada dalam kondisi
yang berbahaya dan menegangkan. Seperti yang diketahui bahwa detik-detik
menjelang batas akhir itulah merupakan bagian drama yang paling menegangkan. Jantung
berdetak dua kali lipat, napas menjadi cepat, dan rasa nyeri yang ada di tubuh
tidak terasa. Produksi keringat meningkat ketika berada di bawah tekanan juga
merupakan tanda bahwa tubuh sedang melepaskan hormon adrenalin.
Hal ini merupakan suatu hal yang
biasa. Hanya saja, jika kadarnya terlalu berlebihan akan memberikan dampak
buruk bagi kesehatan seperti gangguan tidur, sakit kepala, tekanan darah
tinggi, keringat berlebihan, jantung berdebar, pandangan menjadi kabur, gelisah
dan mudah marah. Pengaruh ini tentunya
juga tidak asing lagi dirasakan bagi para deadliner
yang berada di ujung tanduk. Sedangkan para deadliner
tidak bisa berbuat apa-apa dalam situasi hal ini selain terus bertarung
pada waktu dan batas akhir demi menghilangkan tekanan dalam diri. Pemikiran
yang bersarang di kepala hanya sebuah ketakutan akan mendapatkan hukuman atau
konsekuensi negatif bahkan terlebih lagi hilangnya sebuah kepercayaan yang
sudah dipupuk selama ini.
Kekurangan hormon adrenalin juga
menimbulkan dampak yang buruk jika kadarnya terlalu rendah, Orang tersebut
tidak akan merasakan takut dalam tekanan dan tidak peduli apa yang terjadi
meskipun berada dalam kondisi yang berbahaya. Kondisi ini sama halnya dengan
para deadliner ketika tidak bisa
melewati batas akhir dengan baik. Hingga akhirnya ia memilih mundur dan pasrah
pada waktu. Tidak lagi terpengaruh pada waktu dan berusaha menenangkan dirinya.
Kekurangan hormon adrenalin ini juga akan mengakibatkan depresi, merasa lelah,
gangguan tidur, migran, gula darah rendah, dan sindrom kaki gelisah.
Salah satu cara meghindari deadline ini adalah dengan membuat deadline sendiri. Para deadliner sudah pasti memiliki manajemen
yang buruk. Mereka tidak bisa menerapkan perencanaan yang baik. Bahkan sulit
menentukan sesuatu yang harus dikerjakan lebih dulu. Apalagi jika para dealiner suka memutuskan suatu hal hanya
berdasarkan perasaan atau sesuatu sesuai dengan keinginannya. Padahal belum
tentu apa yang baik menurutnya itu baik. Begitu pula sebaliknya. Misalnya deadline-nya dua hari lagi. Berhubung ia
tidak memiliki keinginan untuk mengerjakannya. Maka ditundalah dulu. Lagi pula
si pelaku deadliner sedang tidak
merasa tertekan. Jadi, hidupnya masih terasa santai saja pada waktu luang.
Para deadliner sudah terbiasa bekerja dalam kondisi tertekan. Sehingga
ia tidak memiliki motivasi khusus untuk menuntaskannya segera. Solusi membuat deadline sendiri rasanya menjadi sulit
bila memeranginya sendiri. Terlebih lagi, setiap kali mengerjakannya di siang
hari malah merasa kelelahan dan rasanya ingin mengantuk dan tidur. Akhirnya
tidak terselesaikan juga dan berakhir pada aktivitas rebahan.
Kopi adalah cara lain yang bisa
menjadi solusi ketika si deadliner sudah
berusaha mengerjakan tugasnya. Tetapi masih tertidur juga di siang hari. Kopi
mengandung kafein yang bisa memicu meningkatkan hormon adrenalin. Kafein ini
bisa masuk ke aliran darah dalam 15 sampai 20 menit. Namun efek yang dirasakan
dapat bertahan hingga sepuluh jam. Maka tidak heran bila para penikmat kopi
yang mengonsumsinya di malam hari akan mengalami kesulitan dalam tidur. Kafein
juga bisa terdapat pada teh dan cokelat. Hanya saja, kadar kafein dalam kopi
lebih banyak daripada teh dan cokelat.
Seperti yang dipaparkan di atas.
Hormon adrenalin bekerja ketika berada posisi di batas akhir. Si deadliner akan merasa sadar dan tidak
merasa mengantuk lagi. Setelah itu, hal yang bisa dilakukan adalah membebaskan
pemikiran. Sesuatu yang menjebak hati dan pemikiran untuk menghambat
mengerjakan tugas. Cobalah untuk melupakan segala yang menghambat. Berupa
keinginan ini itu yang mengalihkan perhatian dari mengerjakan tugas. Singkirkan
segala sesuatu yang tidak berkaitan dengan tugas. Baik itu dalam diri maupun
dari luar. Jika diperlukan bisa mencari tempat teraman dan tidak diganggu orang
lain ketika mengerjakannya.
Cara selanjutnya yang bisa
dilakukan adalah dengan memberikan tenggat waktu sama seperti ketika mengalami deadline sebenarnya. Ketika berada di
jam-jam tertentu juga harus selesai dengan target yang sudah disepakati dalam
diri. Jika tidak selesai juga akan mendapatkan konsekuensi. Misalnya masih
banyak tugas yang masih menunggu.
Jika menerapkan deadline lebih cepat daripada deadline sebenarnya. Tentu si deadliner akan mendapatkan dampak
positifnya. Hal yang paling mendasar adalah bahagia lebih lama sebab hati
merasa lebih tenang. Bisa membaca ulang dan mengerjakannya secara maksimal
sebelum dikumpul. Selain itu, tubuh akan tetap dalam kondisi sehat.
Semua orang pasti akan melewati
masanya deadline. Tergantung deadliner-nya sendirilah yang mengatur
apakah ia akan diatur oleh deadline-nya
sendiri ataupun deadline orang lain. Terlebih
lagi ketika si deadline bisa mengolah
hormon adrenalin dalam proses melewati deadline.
Bagi kalian yang mungkin hari ini masih merupakan para deadliner yang benar-benar deadlinenya
orang lain. Semoga kita bisa sama-sama menafakurkan solusi menghindari deadline di ujung tanduk.