![]() |
Gambar 1. Oase Agustus Diary Harumpuspita |
Kita sepakat bahwasannya oase adalah bagian dari ini waktunya kita istirahat loh. Bagian yang menentukan perjalanan mana yang akan membawa diri. Tahu nggak sih, ngurusin orang yang enggak punya semangat hidup seperti buang-buang waktu saja. Padahal setiap orang sangat berharga di dalam kehidupan ini terlebih apapun perannya saat ini. Jadi, stop cuma bilang, “aku enggak berguna loh.” Bikin capek aja gitu. Ngetik panjang-panjang, hanya bilang aku enggak berguna.
Sama urusannya seperti ah jadi
lupa. Hanya mau bilang, ini gayanya mau tobat gitu. Eh, malah pola hidupnya
juga enggak beda gitu sama dengan hari kemarin. Sama-sama rugi. Boro-boro mau
doa dengan khusyuk plus bisa bica Al-Quran. Ingat shalat yang dicepatkan aja
tuh rasanya udah syukur banget. Bilangnya biasalah, “hati nih neng ndak bisa dipaksakan.” Jawabannya
hanya satu, “preet” ucap
saya yang baru saja sadar haha.
Tahu nggak selama ini saya
kemakan sama omongan kalau rasa sakit yang disebabkan sama orang lain itu bakalan
sembuh dengan sendirinya. Sembuh dari mana? Sembuh dari Hongkong gitu? Toh udah
delapan bulan aja, rasa sakit masih enggak sembuh-sembuh. Aduduh, Gusti. Hati
ini kan milik Allah ya, ya terserah Dia mah kapan mau nyembuhi. Hidup mah
jalan-jalan aja gitu. Berputar dengan rotasinya. Kata Ustadz Abdul Somad nggak
bakalan bisa sembuh rasa sakitnya itu dan bahkan sampai wafat baru berakhir. Waktu
yang akan menyembuhkan itu rasanya kayak mitos aja dan saya juga sepakat kata
Ustadz Abdul Somad tuh. Hidup adalah sebuah perjalanan dan yah memang harus
dijalanin bukan dibiarin dengan tenggelam rasa sakit yang itu-itu aja.
Jadi, langkah apa yang dilakukan saat Oase?
1. Istirahatin aja sampai puas
Enaknya
tuh kalau kita istirahat ya sebentar aja, tapi kok setelah dipikir-pikir
malahan kelamaan deh. Oke, ini mah lagi mode sadar. Alhamdulillah, Allah Swt
masih memberikan kesadaran. Kalau yang enggak sadar-sadar ini wassalam aja deh.
Istirahat itu kayak kita lagi mengumpulkan energi sebanyak-banyaknya dari rasa
capek di dunia. Makanya sekarang kalau ditanya. “Loh, Rum kamu kerja apa
sekarang?” Maka saya bakalan jawab, “Kerja apa kak yang penting capek.” Nikmat
capek itu ternyata enak loh. Soalnya secapek-capeknya orang kalau kerja. Lebih
capek lagi pengangguran. Overthingking berdatangan,
duit nggak masuk-masuk. Mau berharap kok kayaknya seperti punuk merindukan
rembulan gitu loh. Tingkat stressnya jauh lebih tinggi dibandingkan yang kerja.
Terkadang bukan karena enggak ada duit yang masuk. Hinaan ini yang nggak tahan.
Eh, disangkanya sebagai parasit.
Istirahat
itu sebenarnya kita tuh sedang mengumpurkan energi. Energi apa aja dah. Energi
harapan bahwa besok bisa lebih baik lagi dari hari kemarin. Hanya saja
mentoknya nih begini.
Ya Allah, apa sih yang sedang dipersiapkan di
ujung saja?
“Hei,
bangun!” ucap pada diri sendiri kan. Istirahat yang terbaik itu sebenarnya
tidur. Bukan mikirin rasa sakit yang selama ini menghantui. Setibanya tidur,
malah mimpiin dia yang menyakiti hati. Serba salah deh.
Selain
itu saya juga setuju dengan motonya Buya Hamka bahwasannya pantang sekali
istirahat sebelum capek. Tapi kok rasanya malahan dikit-dikit istirahat. Ini
mah sudah nggak bener lagi kan.
2.
Rencanain
Jadwal Kebiasaan
Punya timeline hidup
yang teratur tuh kayak ngasih amunisi ke diri. Ini bakalan berhasil deh
kayaknya. Eh, pas hari-Hnya malah kelihatan dongok. Nggak tahu harus apa gitu.
Diam, mandek, terus scralling
Instagram, Tiktok, Youtube sampai capek. Habis itu baru ngerasa ini waktu udah
berlalu aja ya. Sampai-sampai nih sholat duha yang biasanya enggak tinggal.
Auto ditinggalin karena kebiasaan nunda. Mau baca buku, takut ketiduran. Udah,
udah curhatnya.
Setelah dipikir-pikir dari ingatan di masa lalu. Eh, masa lalu lagi.
Padahal ingatan di masa kini. Pernah juga kok buat rencana jadwal teratur dan
yah berhasil semangatnya. Orang yang lihat senang, apalagi diri sendiri.
Pokoknya hidup merasa bahagia banget waktu itu. Jadi, kalau ini dicoba kembali.
Kayaknya masih bisa deh ya.
Catatin
Amanah yang Belum Kelar
Suka mikir, ini hidup jalan di tempat apa karena ada amanah yang belum
lunas kali ya? Kayak promosi tulisan yang belum kelar atau gimana gitu. Sebenarnya itu sih yang dikelarkan terlebih dahulu, tapi kok ya males. Hanya saja, biasanya nih kalau udah sekalinya rajin ya bakalan keterusan gitu loh.