Hari telah berlalu. Sejalan dengan itu bertambah umur dan
berkurang pula jatah di dunia. Tak terasa tahun 2020 tinggal mengitung hari
lagi. Bisa dibilang dengan jari. Padahal, saya sendiri seolah merasa waktu ini
begitu cepat. Ada banyak faktor sebenarnya mengapa waktu seolah berjalan dengan
cepat. Rutinitas harian dengan banyaknya keinginan kadang tak seimbang. Ya,
namanya juga manusia. Saya sendiri pun tak
bisa berdiam begitu saja. Bahkan tanpa melakukan apapun. Jika diam pun,
tetap saja saya ingin terus berpikir tentang strategi apa selanjutnya.
Pernah nggak terpikirkan tentang apa itu resolusi dan
mengapa perlu dilakukan?
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pengertian resolusi
ini bermacam-macam.
1.
(n) putusan atau
kebulatan pendapat berupa permintaan atau tuntutan yang ditetapkan oleh rapat
(musyawarah, sidang); pernyataan tertulis, biasanya berisi tuntutan tentang
suatu hal.
2.
(n) Komp pengukuran tingkat ketajaman
gambar yang dihasilkan oleh pencetak atau monitor.
Nah, dari pengertian di atas. Anggap saja yang saya mengambil
pengertian keduanya saja. Pertama sekali tentang keputusan dan kebulatan
pendapat. Baik itu berupa mengingat kembali apa yang telah tercapai dan belum
tercapai. Terkadang ada suatu pemikiran tentang apa yang selama ini telah saya
kerjakan dan bagaimana saya menghabiskan waktu itu?
Bagaimana dengan mimpi yang selama ini sudah diazamkan?
Apakah sesuai dengan keinginan dan fakta di lapangan? Ataukah saya masih sering
menghabiskan waktu begitu saja dengan bermain dan tidak meninggalkan berkas
yang menyenangkan? Jika begitu, bukankah manusia itu terkadang suka khilaf? Hal
yang lebih menarik lagi ketika sebuah pertanyaan menjadi renungan. Apakah
selama ini yang telah saya lakukan sudah sepenuh hati? Setelah mengingat
kembali, rasanya hanya ingin bungkam saja. Tak ingin membedah apa yang telah
dikerjakan dan strategi apa untuk ke depannya.
Sayangnya, itu semua bisa menjadi sebuah ancaman bagi
motivasi diri. Mungkin ketika berdiam diri saja akan merasa baik-baik saja dan
emosi juga tidak terganggu. Namun ketika memberanikan diri untuk membedah diri
bisa memungkinkan munculnya semangat baru dan ide brilian lagi. Perkara
khawatir menghabiskan waktu dan tenaga begitu saja. Ya, kita memang harus mengingat
lagi pada Sang Maha yang akan memastikan sebuah kekuatan dan keajaiban. Kepercayaan
itu justru membangun rasa aman dalam diri.
Saya yang sekarang ini bukanlah apa-apa jika dibandingkan
dengan orang lain. Harus lebih banyak belajar lagi. Terlebih lagi belajar
melihat dan mendengarkan. Kemudian mengambil hikmah dari semua yang ada. Ya,
seringkali ide yang tengah muncul itu hilang begitu saja ketika keegoaan
menyapa.
Pada akhir tahun ini, entah mengapa saya sangat yakin
sekali dengan rutinitas menulis ini. Tak malu lagi di mana saya berkecimpung. Semua
ini tak terlepas dari teman-teman saya yang berada di komunitas. Baik itu
Kompak dan Blogsum. Selain itu LP2IM dan FLP sendiri saya banyak belajar
tentang tentang mempertahankan amalan ibadah yang tak terlepas dari ilmu
pengetahuan di ranah jurusan. Mereka semua adalah orang yang sangat
menginspirasi walaupun secara tidak langsung. Hanya dengan melihat keberhasilan
saja saya turut bangga, senang, bahkan termotivasi menjadi orang baik lagi. Ya,
berteman dengan orang-orang baik itu sungguh menyenangkan sekali. Seolah-olah
saya memang harus menjadi orang baik juga dalam sekejab jika iman ini sudah
mulai turun.
Semua ini berawal dari sebuah buku usang yang terbuat dari
buku isi lima puluh lembar pada tahun 2017. Masih bisa dibaca dengan baik.
Ketika saya membacanya ada begitu banyak coretan tentang perkembangan diri.
Mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Tak lupa pula curhatan yang membuat
saya senyum-senyum sendiri. Saya ingat sekali ketika malu membawanya ke
mana-mana. Orang-orang yang berada di sekeliling saya banyak yang meremehkan.
“Ngapain sih nulis-nulis apa yang mau dikerjain? Aneh.” Ada sesuatu yang
menusuk hati seketika.
Hati ini mulai sedih dengan sendirinya. Saya sudah
merancangnya untuk tahun 2017. Tentang misi apa yang harus bisa dilakukan.
Belajar solat lima waktu dan bangun di sepertiga malam. Ternyata saya berhasil
melakukannya dengan baik pada bulan pertama tepatnya Januari. Bulan-bulan berikutnya
bahkan belum bisa sebaik bulan awal. Saya bisa mengingatnya ketika hanya
kotak-kotak kosong yang tidak dicoret apapun. Itu berarti saya tak memiliki
waktu untuk berbicara dengan diri dalam evaluasi kemajuan. Tetapi, tidak
apa-apa setidaknya saya pernah mencobanya.
Pada tahun ini sebenarnya saya bingung. Ada banyak istilah
asing yang tidak saya ketahui. Waktu itu seseorang yang baik hati membagikan softcopy Planner ini di grub WhatsApp.
Tentu dengan senang hati saya menyimpannya dan mencetak buku rencana tersebut
dengan ukuran A4. Kalau bisa dibilang buku ini sangat baik sekali untuk seorang
Muslim. Sayangnya bagi saya ini begitu berat. Amalan sunnah dan kegiatan
rutinitas ini membuat saya ragu apakah bisa melaksanakannya. Lagi pula bentuknya
yang besar membuat saya malu membawanya ke mana-mana. Takut ketahuan apa yang
lakukan. Demi menyiasati hal tersebut. Saya membuat buku catatan sendiri yang
terbuat dari kertas HVS kemudian dibagi menjadi delapan bagian. Kemudian
menggunting dan menyatukannya sesuai dengan keinginan saya. Aman, ringan, dan
bisa dibawa ke mana-mana. Sayangnya buku catatan gampang hilang dan tercecer
entah ke mana setelah mengingat setiap bulannya berbeda.
Buku Planning tahun 2019 yang selalu menemani saya di mana
pun berada. Bentuknya yang tidak terlalu besar, cover yang tidak kentara
membuat saya selalu yakin untuk menjadikan teman di kala kesepian. Bermula
melihat sebuah instagram yang menjual buku ini secara online membuat saya tertarik untuk membelinya. Kalau bisa dibilang
ini adalah buku pertama yang murni saya beli. Mungkin ada orang yang mengatakan
bahwa setiap orang memiliki rencananya masing-masing. Ya, saya pun juga begitu.
Entah mengapa setiap tulisan yang ada pada buku tersebut bisa menjadi kekuatan
dan kenyataan bagi diri saya. Sejak saat itu, saya ingin selalu menuliskan
hal-hal kebaikan dan bersemangat. Apalagi judul buku yang bertuliskan Start Something Today seolah
benar-benar membuat saya memulai sesuatu yang baru setiap harinya. Bahkan saya
tak menyangkah bisa menyelesaikan tiga novel di Storial, mulai beralih pada
bisnis, bertemu dengan orang-orang hebat dan pengalaman menarik lainnya. Bahkan
untuk bermain-main saja saya seolah tak bisa.
Walaupun begitu saya masih berusaha lagi membenahi diri menjadi orang
yang terbaik versi diri saya.
Buku rencana yang akan saya jalani di masa depan. Lagi-lagi
dari tulisan tersebut membuat saya yakin untuk menggapai mimpi tersebut. Saya
juga senang bisa juga berjualan buku ini hingga ke mana-mana. Meskipun harganya
lebih mahal dari tahun sebelumnya. Segi kualitas dan pembaharuan sungguh sangat
sesuai. Hal yang terpenting adalah ketika melihat buku itu sudah bisa menjadi
amunisi bagi diri saya bahwa saya pasti bisa melakukannya. Lagi pula juga
dikaitkan dengan Muslim Planner yang kegiatannya sungguh menantang saya sudah
benar-benar siap.
Lalu bagaimana dengan resolusi diri? Sudahkah kita
benar-benar menyelesaikan tujuan yang ingin dicapai atau hanya sekadar
keberhasilan yang tertunda? Pengalaman ini mengajarkan saya untuk pentingnya
meresolusikan diri. Setidaknya ada lima alasan
mengapa kita perlu melakukannya.
1.
Mengevaluasi Diri
Tak terasa
sudah setahun ini kita melakukan banyak hal. Mulai dari hal sederhana hingga tingkat
yang lebih sulit. Pasti tak luput pula dari segala kekurangan dari diri. Maka
temuilah kekurangan dalam diri lewat evaluasi. Misalnya masih sering terlena
dengan waktu atau tidak disiplin. Apakah kita sudah percaya diri menjalani
hari-hari yang telah berlalu? Lalu ubahlah itu semua menjadi sebuah kekuatan
saat mengetahui strategi yang baik ketika melaluinya di masa depan nanti.
2.
Mengukur Kemampuan Diri
Setidaknya
dengan mimpi dan kenyataan dapat pula kita menyimpulkan di mana batas kita bisa
mengerjakan itu semua. Misalnya begini, saya juga pernah membuat target selesai
mengerjakan skripsi dalam satu hari. Tapi itu semua hanya mimpi belaka dan
tidak disesuaikan dengan kapasitas diri. Mengapa perlu memaksakan diri jika itu
memang mustahil? Semua mimpi itu pasti punya fase tangga yang harus dilalui.
Bukan asal loncat naik ke tangga paling atas. Bahkan lift sekalipun harus
melewati lantai demi lantai menuju ke lantai berikutnya. Jadi, poin utamanya
adalah ubahlah pemikiran menjadi realistis dengan mengukur kemampuan diri.
Jangan paksakan jika tidak bisa mencapai target. Justru tetap bersyukur atas
apa yang pernah dilalui.
3.
Merencanakan Hidup Lebih Baik Lagi
Masa depan
yang cemerlang dan kebahagian. Semua orang memiliki kesempatan untuk itu. Hal
yang pertama sekali adalah menyingkirkan rasa Baper alias bawa perasaan. Ya,
meskipun perasaan itu bentuknya tidak bisa dilihat tetap saja ada. Libatkan
pula pemikiran dalam merencanakannya. Buat sedetail mungkin seolah-olah kita
benar-benar bisa melakukannya. Beranikan saja diri untuk merencanakannya. Tak
perlu khawatir jika rencananya itu tidak terlaksana. Setidaknya kita pernah
mencoba. Jatuh itu biasa. Sedangkan bangkit adalah hal yang luar biasa.
Ingatlah, ketika kita mencoba untuk diam. Ada banyak orang-orang di luar sana
mencoba bangkit dari keterpurukan.
4.
Menciptakan Semangat Baru
Anggap saja
kita memang sudah benar-benar menuliskan mimpi itu di dalam rencana kita ke
depannya. Otomatis ada dorongan tersendiri untuk lebih bersemangat dari
sebelumnya. Saya sering mengalami hal seperti itu. Seketika terlintas pula
beragam cara untuk mewujudkan cita-cita saya. Bahkan mampu membuat diri bahagia
dengan sendirinya. Berani dan percaya diri turut hadir pula. Ini adalah fase
paling menyenangkan bagi diri saya. Coba bayangkan saja, ketika bersemangat
pasti semua terasa begitu ringan, tanpa beban, dan yang paling penting dengan
sepenuh hati.
5.
Sebagai Doa dan Harapan
Semoga di
tahun depan semuanya akan menjadi lebih baik lagi. Banyak hal-hal yang indah
dan pengalaman luar biasa. Ya, pastinya ada harapan tersendiri bagi setiap
orang. Harapan itulah terkadang bisa menjadi sebuah cahaya dalam kegelapan. Diam-diam
menjadi sebuah doa agar semuanya bisa berjalan dengan baik. Kita memang
perancang yang handal tetapi Sang Maha tetap menjadi penentu terbaik.
Kita kembali pada pengertian resolusi kedua dengan
pengertian ketajaman suatu gambar yang dihasilkan oleh layar atau monitor. Jika
layar tersebut diibaratkan seperti touchscreen
smathphone yang sering kita pegang sehari-hari. Itu berarti yang menjadi
pengendali segala aplikasi adalah kita sendiri. Nah, hubungannya adalah dengan
setiap langkah yang hendak kita capai atau hal-hal apa saja yang kita lalui.
Apakah resolusi itu sudah bijak kita gunakan. Jika di tempat yang gelap maupun
terang. Maka resolusi tersebut akan disesuaikan pula. Begitu pula dengan
resolusi yang kita punya. Sesuaikan pula dengan kondisi lingkungan.
Itu saja yang bisa saya sampaikan. Sampai jumpa di konten
berikutnya. Mungkin kalian juga memiliki resolusi versi masing-masing. Kita
bisa saling berbagi di kolom komentar.
Salam Rindu
Harumpuspita