Showing posts with label menulis. Show all posts
Showing posts with label menulis. Show all posts

Menuju Dunia Perbloggingan di Bulan Desember

 

Menuju Dunia Perbloggingan di Bulan Desember. Hallo, udah Desember aja ya ...

Saya nyaris lupa kalau udah lama banget enggak menyapa. Rasanya, kalau sudah mampir di blog itu yah memang saat lagi waras-waras dan kali ini otak sedang lancar untuk berpikir dan mengulas kembali hal yang ingin diulas. Asyik …

Jadi, anggap sajalah waktu memang sudah berlalu dan enggak terasa sudah Desember lagi. Setelah itu buat resolusi lagi. Namun sebelum ke situ ada beberapa hal yang ingin saya uraikan sebagai bentuk syukur karena sudah berada di waktu dan detik ini. Beberapa hal yang ingin saya uraikan adalah sebagai berikut :

1.       Job Review

Alhamdulillah, untuk kali pertama dalam job review dihubungi langsung. Eh, dicari langsung dah sama agency-nya. Gimana ya rasanya?

Senang banget deh, jingkrak-jingkrak gimana gitu karena saya yang ditawarin, di-DM langsung dan berakhirlah di WhatsApp. Bahkan digaji duluan malah. Pengalaman yang berharga sekali dan nanti kalau jadi pemateri tentang blog bisalah ya kan diceritain. Haha ...

2.       Kerjasama Backlink

Nah, yang ini juga sama di-DM juga sama seseorang yang dari Yogya, tepatnya Wonogiri. Tiba-tiba DM. “Kak, kerjasama tukeran backlink boleh?”

“Boleh dong.”

Udah lama memang sih, ada sekitaran sebulan yang lalulah. Namun saya baru bisa nulisnya sekarang. Sayang banget malah, udah janji nyatanya molor karena enggak bisa mengomitmenkan diri untuk menuntaskannya.

Okay, diulas dikitlah ya tentang yang ngajakin. Eh, jadinya teman baru di dunia perbloggingan nih. Pemilik blog TOMTOMID ini asyik ketika diskusi tentang SEO. Yah, sebuah algoritma yang enggak ada habisnya buat diulas buat saya sang pembelajar pemula ini.

Kalau dibilang perkembangannya pesatlah dan sepertinya memang serius full blogger dianya. Kelihatan dari jumlah artikel yang ditulis dan tentunya juga peningkatan DA/PA. Terus dia juga sedang menggeluti pada lomba blog. Nah, ini juga asyik ya kan.

Namun yang namanya SEO, namanya juga ranking satu. Enggak hanya DA/PA saja yang dibahas, tetapi juga menyeluruh. Termasuk dengan kualitas konten yang ditulis. Baik dari segi pencarian google  ataupun manusianya. Makanya kalau jago SEO bakalan diincar sama banyak orang. Eh, maksudnya sama yang punya bisnislah.

3.       Fokusin Satu Mentee

Sebelum ketemu sama pemilik blog TOMTOMID, saya lebih dulu berkenalan dengan Mba DeMoi atau kerap saya save dengan nama Deyu Puspita. Wuah, nama Puspitanya mirip nih dengan saya. Asalnya dari Sumatera Selatan. Kalau yang ini ketemunya dari KBM App dan dia stalkerin saya duluan dan akhirnya menawarkan diri untuk belajar bersama saya tentang blog ini.

Awalnya saya enggak berani mengambil peran ini ya karena mikirnya seperti belum layaknya gitu. Namun setelah diskusi dengan teman blog yang senior. Yaudin, gaskan aja. Tingkat keyakinan meningkat. Saat ini sih, kami juga saling belajar satu sama lain. Nah, yang jadi sefrekuensi itu adalah sama-sama penulis novel dan juga belajar ngeblog.

Beberapa teman lainnya pun juga nawarin diri untuk belajar ngeblog bersama saya. Kalau untuk saat ini, jadwalinnya mungkin di lain waktu saja karena saya ingin mencoba dulu dengan tingkat keberhasilan untuk satu Mentee. Nanti kalau sudah berhasil, baru deh mengadakan kelas. Yeay … asyik kan.

Saat ini saya masih pemula, perlu banyak hal yang dipelajari dan ditelusuri.

4.       Bertumbuh 1% Setiap Hari

Pengingat diri dalam setiap hari itu sangatlah berguna sekali. Namun, ya ujung-ujungnya memang harus dipaksakan. Saya sedang memperdalami itu dulunya. Hanya saja penguat itu memang lebih kuat kalau ada yang menguatkan. Heseh … Mantap sekali. Jadwalin diri bersama dengan planner yang sudah dirancang. Benar-benar membantu sekali bagi saya yang sering pelupa ini.

Makanya ketika ada orang yang bertanya, “kok kamu nulis sih?”

Hati saya hanya bisa ngebatin kalau saya ini merupakan orang yang pelupa. Kalau masih ada lagi yang nyinyirin tentang alasan saya menulis. Saya punya kekuatan dalam diri bahwa tidak ada yang bisa mengenali diri ini ya selain diri sendiri. Lagi pula, kita juga tidak bisa mengatur apa saja yang orang pikirkan tentang kita. Kecuali pemikiran kita tentang orang lain.

5.       Intellifluence

Nah, kalau yang ini nih saya dihubungi langsung oleh pihak CEO-nya. Saya juga enggak tau kenapa bisa sampai ada e-mail yang masuk. Namun kaget dan bangga saja gitu setelah tau langsung dihubungi sama pihak luar negerinya. Yaudah deh, langsung digaskan saja daftar ke sana. Siapa tau rezeki bisa nambah uang jajan dari sana. Insyaa Allah, aamiin ya rabbal alamiin.

    Begitulah cerita kali ini, cerita di awal Desember. Eh, udah pertengahan malah. #Plak. Harapannya, saya bisa lebih serius lagi dalam menjadikan diri sebagai seorang Blogger. Kemudian selalu sedia mengeksplorasi segala jenis pengetahuan. Yeay …

Transit Incheon In Love



Transit Incheon In Love

Oleh : Harumpuspita

“Stev!” Gadis berperawakan tinggi putih itu menyapa kepada orang yang baru saja ia antar. Keramaian dengan kesibukan masing-masing di Bandara Soekarno-Hatta tidak menjadi hal yang menyebalkan bagi orang yang dimaksud.

“Iya Ca?” Sebelah alis mata hazel itu terangkat. Mengembangkan senyumnya dan tanpa diminta langsung memeluk gadis itu setelah melepaskan pegangan koper di belakangnya.

“Pokoknya, aku kirim salam sama babang Kim Soen Ho ya di sana. Kamu kan berbakat jadi Paparazi. Hubungi aku langsung, aku fansnya berat dia.” Sedikit air matanya menggenang.

“Iya Ca. Insyaa Allah ya kalau bisa ketemu dia di sana. Lagi pula aku memenuhi undangan sebagai pemateri penulis kok di sana. Ya kalau bisa ketemu Alhamdulillah.” Stevia menepuk pelan dan mengusap punggung sahabatnya dengan hangat. Memberikan seutas senyum penuh harapan akan kebahagiaan yang hadir di masa depan nanti.

“Oh, iya satu lagi.” Ica melepaskan pelukan menatap mata hazel yang terharu itu sejenak. “Jangan sampai ada drama ketukar koper ya. Entah-entah malah seperti FTV yang sering dilihat di televisi.”

Stevia tertawa mendengar ucapan Ica. Ia menggelengkan kepala dan cengar-cengir seketika. Jangankan membayangkannya, ia saja masih bingung dengan pelafalan bahasa Korea Selatan yang akan ia temui orang-orang nantinya di sana. “Ada-ada aja kakak Ca nih. Yaudah, aku duluan ya kak. Jadwal penerbangannya sebentar lagi.”

Save flight ya dear …

Kedua orang tersebut saling melambai satu sama lain. Meninggalkan sebuah pesan dan harapan yang  ingin dipenuhi. Tentang perjalanan Stevia ke negeri para Kpopers yang diminati kebanyakan orang di negerinya. Bukan untuk bertemu dengan para artis yang ada di sana, melainkan memenuhi undangan sebagai seorang pembicara perwakilan Indonesia. Namun jika bertemu dengan para aktris atau aktor di sana. Anggap sajalah bonus.

***

“Hadeh …” Stevia mengembuskan napasnya perlahan. Menikmati masa menunggu pada penerbangan selanjutnya dari Changi Airpot ke Incheon. Sesekali matanya terpejam saat membaca daftar karya temannya di aplikasi online. Ia duduk di kursi menunggu seperti yang lain.

Ingatannya terhenti pada satu titik. Kerinduan akan seseorang yang sudah dua tahun selalu menemaninya ke mana pun ia pergi. Kalau dalam drama Korea, logika selalu nilai plus dalam mengeskpresikan setiap adegan. Namun yang tertinggal ada rasa pilu menahan kerinduan, rasa dalam diam, atau rasa yang tak perlu diungkapkan pada dunia. Ia terlalu takut dipaksa melupakan hingga membuatnya kehilangan jiwanya sendiri.

“Heish, Stev kumohon jangan berpikir ulang tentang dia. Jangan lagi kepo apa pun tentang dia. Itu sudah lama sekali dan masih tidak bisa melupakan sama sekali. Cinta itu memang benar-benar gila.” Ia memejamkan mata kemudian, menyuarakan suara hatinya yang tidak bisa berhenti menghasut otak untuk berpikir. Rindu itu menyiksa jika tidak ada obatnya.

[Udah sampai mana Stev?] Ica

[Udah sampai ke pelaminan bareng babang Kim Soen Ho. Wkwkwk

Udah sampai Changi nih. Lagi nunggu transit.] Stevia

[Usahakan jangan ceroboh ya Stev, ingat jangan ribetin diri sendiri :D] Ica

Kadangkala kerinduan itu memang harus dialihkan ke hal yang lain. Misalnya saja seperti menuliskannya dalam sebuah karya atau menuliskannya dalam sebuah buku agenda yang selalu Ia bawa ke mana-mana. Sayangnya, buku agenda itu sudah dipenuhi dengan cuapan kerinduan Stevia kepada satu nama. Satu nama yang orang lain suruh melepaskannya karena tidak ada yang bisa menjamin pertemuannya. Ia juga tidak pernah meminta ke mana hati akan pergi. Jika boleh dipilih, lebih baik pilihannya jatuh ke babang Kim Soen Ho saja. Namun setampan, sekaya apa pun tidak bisa meluruhkan satu nama yang mengendap dalam dadanya.

Haruskah ia jatuh cinta lagi kepada orang yang baru? Orang bilang itu mudah, sayangnya belum ada yang melengserkan satu nama tersebut.

Setelah dua jam lamanya Stevia tertidur di ruang tunggu. Ia mengalkulasikan jam yang masih tersisa. Masih ada lima jam lagi dan berjalan-jalan sekitaran bandara adalah hal yang sebaiknya jangan dilewatkan. Stevia beranjak dari kediamannya, memasukkan jaket ke dalam koper dan berjalan menyeretnya. Kedua bola matanya berkeliling melihat segala yang ada, sesekali ia memotret dan memvideokan rekam adegan yang ada.

Ia merasa takjub ketika berada di sebuah tempat yang begitu indah layaknya surga dunia. Taman Kupu-kupu. Warna hijau dari pantulan tanaman membuatnya rasa hatinya tenang. Ada banyak kupu-kupu di sana dan lebih menakjubkan lagi ketika ia melihat air pancuran setinggi enam meter. Belum lagi ia melihat praktik dari sebuah gambaran geometri dari langit ruangan. “Waw, masyaa Allah. Daebak!” Hatinya merasa girang dan merasa bersyukur bisa berada di tempat seindah yang bahkan ia sendiri tidak menyangka bahwa Allah telah mengizikannya berada di tempat ini.

Stevia berniat memposisikan kamera gawainya ke sebuah objek kupu-kupu. Belajar mempraktikkan angle yang menurutnya paling estetik dalam memotret. Ingatannya tidak banyak tentang pengetahuan fotografi. Hanya saja, ia sering memperhatikan dan kadang mengingat sebuah karya dari hasil potretan seseorang. Tanpa berpikir panjang, ia segera memundurkan langkah hingga akhirnya menubruk orang yang ada di belakang.

“Astaghfirullah …” Stevia terget dan berdesir hebat telah melakukan kesalahan. Gawainya jatuh dengan dentingan keras. Inikah perasaan tidak enak yang ia sangka merupakan rindu tadi? Batinnya sedang berperang melawan prasangka.

Barang bawaannya orang yang ia tubruk juga begitu. Berkas yang diperlukan dalam perjalanan jatuh, paspornya telungkup dan Stevia segera mengambilnya. Sebelah mata kirinya tanpa sengaja membaca sebuah nama yang tertulis di paspor. “Mas Arlan ….”

“Iya?” Lelaki itu menyahut ketika mengambil gawai Stevia. Terlonjak kaget saat pandangan bola matanya segaris lurus dengan orang yang berada di depan. “Astaghfirullah,” ucapnya seketika.

Stevia semakin getar saat menyadari apa yang terjadi, tak mampu berkata dan segera membalikkan tubuh. Berusaha menarik napas sedalam-dalamnya dan berpikir ulang bahwa itu bukan Arlan. Mungkin saja ada orang yang serupa. Arlan berperawakan tinggi putih, bersuara lembut, dan hey itu memang Arlan. Rasanya ia ingin merutuki dirinya yang gagal memahami bahasa rindu yang ada. Ia membalikkan tubuhnya kembali dan berusaha menyapa.

Lelaki itu juga menyapa, terlihat gugup dari pandangan Stevia yang terbatas. Tidak bisa melihat dengan jelas apalagi melihat kedua bola mata yang memperhatikan ketika perbedaan tinggi menjadi penghalang. Ia segera mengulurkan gawai Stevia yang berada di tangannya.

“Kok bisa ada di sini sih?” Stevia menyeret keseluruhan jiwa gengsinya. Ia selalu gagal mengatur gaya kalem kalau sudah berhadapan dengan orang lain. Benar-benar tidak konsisten. Bahkan di hadapan rindu pun juga begitu.

“Iya, Mas dapat amanah sebagai perwakilan dari perusahaan  di Korea Selatan. Jadi Mas sedang menunggu transit mau menghadiri acara di sana.”

“Tunggu, kripik tempe? Go Internasioanal?”

“Iyes, benar sekali,” jawab lelaki itu segera. “Kalau adek kok bisa ada di sini?”

Kedua bola mata Stevia berbinar seketika. “Wow, daebak, amazing! Benar-benar enggak menyangka ya benar-benar terwujud. Adek juga mau ke Korea Selatan jadi pembicara di sana sebagai penulis.”

“Wow, mantap dong. Mas juga enggak menyangka kalau kita bisa dipertemukan karena mimpi kita yang terwujud.”

“Eh, iyaya. Mimpi kita.” Senyuman Stevia mengembang dan tidak ingin pergi. Ia bingung harus mengatakan apa dan segera teringat dengan jadwal penerbangannya. “Oh, iya Mas. Kayaknya bentar lagi mau check in nih.”

Jika ada sebuah adegan dalam FTV, Stevia menjadi perusak suasana. Sudah asyik dalam syahdunya suasana malah diingatin untuk pergi. Hahah … Benar-benar tidak asyik. Gadis itu bisa saja apik dalam menuliskan naskah drama atau penguraian indah dalam setiap novelnya, tetapi tidak ketika terjadi pada dirinya.

“Iya, Mas juga mau check in. Sama dong kalau begitu pesawat kita.”

“Wuah kebetulan dong,” jawab Stevia tanpa menatap dan melihat antigores gawainya yang sudah retak. Pada satu sisi, ia bahagia bisa bertemu dengan seseorang yang rindukan dalam waktu yang lama. Sisi lainnya, ia sedih melihat kondisi gawainya sendiri. Gagal merasa paling happy menikmati hasil potretan yang ia miliki.

Transit ke Incheon adalah bahasa rindu yang menemukan pengobatnya. Stevia pernah bercerita tentang ketakjubannya pada budaya orang-orang yang berada di Negeri Ginseng dan Arlan yang juga antusias pada sepengetahuannya.

Sepanjang penerbangan Stevia tidak berhenti tersenyum. Ia seolah bermimpi dan mimpi ini adalah mimpi yang paling indah dari semua mimpinya. Berada di pesawat yang sama, sungguh sangat kebetulan sekali. Meski tidak berada di bangku yang berdekatan, setidaknya hati gadis itu tenang. Hey, bahkan babang Kim Soen Ho pun ia lupakan. Kalau begini terus, ia bisa gagal menjadi paparazi karena terlibat oleh perasaannya sendiri.

Stevia keluar lebih dulu dari pesawat dan disusul oleh Arlan yang miripnya serupa Kim Soen Ho menurutnya. Ia sudah merasa paling cukup akan pertemuan tadi dan tidak mengharapkan lebih. Nyatanya Kim Soen Ho. Eh, salah. Si Arlan menghampiri Stevia dan mengadakan perbincangan kembali setelah sekian purnama tidak bertemu. Mereka berdua saling menunggu orang-orang yang menjemput mereka.

“Dek kapan pulang ke Indo?” tanya Arlan ketika jemputan Stevia sudah datang.

“Adek hanya tiga hari empat malam sih di sini sih. Jumat sudah di Indolah.”

“Yaudah, hari jumat di rumah aja ya.”

“Kenapa?”

“Yaudah di rumah aja.” Arlan mengembangkan senyumannya.

“Yaudah,” balas Stevia tidak mengerti sembari cengar-cengiri dengan pertanyaan dan pernyataan barusan. Ia ingin mengekspektasikan bahwa Arlan akan datang ke rumahnya, tetapi malah merasa kalau pemikiran itu terlalu jauh untuk ia gapai.

Jika dulu kita pernah sedekat maghrib ke Isya bersebab ada yang ingin belajar banyak hal. Tak mengapa kita sejauh isya ke subuh. Sebab kutahu, sejauh apapun rentang waktunya pasti akan bertemu di satu titik waktu juga, ialah sepertiga malam. Walau terkadang hati sering bertanya tentang rasa yang sering berhadir, apakah sebagai ujian yang menghampiri ataukah mengajarkan tentang arti cinta yang sebenarnya layaknya cinta tulus mengantarkan cinta sejati kepada Tuhan.  ~Stevia.

SELESAI

 

 

 

Top 7 Fakta Tentang Penulis Blog Diary Harumpuspita


    Bismillah, tak terasa ya Ramadan kali ini sudah masuk hari kelima saja. Nuansanya masih benar-benar segar dan masih tetap dalam keadaan semangat walaupun urusan pribadi seakan tidak ada habisnya.
    Namun itulah hidup, selesai pekara satu, tumbuh pula pekara yang baru. “Biasalah,” kata mereka yang menanggapi setiap pekara yang datang. Nah, pada kesempatan kali ini. Saya ingin berbagi tujuh fakta tentang penulis Diary Harumpuspita. Meskipun sebenarnya ada rasa sedikit segan jika mengulik tentang diri. Sebab pandangan setiap orang berbeda-beda. Baiklah, jangan lupa dibaca hingga akhir ya.

1. Deadliner

    Meskipun saya merupakan seseorang yang suka merancang hari. Baik itu hari yang akan dijalani pada hari itu juga maupun hari yang akan datang. Tetap saja, kata 'deadline' dan skenario dramanya akan terus terjadi. Ibaratnya ya gagal maning, gagal maning  ambyar begitu saja tidak menentu. Enggak jauh-jauh sih, tulisan ini saja nyaris menjelang deadline. Masih lumayan jika adrenalin aktif ketika menjelang deadline. Kalau tidak, ya rasanya 'wassalam' saja gitu. 

2. Multi Keinginan

    Moto selagi muda harus belajar banyak membuat saya sering kalang kabut. Mungkin inilah sebuah awal hingga membuat saya tertimpa deadline mulu. Walaupun begitu, saya sudah merancangnya menjadi fase demi fase supaya bisa terkordinir dengan jelas. Ini sih masih rancangannya, faktanya belum tentu. 
    Akibat kehadiran multi keinginan ini membuat saya memiliki banyak kemampuan. Hanya sekadar kemampuan belaka. Bukan mahir di bidang tertentu. Hanya saja, dampak buruknya adalah ketika tidak mampu mengendalikan apa yang datang. Ujung-ujungnya harus sadar diri bahwa semuanya itu terbatas. 
    Multi keinginan ini apabila tidak bisa diolah dengan benar akan bertransformasi menjadi rasa haus yang tiada habisnya. Namun tidak mengapalah bila rasa haus akan ilmu pengetahuan. Toh saya sendiri merupakan pembelajar seumur hidup. 

3. Ratu Telat

    Fakta tentang Ratu Telat ini sebenarnya ingin saya hindari. Hanya saja, kenyataanya memang begitu. Jika janjiannya jam berapa, maka saya akan datang paling lama dua jam kemudian. (Ini pengalaman fatal yang tak termaafkan sebenarnya) Semoga saja predikat Ratu Telat tidak ada dalam diri saya di tahun depan. Lelah saja gitu rasanya menjadi orang yang selalu terlambat. Begitupun dalam menimba ilmu. Bagi saya tidak apa-apa terlambat dibandingkan tidak sama sekali. 

4. Novelis Sekaligus Blogger Pemula

    Masih suka menulis novel, walaupun sedang menjalani hari sebagai blogger pemula. Awal-awalnya saya memang kaget ketika gaya bahasa yang familiar adalah cerita fiksi malah mampir di tulisan yang bukan non fiksi. Rasanya seperti bumi dan langit saja. Lama kelamaan kemampuan menulis novel ini pun merambah ke bagian non fiksi. Saya memutuskan hal ini supaya kehidupan diri seimbang dan tidak hanya contong ke satu hal saja. 

5. Suka Belajar

    Belajar merupakan hal yang menyenangkan bagi saya. Belajar dari hal yang sederhana hingga kompleks sekalipun saya akan menyukainya. Sebab belajar merupakan tantangan bagi diri untuk melangkah lebih maju. Bahkan memahami diri sendiri dan orang lain pun saya masih belajar tentang hal itu atau malah malah bagaimana caranya belajar. 

6. Suka Tanaman

    Nuansa hijau dan menyegarkan merupakan bagian yang paling membuat hati tenang. Rencananya rasa suka dengan tanaman ini akan saya tuliskan juga dengan konten-konten Diary Harumpuspita di kemudian hari. 

7. Jomlo dari Lahir

    Sebelum saya mengenal para teman-temann lain yang memiliki prinsip jomlo sampai akad. Rasanya, jomlo dianggap mengenaskan di sekitar. Seolah jomlo itu merupakan aib. Namun bagi saya, jomlo itu merupakan wujud bentuk penjagaan diri dari hal yang tak halal saja. Maka predikat jomlo dari lahir ini merupakan sesuatu yang berharga bagi saya. 

Ini saja yang bisa saya bagikan tentang diri saya pada pembahasan kali ini. Walaupun sebenarnya menurut saya sendiri tidak sampai tujuh top fakta dalam diri. Seenggaknya memang harus dibuat ya kan. Oke, sampai jumpa di artikel selanjutnya. 
Salam Rindu
Harumpuspita

Harapan Terbesar Blog Diary Harumpuspita

    Setiap orang pastilah memiliki harapan dalam hidup. Baik yang tertulis maupun tidak. Begitulah blog Diary Harumpuspita ini juga memiliki harapan dalam menjejaki dunia literasi. Sebab kehadiran harapan itu membawa pengaruh besar dalam jalannya kehidupan. Harapan yang akan membawa semangat tak terbatas pada sang pemiliknya. 

Berikut ini beberapa harapan yang bisa penulis sampaikan pada kesempatan kali ini.

1. Menjadi wadah pengetahuan yang bermanfaat 

    Asyik-asyik bercerita dan bercuap. Saya harap blog ini tetaplah menjadi sesuatu yang bermanfaat ketika orang lain datang. Bukanlah sebuah cerita angin lalu yang kemudian lupa begitu saja. Tanpa ada manfaat sama sekali. Setidaknya pengalaman yang terlampir bisa menjadi sebuah referensi di kemudian hari. 

2. Bisa membuat pembaca betah 

    Hal ini merupakan sebuah tantangan bagi saya sendiri untuk menyajikan artikel yang berkualitas. Supaya pembaca yang datang tidak hanya sekadar absen belaka. Melainkan mencerna setiap rangkaian kata yang saya tuliskan. Rasanya asyik saja gitu ketika ada orang yang bersedia berlama-lama mampir di sini. Kesan positif itu berupa rasa nyaman. 

3. Bisa bekerja sama dengan pihak ketiga lainnya

    Salah satu harapan terbesar saya dalam menulis asyik ini adalah bisa menghasilkan cuan. Maka bekerja sama merupakan salah satu cara dalam mewujudkan hal itu. Dulu pernah juga sih blog ini didaftarkan ke google Adsense. Hanya karena ada suatu hal dan saya pun menemukan sesuatu yang baru. Maka saya memutuskan untuk bekerjasama saja dengan yang lainnya. Entah itu sebuah brand, UMKM, atau yang lainnya. Bentuk kerjasamanya tidak terbatas. Selagi asyik sama asyik.

4. Bisa memenangkan lomba blog

    Saya suka sekali mengikuti lomba blog. Rasa asyik itu berupa pengetahuan baru dan membuka wawasan saya bagaimana menyajikan tulisan kepada pembaca. Pada harapan inilah yang membuat saya harus bisa menambah kemampuan menulis. Meskipun belum pernah menang. Setidaknya ajang ini bisa membuat saya menjadi blogger profesional suatu hari nanti. 

    Ini saja yang bisa saya sampaikan kali ini. Walaupun tidaklah banyak, setidaknya harapan-harapan itulah yang bisa menjadikan saya tetap kuat. Seolah ada tempat bersandar yang menguatkan dalam menepati dunia literasi ini. 

    Saya menyadari bahwa perjalanan dalam ngeblog ini tidaklah sebentar. Melainkan melalui skenario jalan panjang dengan intensitas rajin mengulanginya. Maka rajin menulis dan membaca merupakan langkah awal untuk menggapai hal itu. 

    Saya berharap baik itu harapan saya maupun harapan kalian semua semoga bisa segera terwujud di tahun ini. Aamiin ya rabbal alamiin. 

    Sekali lagi, saya mengucapkan terima kasih kepada para pembaca yang bersedia mampir di www.diaryharumpuspita.com

Lima Alasan Diary Harumpuspita Menulis Blog

 

Assalamualaikum warahamatullahi wabarakatuh …

Kembali lagi dengan Diary Harumpuspita di pada tema yang kedua di bulan Ramadan kali ini. Waktunya setiap orang untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Semoga yang berpuasa tetap lancar ya. Nah, pada kesempatan kali ini saya ingin membahas keberlanjutan artikel yang kemarin tuh tentang Arti Nama Blog Diary Harumpuspita. Alasan saya menuangkan tulisan dengan ngeblog, padahal sudah ada kemampuan menulis fiksi.

Berikut ini saya uraikan secara kronologisnya tentang alasan saya ngeblog :

 1. Bermula salah jurusan

Setiap orang jelas tidak menginginkan diri bisa salah jurusan. Namun apa yang hendak dikata ketika menapaki dunia yang sebenarnya ketika tamat SMA. Terjadilah perubahan suasana, baik itu hati dan pikiran. Saya dulunya suka sekali dengan menghapal pelajaran dan mendalami ilmu Biologi dari mulai SMP hingga SMA. Tak jarang pula kompetisi olimpiade di bidang pengetahuan tentang Biologi saya ikuti.

Entah kenapa, entah mungkin sangking baiknya pada waktu pemilihan jurusan pada waktu itu saya memutuskan untuk mendaftar kuliah jurusan Pendidikan Fisika di pilihan pertama pada jalur undangan. Barulah jurusan Pendidikan Biologi untuk pilihan kedua dan jurusan Kesehatan Masyarakat untuk pilihan ketiga. Motivasinya memilih jurusan itu adalah kasihan dengan teman-teman yang saya kira mereka memilih jurusan Biologi pada waktu itu dan orang tua saya. Khususnya ibu sendiri menyuruh saya untuk tidak bermimpi tinggi lagi menjadi seorang dokter karena berpikir tidak akan sanggup membiayai saya.

Padahal waktu itu saya merupakan sosok orang yang berprestasi dan sangat bersemangat. Eh, enggak tahunya malah lulus. Ketika orang lain merasa senang diterima jalur undangan. Justru saya sendiri malah sedih dan menangis menghadapinya. Kenyataannya pun begitu dan saya pun akhirnya memutuskan untuk menulis karena sangking tidak bisanya melepaskan jurusan yang saya idam-idamkan.

Sempat juga terjebak pada lingkaran puisi dan novelis yang lekat dengan sastra. Namun saya sadar diri bahwa latar belakang pendidikan saya merupakan eksakta yang membutuhkan riset dan data. Bukanlah kreativitas yang lebih kuat. Maka menulis nonfiksi merupakan jalan satu-satunya untuk kembali ke tempat saya berada, yaitu fisika. Hanya saja, tetap juga tidak bisa walaupun sudah dipaksa. Rasanya jiwa saya menolak.

Barulah pada akhir tahun 2019 saya bertemu dengan salah seorang member blogger Sumatera Utara yang memperkenalkan saya pada dunia perbloggingan. Semuanya menjadi berubah dan saya menjadi yakin untuk berkiprah di dunia blog.

 2. Menemukan Jati Diri

Saya sudah ketemu dengan jati diri saya saat ini, yaitu tidak melepaskan kata ‘penulis’ dalam hidup semenjak awal tahun ini. Saya yang sekarang bukanlah sosok cingeng yang suka menangis karena mimpi tak diperjuangkan. Melainkan orang yang berani melangkah menggapai mimpi di kemudian hari. Meskipun lingkungan keluarga saya pada awalnya tidak mendukung. Lama ke lamaan, cuan yang didapat dengan hasil menulis bisa meluluhkan hati mereka juga. Kalau sekarang tinggal aman-aman saja. “Terserah dah mau jadi apa.” Tentu saja kalimat itu membuat saya merasa sebebas-bebasnya dalam menapaki dunia ini. Tidak murung lagi dan selalu merasa bahagia.

        3. Mewaraskan Diri

Ketika saya menulis, biasanya segala pemikiran silam akan tergali lagi. Hal itulah yang membuat saya waras bagi saya yang sering lupa akhir-akhir ini. Apa saja bisa dituangkan dalam dunia blog. Mau itu sedih, bahagia, bahkan sengsara sekalipun bisa dituangkan. Asalkan sesuai dengan konteks artikel yang ingin disampaikan. Pokoknya setelah ngeblog saya menjadi orang yang lebih bahagia dari biasanya plus dapat berpikir jernih sekaligus.

 4. Tempat Mengaktualisasi Diri

Setiap kali ngeblog saya merasa bangga karena berhasil menyampaikan sesuatu dengan kata-kata. Kemudian mengolaborasikannya dengan desain grafis yang menarik dan pernak-pernik lainnya. Setelah itu memposisikan diri saya sebagai pembaca yang butuh informasi. Saya ingin menjadi orang yang bisa melakukan apa saja. Maka menulis blog merupakan jalan ninja saya sebagai ajang mengaktualisasikan diri.

        5. Sumber Penghasilan

`Ada rasa senang dan bangga ketika melakukan hobi yang dibayar. Meskipun enggak banyak, setidaknya pernah ada bahwa tulisan saya bisa menghasilkan uang dan bisa saya bagikan kebahagiaan kepada keluarga saya. Sayangnya, saat ini saya hanya sekadar mimpi belaka untuk mendapatkan penghasilan utama melalui ngeblogging.

Namun setelah mengenal kelas kursus secara online tentang Freelance saya menjadi yakin suatu hari nanti dalam waktu dekat bisa membuat kegiatan blogging ini menjadi sumber penghasilan yang utama. Semoga saja, aamiin ya rabbal alamiin.

Itu saja yang bisa saya sampaikan kali ini tentang alasan saya ngeblog saat ini. Terima kasih sudah membaca curhatan saya dan jangan jenuh untuk mampir di setiap episode artikel yang saya tuliskan.

Terima kasih, salam rindu.

Harumpuspita

    

Arti Nama Blog Diary Harumpuspita

    


Berkiprah di dunia perbloggingan merupakan hal yang paling membaggakan dan mengasyikkan bagi saya. Sebab saya bisa bebas berekspresi dalam menyampaikan sesuatu tanpa batas dan sekreatif mungkin. Terlebih lagi bisa membantu banyak orang. Wuah, senangnya rasa hati saya seketika.

    Nah, pada Ramadan pertama kali ini. Saya ingin memperkenalkan lebih dalam tentang blog yang sedang ditekuni saat ini. Ya, biar enggak gagu kalau ditanya blog Diary Harumpuspita itu isinya apa saja sih? Masa iya, saya enggak bisa jawab.

    Oke, kembali ke masa lalu ketika saya memutuskan menggunakan nama Diary Harumpuspita.

    Nama aslinya saya tuh Henny Puspita Sari, menemukan kata Harum ketika SMA dulu. Ketika itu dipanggil oleh seorang guru. Henny Puspita Sari Harum Mewangi Sepanjang Hari. Terbesit sebuah pemikiran bahwa asyik dong, ya kan harumnya bisa sepanjang hari.

    Mulai menulis sejak 2015 yang lalu. Ketika itu terjadi perubahan besar dalam diri saya yang begitu baiknya merelakan mimpi demi orang lain dan tidak memperjuangkan mimpi yang telah lama diazamkan. Sakit, itu sudah pasti. Nyaris gila, itu juga sudah terlewati. Maka nama Diary Harumpuspita yang terlahir sebagai nama domain blog saya merupakan wujud bentuk pencarian jati diri.

    Dulu saya tidak bisa menulis sama sekali. Hobinya belajar tentang ilmu alam, berkutat dengan angka, dan mengajari teman-teman yang lainnya pasal pelajaran IPA. Kemampuan menguraikan tulisan dengan gaya bahasa sederhana itu tidak terbayangkan sama sekali. Apalagi latar belakang sekolah saya jelas-jelas bernuansa ilmiah. Mungkin kalau saya tidak salah jurusan. Saya tidak menjadi penulis seperti sekarang ini.

    Awal mula ketika menulis itu merupakan masa yang paling sulit. Saya bahkan tidak punya seorang pun yang bisa menguatkan pundak dalam dunia tulis menulis. Lingkungan saya tidak ada yang suka membaca dan penulis dianggap tidak menghasilkan apa-apa. Enggak bisa makanlah dan sebagainya.

    Walaupun begitu, saya tidak menyerah. Nama Diary Harumpuspita ini jutsru mencakup pengambaran saudara saya. Saya punya dua abang yang memiliki nama belakang Puspito dan adik perempuan yang juga memiliki nama belakang Puspita. Maka Diary Harumpuspita ini juga merupakan penggambaran keluarga saya juga bukan?

    Lama ke lamaan. Setelah saya menulikan setiap kalimat negatif yang datang. Allah swt memberikan jalan bagi saya dengan mempertemukan saya dengan orang-orang yang luar biasa. Siapa lagi jika bukan teman-teman penulis lainnya. Merekalah yang membuat saya bersemangat dan terus menulis hingga saat ini. Oleh karena itu, jika ada seorang penulis atau blogger yang mengikuti media sosial saya. Saya akan mengikutinya balik dengan senang hati.

    Nama blog Diary Harumpuspita ini lebih dekat dengan hal-hal personal sebenarnya. Sebuah artikel perjalanan Harumpuspita, nama pena saya dalam menjalani kehidupan. Apa sajalah pokoknya. Namun dalam waktu dekat ini saya ingin menekuni sebuah hal-hal yang lebih spesifik. Supaya teman-teman yang lainnya mudah mengenali saya.

Hal-hal yang dibahas di Diary Harumpuspita

1.       Review Buku

Saya sangat suka mengulas sebuah buku karena suka baca buku. Lagi pula, akhir-akhir ini saya sering lupa dengan buku apa saja yang sudah dibaca. Maka mengulas sebuah buku yang sudah dibaca bagi saya merupakan sebuah penanda bahwa saya sudah membaca buku tersebut. Terlebih lagi pada hal penting yang ingin saya ambil di dalam buku tersebut.

Target selanjutnya setelah rajin mengulas sebuah buku adalah menerbitkan sebuah buku. Maka review buku merupakan jalan ninja saya menjadi seorang penulis buku.

2.       Blog Review

Suka dengan hal yang baru. Termasuk menjelajahi aplikasi tertentu. Bahkan di gawai saya sendiri penuh dengan aplikasi yang lain dibandingkan foto pribadi. Bahkan saya lupa kapan terakhir kali berfoto selfie sendiri. Kebanyakan berfoto bersama dengan yang lain. Itu pun malu-malu.

3.       Lomba Blog

Lomba blog membuat saya berkecimpung dengan hal-hal yang baru. Bagi saya, hal itu sangat menarik dan merupakan tantangan tersendiri dalam memperbaruhi pengetahuan. Asyiknya, saya bisa belajar lebih banyak dari para peserta lomba blog yang lain. Maka lomba blog ini merupakan jalan ninja saya menjadi blogger prosessional.

4.       Mengulas tentang tanaman

Saya suka menanam dan kebetulan Mama saya juga suka. Banyak sekali jenis tanaman ditanam di pekarangan rumah. Rencananya, saya akan membuat artikel tentag tanaman yang saya temui di sini dan sekaligus juga ingin punya usaha ke depannya.  

5.       Kuliner dan Travel

Kategori ini merupakan prioritas terakhir bagi saya untuk saat ini. Suka masak, tapi malas karena belum memiliki finansial yang memadai. Begitu juga travel, yang setidaknya memiliki uang pegangan. Meskipun sebenarnya kategori artikel ini sangat mengasyikkan ketika dijelajahi.

Kesimpulan

Arti nama domain ini merupakan hal yang paling penting bagi saya dan menjadi sebuah identitas diri mau dikenal sebagai apa. Orang lain memandang kita sebagai apa. Maka menunjukkan personal branding untuk domain Diary Harumpuspita merupakan prioritas saya untuk saat ini.