Showing posts with label event. Show all posts
Showing posts with label event. Show all posts

Happy Birthdate to Me

 
Tanggal cantik di permulaan bulan Februari. Aku berulang tahun. Berharap tidak kembali ke masa lalu yang silam dan melupakan hal paling penting dalam hidup. SIM atau surat izin mengemudi. Justru tanpa sadar kulupakan pada tahun lalu. Sedangkan kini, aku sudah mempersiapkannya lebih awal. Tidak harus terikat dengan tanggal satu.
“Henny, peserta kita cuma satu orang saja. Enggak apa-apa itu?” Dalmi memberitahu. Kedua bola matanya masih memindai sosial media penaku dengan laptop yang ia miliki.
“Syukurlah walau hanya satu orang. Berarti hanya dia seorang pemenangnya. Walaupun sebenarnya tidaklah asyik.” Hanya saja, entah kenapa pemikiranku begitu primitif pada waktu itu. Apakah ini gagal? Tidak-tidak, tidak ada kegagalan yang sesuai dengan pekara ini.
Dalmi, salah satu sahabat penaku. Ia lebih banyak kesibukan sebenarnya. Kalau menyangkut prioritas, ia akan berusaha menyempatkan waktu untukku. Bahkan, ketika sudah memiliki calon suami yang sedang mengajak ta’aruf pun ia juga mengabari lebih dulu. “Pengumumannya besok ya? Eh, itu hari ulang tahunmu.”
“Hehe, iya nih Mi. Mau bagaimana lagi. Ah, entah kenapa aku memilih tanggal itu dalam mengadakan acara. Benar-benar menganggu hari spesialku saja,” protesku bermaksud pada diri. Rasanya sungguh tidak enak menimang tanggung jawab dan beban.
“Seenggaknya bisa dijadikan referensi untuk tahun depan. Bulan Februari ini asyik sebenarnya nih. Tanggal yang paling sedikit di antara bulan yang lainnya. Emang mau ngapain kalau enggak ada acara?”
“Yah, seenggaknya aku bisa tidur sepuasnya Mi. Paling tidak menonton drama kesukaanku. Pokoknya dibuat santailah.” Santai, itu pemikiranku yang paling relevan. Sedangkan pemikiran alam bawah sadar membujuk rayu mengadakan syukuran. Sedekah misalnya.
 Ia menutup laptop yang menyala. Tugasnya telah selesai dan jari jemari sigap menata barang di depan meja. “Oh, begitu ya. Aku enggak bisa kemari nih besok. Kalau ada waktu, ke tempatku ya Henny.”
“Ngapain?” tanyaku pura-pura tidak tahu. Aku tidak ingin merepotkan orang lain saja perihal hari spesialku. Misalnya mempersiapkan kado untukku. Alih-alih mereka yang berusaha untuk membahagiakanku, aku lebih bahagia lagi kalau membuat orang lain bahagia.
“Yah, main-main saja Henny.”
Aku yakin sekali. Dalmi hanya berusaha memanipulasi keadaan esok hari. Tetap saja, jiwa kepekaanku meronta. “Enggak bisa janji ya Mi.”
“Iya, aku paham,” jawabnya pasrah dan meletakkan laptop ke dalam tas. “Kalau begitu, aku pulang dulu ya.”
“Iya. Hati-hati ya Mi,” ucapku turut bangkit dan mengantarnya sampai di depan rumah. Gadis itu terlihat sangat sibuk hari ini. Pertemuan daringnya sudah terjadwal untuk akhir bulan ini. Belum lagi banyak deadline yang harus ia penuhi. Alasannya sungguh tidak relevan sekali jika aku harus main-main di rumahnya besok.
Sayang banget ya, besok itu hari senin. Cocoknya orang pada bekerja dengan semangat juang yang sudah terkumpul. Eh, aku malah ulang tahun. Ah, enggak apa-apalah. Setidaknya aku bisa puasa senin besok. Semoga saja bisa terpenuhi.
“Ngapain?” tanya Mama mengintimidasi sore ini.
Aku sedang menimbang bahan donat dengan sepenuh hati. Barangkali bisa kuberi pada Dalmi besok. Lumayan kan. Setidaknya ia bisa memakan kue buatanku. “Biasa Ma, buat donat.”
“Eh, ciye. Besok ulang tahun ya. Kubuatin bolu ya nanti malam,” tawar Fadila.
“Kalau mau buat, sekarang aja Dil. Biar nanti malam tinggal langsung makan.” Aku mencoba bernegosiasi. Membuat kue seperti ini bukannya sekali, dua kali. Kelamaan di proses lebih tepatnya.
“Nanti malam ajalah Kak.” Fadila masih tetap pada pendiriannya.
Baiklah, baik. Ini juga ulang tahunku. Bukan ulang tahunnya. Sudah sepantasnya aku mempersiapkan ini semua. Termasuk pengolahan yang penuh cinta.
Jam sudah menunjukkan hampir sepuluh malam. Donat yang kugoreng telah selesai. Ah, tubuhku sudah merasa kelelahan. Akhirnya aku baru menyadari bahwa keputusanku sungguh cetek. Tugas mengunjungi blog teman belum selesai.
Aku melihat komentar blogku yang sudah masuk ketika waktu hampir tengah malam.
            Wuah, selamat ya. Saya curi start dulu nih. Selamat ulang tahun ya Henny.
            Tersenyum, tentu saja. Ada sedikit kebahagiaan yang tersisip beriringan rasa takut. Takut mengenggam tanggung jawab di umur yang tidak lagi muda. Dua puluh tiga tahun. Kalau disuruh kerja, haruslah sudah siap. Apalagi menikah, eh. Umur saja yang tua, tetapi kesiapan dan kelayakan masih belum lagi. Bahkan hingga kini aku juga belum kunjung tamat kuliah.
            Pas bangetlah nih. Saya pun bacanya pas di jam 00.00 WIB
“Ho, ngantuk juga nih. Waktunya tidur. Lagian besok masih ada hal lain yang harus dikerjakan.” Laptop sudah ditutup sebagaimana mestinya, donat juga sudah di masukkan ke dalam kotak penyimpanan.
Bangun pagi dan jangan lupa mandi pagi. Aku ke dapur setelah itu dan berniat untuk memakan donat yang telah dibuat tadi malam. Lapar juga nih.
“Donatnya lembut nih, Ni.” Mamaku mengunyah donat pagi-pagi.
Tentu saja masih lembut, namanya juga baru dibuat sehari. Tiga hari kemudian baru keras. “Lah, mana semua nih donatnya?” Tersisa tinggal empat buat dari total dua puluh lima donat. Ngeri juga yang makan. Emang sih, di rumah ini ada lima orang. Itu sudah terhitung diriku.
“Eh, enggak jadi kubuat kuenya Kak. Ketiduran,” keluh Fadila.
Aku sudah memahami sejak awal, tidak mengapa. “Yaudah, sebagai gantinya hiasin donatnya ya.” Ingin gantian juga belajar daring pagi-pagi begini. Langkahku segera ke kamar dan membuka laptop.
Jempol kananku usil menekan aplikasi pesan berwarna hijau. Dalmi mengirimi sebuah video.
Jadi, gimana? Siapa yang lebih dulu mengucapkan selamat ultah.
Dia mengirimkannya sekitar aku bangun tidur tadi. Kira-kira jam lima pagi.  
Yang kedua sih. Hehe ,,,
“Maaf ya Dalmi. Aku enggak bisa berbohong nih,” ucapku seketika pada gawai. Jelas, tidak ada jawaban setelahnya.
“Nah Kak. Ini donat yang terakhir.” Fadila menyodorkan sebuah donat yang dihiasi namaku. Sungguh cantik.

“Lah, mana lagi yang lain?” Seingatku masih ada beberapa.
“Habis.”
Yah, bagaimana bisa kuberikan kepada Dalmi kali ini? Gagal deh kalau begitu. Benaran, aku enggak jadi ke rumahnya hari ini. Hari ini kutepati pula keputusan yang telah lampau. Mengirimkan hadiah bagi peserta yang memenangkan sebagai pengulas terbaik. Oh, donatku. Oh, kantongku kering kerontang. Oh, aku lupa puasa senin.
Selesai
Cerita ini adalah fiksi yang diikutsertakan dalam lomba Blog Menulis Fiksi "Ulang Tahun" yang diselenggarakan oleh Komunitas Blogger Semarang Gandjel Rel 



Harapan di Hari Blogger Nasional

Ah, rasanya memang sudah lama sekali saya tidak menulis di blog lagi. Padahal dulu di awal-awal ketika akhir tahun 2019 hingga memiliki top level domain pun lumayan rajinlah. Eh, ketika sudah top level domain malah malas-malasan. Weleh, skip dulu ya kan.

Mari kita lanjut pembahasan tentang masa depan. Heseh, iya nih. Saya lebih suka merancang masa depan yang gemilang di masa sekarang. Sedangkan masa lalu itu bisa dijadikan pelajaran. Yah, anggap sajalah semuanya memang sudah berlalu. Meskipun kenangan itu sayang bila dilupakan, heseh. 

Tahu enggak sih kalau tanggal 27 Oktober itu diperingati sebagai Hari Blogger Nasional? Nah, hari spesial ini ada sejak tahun 2007. Ketika itu pertama kali dicanangkan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. Harapannya blog bisa menjadi manfaat bagi orang banyak. 

Berbicara perihal manfaat, saat ini saya ingin maju di depan untuk memperjuangkannya. Ya, walaupun dulunya blog merupakan ajang curhatan belaka dan enggak kepikiran bisa bermanfaat bagi orang banyak. Ternyata setelah ditelusuri lagi lebih nyaman dan mengasyikkan. Apalagi sesama blogger saling mendukung. Rasanya ya seperti mendapatkan jackpot gitu. Apalagi bisa mengelolanya secara mandiri. 

Meskipun tanggal pengunggahan cuap-cuap ini tidak bertepatan tanggal 27 Oktober. Bagi saya, hari blogger ini setiap hari. Kapan pun dan di mana pun saya bisa kok menulis blog. Ya tergantung dengan situasi dan kondisi. Palingan perayaannya hanya tanggal 27. Ternyata ada juga kok yang ngucapin, "Selamat hari blogger Nasional." Ah, rasanya menyejukkan sekali. #Jlep. 

Kalau membahas perihal harapan. Setiap orang pasti memiliki harapan di masa depan menjadi lebih baik lagi. Begitu pula saya yang tidak ingin ketinggalan. Hanya saja, harapan di sini memang harus dispesifikkan lagi supaya mudah digapai. Ya, ini seumpama dengan kata sukses. "Semoga sukses ya." Padahal konsep 'sukses' di sini itu ya luas. Sukses menjalankan misi bangun pagi misalnya. Maka ada beberapa kesuksesan yang ingin saya capai untuk ke depannya. 

1. Blog sebagai wadah ternyaman
Bagi saya, blog merupakan rumah saya sendiri. Ya iya dong, kan pemiliknya saya sendiri nih. Hehe, mana tahu kan ada juga yang mau menjadi pengurus rumah saya jika saya sedang sibuk. #plak
Oke kembali ke laptop. 
Ada beberapa alasan kenapa saya mengambil nama Diary Harumpuspita. "Kok enggak Henny saja sih? Kan lebih gampang dapat followersnya. Lagian kalau disebut Harum orang lain malah enggak kenal." 
Saya pun awalnya juga berpikir seperti orang itu. Enggak banyak orang yang tahu tentang Diary Harumpuspita selain di kalangan para penulis. Apalagi penulis lainnya juga sering manggil saya Harum. 
Ya, pertama-tama saya terinspirasi dengan nama panggilan dulu selama SMA. Guru biologi saya waktu itu manggil saya dengan sebutan Henny Puspita Sari harum mewangi sepanjang hari. Seketika saya langsung auto senang dong. Langka banget ada yang mau memuji seperti itu. Ya, walaupun kebetulan nama saya mirip dengan nama orang terdekatnya. Makanya saya dipanggil begitu kadang-kadang. 

Nah, yang kedua faktor dorongang lingkungan juga sih. Ketika saya memiliki keinginan menulis. Namun tidak ada yang mendukung. "Ngapain nulis? Emang mau makan apa dari nulis?" 
Kebetulan saya orangnya memang suka rajin jika menyangkut tentang belajar. Saya tidak ingin menjadi orang yang hanya sekadar rajin saja, tetapi juga ingin memberi kenyamanan bagi orang lain. 
Harum itu identik dengan kenyamanan. Siapa sih yang enggak suka dengan harumnya sesuatu? Bahkan bunga yang harum pun banyak penggemarnya. 
Sedangkan nama Puspita ini saya ambil untuk mengingatkan saya pada saudara saya. Abang saya nama belakangnya Puspito, adiknyanya saya nama belakangnya juga Puspita. Ya, sekalian saja mengharumkan keluarga. Harapannya blog ini bisa menjadi tempat ternyaman untuk disinggahi. Banyak orang yang mengunjunginya dan bermanfaat bagi orang lain. 

2. Rajin posting
Rajin nulis, tetapi enggak rajin posting. Saya juga termasuk di dalamnya. Akhirnya, terlalu banyak draf dan saya bingung melanjutkannya. Sepenggal-penggal mulu. Ketika dilanjutkan tidak relevan dengan suasana hati. Ya, parahnya hanya sekadar judul doang di draf. Kalau rajin posting otomatis tulisan harus selesai ya kan. Harapannya saya ingin membangun kembali kejayaan di masa lalu. Minimal seminggu sekali buat konten, bertahap hingga posting setiap hari. Minimal-minimal berani posting deh. 

3. Semakin Kreatif
Adakalanya, blog akan semakin ciamik jika dilengkapi dengan kode-kode. Seperti blog para senior lainnya. Banyak juga deh yang ingin saya pelajari. Infografis yang memudahkan pembaca juga oke. Rasanya perlu banyak waktu untuk memahami dan mempelajari itu semuanya. Namun akan mengasyikkan jika memang sudah memiliki keinginan dalam diri. Selagi punya keinginan kenapa enggak?

4. Berani ikut lomba blog
Biasanya yang membuat ramai blog salah satunya adalah ikut lomba blog. Kalau para blog senior lainnya biasanya sih kerjasama dengan bisnis lainnya. Kalau saya yang pemula ini sepertinya belajar rajin ikut lomba aja dulu. Mana tahu kan bisa terbiasa mengulas sesuatu dengan kreatif ke depannya. 
Terus dikenal orang dan mendapatkan tawaran kerjasama deh. Insyaa Allah. 
Kalau ikut lomba ini kadang yang membuat gregetan. Bisa nggak ya, mampu nggak ya menyelesaikan tulisan dengan baik. 

5. Wadah silatuhrami
Silatuhrami identik dengan mengunjungi. Jika memungkinkan, saya juga ingin nih rajin blog walking ke blog lainnya. Mengisi kehidupan tulisan blog yang terposting dan menambah pengetahuan seiring berjalannya waktu. Bagi penulis, kehadiran pembaca yang meninggalkan jejak berupa komenan walaupun hanya sekadar bertanya merupakan suatu hal yang berharga. Terkadang bisa menjadi tolak ukur kualitas blog. Saya berharap ke depannya memiliki waktu yang luang sehingga bisa main-main ke blog lainnya. Yah, namanya juga kehidupan. Kadang kesibukannya tidak bisa ditentukan. Namun biasanya kalau orang yang sudah terniat banget. Apa pun pasti diusahakan.

Alhamdulillah, akhirnya selesai juga luahan hati saya tentang blog kali ini. Yeay, setelah sekian lama vakum dari menulis dengan dalih entah apa-apa.  Saya bersyukur bisa tergerak hati untuk memperjuangkan tulisan kembali.

Kalau ada yang nanya, selama pandemi ini ngapain saja sih? Saya bingung sebenarnya ingin mengatakan apa. Soalnya saya malah enggak produktif. Kebanyakan galau bin pusing. Kalau keluar rumah sih iya juga. Palingan kalau ada keperluan, sedangkan keperluannya ngerjain skripsi bareng teman atau belajar hal lainnya. 

Itu saja deh. 

Salam Rindu
Harumpuspita










































BBW September 2019 Awal dibuka

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Hai sahabat blogger,
    Kali ini saya ingin berbagi tentang pengalaman selama di BBW bulan September tahun 2019. Pasti pada bingung kan. Apa itu BBW? Nah, BBW itu singkatan dari Big Bad Wolfies. Kalau dari penampakan logo yang kelihatan seperti serigala berbulu domba. Eh, bukan. Tetap serigala kok. Nah, serigala ini seperti pengunjung yang sedang berburu buku. Wuah, mantap sekali. Bukunya banyak pilihan. Kalau pecinta buku pada tahulah ya. Gimana tuh rasanya kalau ketemu buku pasti kelihatan surgawi. Apalagi penulis ketemu penulis. Rasanya ada nuansa bangga gitu. Hal yang membuat semakin enggak beranjak itu adalah bukunya diskon besar besaran.
    Kira-kira bisa dapat jodoh penulis juga nggak ya? #Plak
    Ye, asyik mikirin jodoh dulu. Berusaha memantaskan diri dulu dong. Heheh…
    Awalnya sih ingin saya tuliskan seperti cerita perjalanan. Setiap sampai sana eh enggak tahunya baterai ponsel habis. Kebetulan ketemu teman di hari terakhir jadinya selfie mulu nih. #Plak. Mau sekalian ngepost foto selfie enggak PD gitu. Tapi, nanti deh saya selipkan foto selfienya. Hihi…
    Pertama sekali pergi ke BBW ini pada tanggal 5 September 2019. Pada saat BBW masih dipersiapkan dan belum dibuka untuk pengunjung umum. Konon, BBW ini rutin lo diadakan setiap tahunnya. Tidak hanya itu saja. Mereka bergilir dari kota ke kota. Makanya pas tahu kalau BBW ini dulu diadakan di pulau Jawa. Ada teman yang ngepost dari sana. Radar ngiler gitu. Kalau mau ikutan takutnya sayang ongkos kirimnya kemahalan. Apalagi mahasiswa yang enggak punya duit. Tahunya belajar mulu. BBW kali ini khusus saya ceritakan di kota Medan ya. Letaknya di Polonia. Bandara lama yang sudah enggak digunakan lagi. Jangan mikirin seremnya ya tapi serunya.
    Oke, kita kembali ke topik ya. Pada penasaran nggak kenapa saya bisa masuk di tanggal 5 September? Padahal BBW itu baru bisa masuk secara bebas dari tanggal 6-16 September 2019. Alhamdulillah, saya baru juga bergabung di Blogger Sumut tahun ini. Otomatiskan, dulunya yang nulis blogger itu tinggal hayalan kini menjadi hal lain, yaitu menggebu bahagianya luar biasa. Nah, pada saat BBW itu masih dipersiapkan. Mereka membuka pertama kali untuk orang-orang tertentu saja. Seperti yang punya rekening BCA. Sebab BBW ini bekerja sama dengan rekening tersebut. Mereka juga menjanjikan Cashback setiap pembelian yang lebih dari satu juta ke atas. Cashbacknya palingan beberapa persen saja. Mantap betul deh. So, para pecinta buku yang awalnya enggak punya rekening akhirnya buka juga kan. Apalagi pas buka rekening diberikan voucher IDR50K. Makanya hari pertama saya bisa membeli buku sebanyak empat buah. Hanya dengan menambah IDR 6K saja. Kebetulan buku yang saya sikat total harganya IDR 56K.
Gambar : Belanja Buku di BBW
    Selain itu,BBW ini membuka pengunjung pertamanya selain BCA adalah orang-orang yang sudah daftar duluan via Website dan komunitas tertentu. Nah, saya bisa masuk sebagai anggota blogger yang bekerja sebagai konten creator di sana. Pada saat itu, saya yang pergi ke sana hanya modal nekat doang dan uang hanya pas-pasan doang. Akhirnya kalap juga sih. Bisa beli buku tapi enggak bisa pulang. #Plak. Jangan sampai ini kejadian ke kalian ya dan saya juga di masa depan. Semua itu harus bisa diperhitungkan bagaimana situasinya. Apa pun itu jangan mengharapkan keberuntungan yang menghampiri. Tetapi diri sendiri yang menciptakan keberuntungan itu dengan antisipasi. Ya, walaupun takdir enggak bisa dihindari.
    Nah, crew ataupu penjaga BBW itu juga baik dan ramah-ramah. Rasanya menyenangkan sekali. Kalau kamar mandinya ada di dalam dan musalanya juga enggak jauh dari situ. Jadi, kalau sudah masuk rasanya malas udahan. Tapi, kalau makanan ada juga yang juala n di pintu masuk dan keluar. Tapi, penjual makanan tersebut lebih banyak di pintu masuk.
    Pada hari pertama ini saya enggak bisa menjelaskan banyak. Sebab waktu yang sebentar membuat saya harus mengejar waktu lagi secara dadakan. Tentang apa saja yang banyak tersedia nanti bisa saya ceritakan di Part selanjutnya. Bersama teman saya di hari terakhir.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

FLP : Halal Bialal


Sumber gambar : Pinterest

Ya pada hari yang tak disangka akan datang. Pertemuan sudah merupakan bagian dari takdir bukan? Maka mensyukurinya adalah hal yang terindah. Tentang segala perbedaan yang menjadi warna. 

Oke baiklah, hari ini saya hanya sekadar berbagi sebuah kata-kata yang tak ingin dilewatkan begitu saja. Walaupun sudah mengantuk dan rasanya ingin tidur. Saya percaya bahwa besok tidak akan berada pada kesempatan yang sama. Tentang kata-kata cemerlang yang dilewatkan begitu saja. 

Sederhananya saja gadis itu adalah saya yang menulis diary ini. Sebelum bertemu dengan orang lain. Ia adalah seseorang yang paling hebat bagi dirinya. Tanpa sadar ada sikap takabur yang melekat dalam dada. 

Sudah dari tiga hari yang lalu undangan itu sudah terbaca. Hatinya mengatakan untuk mengazamkan kehadiran di waktu yang telah ditetapkan. Namun, keegoannya tetap mengatakan untuk menulisnya nanti. Hingga akhirnya pada waktu yang sudah ditentukan. Ia mengabsenkan diri akan datang.

Ada rasa tak peduli yang mengendap tentang kinerja yang gadis itu lakukan. Perasaannya masih lebih dominan dari logika. Ia sudah tahu benar bahwa persiapan yang ia lakukan tidak tetap waktu. Walaupun begitu kesalahan tetap pada dirinya yang tidak menargetkan dengan benar. Jika disuruh datang pukul tiga tepat. Maka ia akan pergi dari rumah pukul tiga juga. 

Perjalanannya seperti biasa kali ini. Pergi bertemankan sepeda motor yang selalu menemani ia pergi. Pada suatu pekerjaan tertentu ia dapat menangguhkan. Tetapi jika dikaitkan dengan perut yang keroncongan ia pasti tidak akan tega. Hal ini yang selalu didahulukan olehnya agar stamina tetap stabil. Walaupun hanya sekadar cemilan berupa gorengan yang dibeli di pinggir jalan. 

Sebuah Ilustrasi


Pada suatu jalan yang masih asing baginya. Ia melihat seseorang yang membawa botol minuman. Tubuhnya mungil dan berada di depan Alfamidi. Awalnya gadis ini menyangka ia adalah seorang pengemis. Namun, tak beberapa keluar seseorang yang lebih mungil darinya. Ya, seseorang itu adalah wanita yang tidak lain adalah istri dari pria mungil tersebut.

Ia masih mendengar ucapan pria itu yang sedang membahas tentang malam minggu. Ah, romantisnya. Saat ini kedua orang tersebut sudah menjadi perhatian. Kemudian gadis ini melanjutkan perjalanan dan masih terlihat sang pria yang mengendarai sepeda listrik.

Gadis ini sungguh tersentuh melihat pemandangan ini. Tampak biasa. Namun menjadi hal yang luar biasa. Tentang perbandingan dengan dirinya yang tampak lebih baik dan tidak kesusahan dari mereka. Namun, kebahagian itu tidaklah diukur seberapa banyak apa yang telah kita miliki. Namun, apa yang telah kita syukuri. Tentang segala keberadaan yang diakui dan terlebih lagi keikhlasan dalam menjalani kehidupan. 

Ya, semua orang sudah memiliki takaran masing-masing dalam merasakan bahagia. Tak perlu menyiksa diri dengan rasa iri dengan orang lain. Tetaplah berusaha untuk menanamkan hati yang bersih. 

Setelah dua jam lamanya ia berada dalam perjalanan. Akhirnya ia sampai tujuan. Tempat yang berbeda lagi dari alamat yang dituju. Sungguh ada ketakjuban dalam dirinya. Saat seperti mengenali situasi seperti ini. Ah, ia baru sadar tengah merasakan de ja vu lagi. 

Ada rak buku yang tersusun rapi layaknya perpustakaan di rumah itu. Sebelumnya gadis ini juga pernah menginginkan ruangan khusus buku-buku suatu hari nanti. Tapi itu masih terlintas dalam benaknya. Belum pula terpikirkan bagaimana menggapainya. 

Pertemuan adalah sebuah keberkahan menurutnya. Cara yang paling ampuh untuk me-refreshkan apa yang ada di dalam hati dan pikiran. Terlebih lagi jika bertemu dengan orang-orang yang luar biasa.

Kali ini ia banyak mendengar pengalaman dari salah seorang penulis blogger. Jika pada penasaran apa yang ia dengar. Cukup membaca http://kapal-layar.blogspot.com/ pasti akan mengetahui banyak hal tentang sebuah pengalaman. 

Ya, gadis ini seperti sudah berada di luar negeri saat diceritakan pengalaman tersebut. Terlebih lagi masih daerah Turkey. Bukankah ada banyak orang yang memimpikan untuk sampai ke sana? Tetapi gadis ini akhirnya sadar bahwa itu adalah suatu bonus dalam perjalanan. 

Dia masih memiliki rasa tekad untuk mengesplorasi ke berbagai hal. Terlebih lagi sudah memiliki kemampuan untuk menulis dan mengeluarkan ide. Tak perlu jauh untuk membuat sebuah pengalaman. Cukup banyak membaca, melihat, dan menganalisis. Maka ia pasti akan merasakan bahwa warna-warna kehidupan dekat di sekeliling. 

Kali ini ia baru menyadari bahwa sebenarnya sudah dikelilingi orang-orang yang baik. Tutur kata yang santun serta rendah hati. Terlebih lagi orang yang dekat dengan Allah. 

Alhamdulillah, sebagai rasa syukur yang tak henti atas kenikmatan yang tak terhingga. Seperti halnya kandungan surah Ar-Rahman. Tentang nikmat manakah yang engkau dustakan?

Berproseslah dalam memerangi hawa nafsu dan temukan kebahagian tersendiri dalam meraih kesuksesan. 

Akhir kata, Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Lebaran 1440 H (Idul Fitri)

Sumber gambar : esqnews.id

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Selamat hari raya idul fitri 1440 H. Mohon maaf lahir dan batin. 
Yaps, lebaran kali ini sengaja saya pilih seorang wanita muslimah dari belakang. Gimana, pada kece ya kan?

Kali ini, saya akan berbagi tentang pengalaman lebaran dan apa saja yang dilakukan selama lebaran. Tidak terlalu menarik. Hanya halal bialal ke sanak saudara. Entah mengapa lebaran hari pertama dan kedua membuat hati mendung. Jangan tanya mendungnya kenapa. Soalnya pada ditanyakin pertanyaan paling horor. 

Idul fitri jatuh pada bulan syawal. Kalau Bang Agusman bilang, lebaran bukan hanya tentang liburan dan lebaran. Tapi juga leburan. Sebelum membaca terperinci tentang leburan. Saya malah terpikir. Momentum pertemuan yang menyebabkan hati melebur dengan orang yang sedang di-sungkemi. Alias minta maaf atau pertemuan halal bialal para keluarga dan tetangga. 

Eh, ternyata. Tentang peleburan dosa yang telah kita lakukan selama ini. Hingga bertemulah hari yang fitri. Itulah pada bulan syawal. Dosa-dosa sudah pada melebur atau meleleh.  

Ada juga sih.  Kalau mau tau suasana hati saya pada saat lebaran. Bisa pada dilihat di novel yang berjudul Renjana Di Bulan Purnama.  Sst promosi terselubung. 

Kalau lebaran itu pada tahulah ya. Banyak makanan ringan seperti kue-kue kering. Pada hari raya pertama biasanya di rumah ke rumah tersedia makanan berat. Mulai rendang daging, mie sop, ketupat sayur,  bahkan ketupat kacang. Tergantung yang punya rumah berselera ingin  makan apa. Bahkan ada yang bilang setelah hari raya makin banyak timbangan berat badan. 

Lebaran ini menurut saya adalah tetap sebuah pencarian jati diri menjadi yang lebih baik lagi. Belajar menurunkan ego pada orang-orang sekitar. Bukan gengsi pada siapa terlebih dahulu yang diminta maafkan. Tetapi belajar meminta maaf sebelum orang lain memintanya. Walaupun saya pribadi lebih suka minta maaf langsung bersitatap wajah daripada sekadar sosial media. Tapi yang diutamakan minta maaf terlebih dahulu pada orang yang lebih tua. 

Biasanya yang paling ditunggu oleh anak kecil adalah THR alias tunjangan hari raya. Tahun ini saya tidak terlalu berharap. Namun, alhamdulillah masih ada yang mau ngasih. Lumayan kan, rezeki kagak boleh ditolak. Hehe. Harapannya tahun depan sudah bisa memberi THR pada anak-anak. 

Perbedaan tahun ini sama tahun lalu adalah doa yang mereka ucapkan selain diampuni dosa. Semoga cepat ketemu jodoh. Awalnya garuk-garuk kepala saat mendengarnya. Tapi yang namanya doa selagi baik. Ada baiknya diaamiinkan. Kali aja beneran ketemu jodoh. #Plak. 

Sepertinya ini saja yang bisa saya bagi seputar lebaran di tahun 2019. Jika ada pertanyaan bisa ditulis pada kolom komentar.

Salam Rindu
Harumpuspita