Yakin Mau Belajar Bahasa Pemrograman?


Assalamualaikum …
      Hai sahabat blogger! Oke, saya kembali lagi nih. Enggak kelihatan aktivitas ngapai saja sih? Jadi ceritanya saking banyak yang ingin disegerakan membuat saya ingin selalu menyegerakan semuanya namun kagak kelar. Eaa… abaikan saja ya. Skripsi saja juga belum kelar. #plak.
    Jadi ceritanya akhir bulan lalu itu saya melakukan kegagalan yang paling fatal. Kalau dibandingkan dengan diri saya yang terdahulu. Gimana enggak merasa gagal ya kan. Ketika itu semua waktu sudah diusahakan untuk menyelesaikannya. Namun enggak kesampaian. Apa itu kira-kira ya?
     Kali ini saya akan mengulas pengalaman selama mencoba menjadi seorang programmer yang ketika itu enggak percaya dengan omongan orang lain. Hihi… kepercayaan diri paling akut ya kan. Kira-kira apa tanggapan kalian ketika mendengar menjadi seorang programmer? Suntuk, susah, sulit, atau enggak mengerti sekali sama belajar pemrograman meski sudah diulang-ulang. Namun hanya dengan sebuah kalimat yang dilontarkan oleh seseorang itulah membuat saya tak pantang menyerah. Meskipun orang lain bilang harus menyerah. Oke, itu rasanya menyakitkan sekali. Tapi enggak apa-apa. Asal percaya diri sendiri dan punya Allah di hati. Insyaa Allah aman-aman saja.
     Sebelumnya saya ingin berterima kasih kepada Bang Garra yang sudah pernah mengatakan kepada saya sebelum memulai pelajaran tentang pemrograman bahkan ketika itu jawaban orang lain banyak yang mengatakannya sangat sulit. Bahkan untuk mempelajarinya saja membutuhkan waktu satu tahun. Wew, saya langsung ngaca diri di depan cermin dan gaya songongnya. “Yaelah, orang lain butuh waktu yang lama. Malah gue mau mempelajarinya dengan seminggu.” Yap, seminggu. Sebab waktu itu batas akhirnya tersisa memang seminggu. Padahal diberikan waktu satu bulan dari pihak sana. #Plak. Maklumlah, banyak urusan. Entah apa saja pun.
 Kira-kira begini ceritanya.
Me : “Bang, kira-kira belajar pemrograman itu susah atau enggak sih?”
He : “Sebenarnya tergantung orangnya sih. Namun bagi abang susah.”
      Lalu saya menjawabnya dengan manggut-manggut seolah mengerti. Bang Garra saja merupakan orang yang notabenya IT bisa bilangnya begitu. Apalagi saya sendiri merupakan orang yang masih buta tentang pemrograman malah punya tingkat kepercayaan diri tingkat paling akut. Yoweslah lanjutin saja. Hehe … Walaupun pernyataan itu seolah seperti hujan yang menurunkan pelangi.
     Oke, saya skip. Sebab ceritanya sudah habis di situ tentang awal mula. Namun ada awal yang paling mula lagi kenapa saya bisa bertanya seperti itu kepadanya. Jadi flashback dulu nih.
     Kira-kira tepatnya jam tiga sore yang ketika itu kalau di dalam digital library Unimed enggak ada bedanya. Baik pagi, siang dengan teriknya, maupun sore sama saja. Sama-sama adem. Bikin betah. Apalagi kalau melihat ke depan mendapati penampakan buku yang tersusun dengan rapi. Tempat itu terletak di tengah ruangan bawah tangga. Iseng-iseng mana tahu berhadiah buka Instagram. Eh, nemu deh brosur tentang beasiswa pemrograman untuk 10.000 talenta dari Indosat Ooredo.
     Saya langsung mengetikkan link tersebut ke dalam laptop dan segera mencari tahu dengan lanjut. Saat membacanya saya malah bingung. Kayaknya radar-radar menggunakan bahasa alien gitu. Pihak Indosat sendiri menyediakan tiga kategori beasiswa. Setiap orang hanya berhak mendapatkan satu kategori saja. Pemikiran lain saya mengatakan bahwa emang enggak boleh ya belajar ketiga kategori itu saja. Lalu si baik mengatakan lagi. Yaelah syukur dikasih. Malah minta lebih pula tuh. Dasar!
     Okelah kalau begitu. Langsung saja saya lihat dulu program apa saja yang ditawarkan. Pertama yang berhubungan dengan program aplikasi website. Saya langsung tidak tertarik ketika itu dengan kategori pertama ini setelah mengingat website sering au au. Eh internet di notebook saya pernah mengalami kronologi terserang virus malware. Setelah diperbaiki dengan instal ulang. Eh, programnya terancam tidak bisa berjalan semestinya dan kacaunya lagi, segala data yang ingin diselamatkan nyaris lenyap. Auto nangis sejadi-jadinya.
     Lanjut ke kategori yang kedua, yaitu membuat aplikasi android dengan bahasa Kotlin. Saya langsung deh enggak ngerti dengan Kotlin. Sepertinya enggak menarik. Yaudah saya skipkan saja dan membaca kategori yang ketiga yaitu Pengembangan Aplikasi Android dengan Java. Java? Sepertinya bisa nih digunakan. Kalau enggak salah nama Java itu familiar dan menurut saya bisa nih digunakan di dalam notebook saya. Apalagi saya sering melihat nama Java di gawai zaman dulu dengan logo cangkir seperti sedang menyeduh kopi. Padahal waktu layar yang digunakan masih layar pencet. Ya sudah deh, entah kenapa saya memutuskan mengambil itu. Kemudian tak lupa pula membuat status di WhatsApp. Siapa tahu kan ada yang ikutan berminat juga. Eh, sekali ada yang berminat malah enggak ngerti. Ya sudah deh biarin saja. Niat berbagi juga sudah disebarkan.
     Setelah mendaftar beasiswa tersebut. Pihak Indosat tersebut mengarahkan saya ke website dicoding.com. Nah, di sanalah saya mencoba untuk belajar. Ternyata setelah dicoba. Notebook saya tidak sesuai dengan kriteria yang bisa digunakan untuk membuat pemrograman. Yah, kayaknya enggak ada harapan nih. Namun, saya enggak menyia-nyiakan itu. Kalau saya enggak punya laptop. Maka saya masih bisa menuliskan apa yang saya pelajari di dalam buku tulis. Istilahnya belajar berhayal. Hihi …
Gambar : Tempat belajar koding
Alhasil yang saya dapatkan adalah badan saya sakit selama seminggu. Panas dingin, pegal linu, dan ketika pengumuman kelulusan nama saya tidak ada. Progress yang bisa saya dapatkan adalah 90% dengan kategori hayalan. Istilahnya ilmu itu hanya sebatas di buku saja. Auto galau.
Oke itu saja yang dapat saya sampaikan. Sampai jumpa di episode selanjutnya. Sst... masih belum kelar cerita tentang Pemrograman ini.
Salam Rindu
Harumpuspita

Permulaan November dengan Resensi


Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh …
Hai sahabat Blogger!
  Oke, saya kembali lagi setelah rumah ini tanpa terasa telah bersarang dan berdebu. Pastinya bukan tanpa sebab ya. Jika dua bulan yang lalu saya memfokuskan menulis novel dan hasilnya gagal. Maka bulan yang lalu saya memfokuskan diri menjadi seorang programmer dan sibuk-sibuknya seminar proposal. Pada penasaran nggak hasilnya gimana?

   Kalau pada penasaran saya beri bocoran ya kalau hasilnya gagal. Perasaan sedih dan kecewa pasti ada. Namun, Alhamdulillah. Saya memiliki kesempatan untuk terus menyadarkan diri bahwa apa yang saya lakukan belum layak. Tetapi kalau seminar proposalnya saya lulus dengan hasil yang biasa saja. Tapi tidak apa-apa. Tetap bahagia saja. Kemudian lihat orang-orang yang tidak memiliki kesempatan untuk berjuang. Kalah setelah berjuang itu biasa. Kalah sebelum berjuang itu baru menyakitkan. Walaupun begitu, tetap senyumin saja meskipun hati teriris. 

  Oke kembali lagi ke laptop. Percayalah, ketika banyak pintu yang tertutup pasti ada satu pintu terbuka sebagai jalan untuk tetap kembali pada jalan kebaikan. Maka solusinya adalah tetaplah menjadi cahaya meski dalam kondisi gelap sekalipun.
  Pada bulan November ini saya beralih pada sesuatu yang tidak menyulitkan lagi ketika mengambil keputusan. Ketika ada banyak pilihan sedangkan plus minusnya sama. Maka hal yang saya lakukan adalah menuliskan pilihan tersebut ke dalam kertas. Kemudian mengguntingnya dan digulung. Setelah itu saya mengambil salah satu layaknya undian. Namun saya punya catatan untuk cara seperti ini. Tidak semua perkara bisa diselesaikan dengan cara tersebut. Hanya situasi yang tidak penting saja. Kalau dulu saya tahu kelemahan diri adalah mementingkan hal-hal yang tidak penting. Kali ini saya sudah tidak terjebak lagi dengan cara seperti itu.

  Setelah hal tersebut dihadirkan dalam hidup. Terbitlah November ceria. Kemudian kembali lagi pada menulis ceria. Tepatnya pada hari Minggu, 3 November 2019. Saya bertemu lagi dengan orang-orang luar biasa dalam melalui hari-harinya. Saya belajar Cara Resensi Buku bersama teman-teman FLP di Masjid Aceh Sepakat. Awalnya saya pikir letaknya di Aceh. Ternyata di kota Medan. Saya ke sana dengan sepeda motor yang selalu menemani . Saat memasuki gerbang pintu. Ada seorang wanita berkacamata dengan kerudung cokelat susu sedang duduk di sudut Masjid sendirian. Entah mengapa saya sok akrab dan melambaikan tangan dari jauh. Padahal enggak kenal. 

   Setelah memarkirkan kendaraan. Saya segera ke tempat orang tersebut. Tidak ada orang yang saya kenal di sini. Saya berharap tidak salah alamat saat itu juga. Setelah saya tanya tentang FLP. Kakak tersebut mengiyakan. Ternyata dia hendak pulang.
Pulang? Waduh, oke pertama saya mengaku salah terlambat kali ini. Janjiannya jam 10. Sampai di sana hampir jam 11. Ngaret ya, banget. Rasanya ada sesuatu yang mampet di dada ketika mengetahui ia adalah pemateri pada pertemuan ini. Selalunya seperti itu kalau ada acara ketika mengetahui tempatnya untuk pertama kali. Padahal dulu sering lewat dan solat malah. #plak.
    Tak lama kemudian datang Kak Fuji dari dalam. Ternyata Kakak itu sudah ada di sana. Setelah bertemu, Kak Fuji segera membuka percakapan dengan pemateri sementara masih menunggu seseorang lagi. Saya merasa selamat ketika Kak Fuji berhasil membuat suasana menjadi hangat. 
 Sumber gambar : greatedu.co.id
   Oke, saya akan menguraikan sedikit tentang pengetahuan resensi yang saya peroleh pada saat itu. Pertama sekali sebelum dijelaskan tentang bagian-bagian resensi. Kak Fitri memberikan sebuah contoh dan kami membacanya. Setelah itu menjelaskan informasi yang kami dapatkan. Resensi sama seperti menilai sebuah buku. Menurut KBBI, resensi adalah pertimbangan atau pembicaraan tentang buku. Lebih tepatnya ulasan buku. 

Gambar : Pemateri (kiri) dengan Kak Fuji (kanan)
     Ada dua kerangka penulisan resensi. Pertama penilaian isi buku dan yang kedua analisis buku. Pada awal resensi ada identitas isi buku. Contoh resensi ini bisa dilihat pada dakwatuna.com tentang Resensi Gelas Jodoh. Hal yang bisa saya katakan ketika membaca resensi tersebut adalah identitas buku, isi buku, kemudian tentang penulis dengan karya sebelumnya. Penilaian terhadap alur yang digunakan dalam cerita, mood setelah membaca, hal paling berkesan, hingga akhirnya mempromosikan buku.
  Tips yang Kak Fitri berikan adalah baca dulu media mana yang akan dikirim. Pahami sistematika mana yang bisa diterbitkan resensi kita. Setelah itu mulailah meresensi dengan membaca buku. Pada dasarnya, meresensi ini adalah mempromosikan sebuah buku. Walaupun buku yang telah kita ulas ada kekurangan. Misalnya, penggunaan tanda baca yang tidak sesuai. Maka tambahkan kata yang bisa mentralisirnya. “Kekurangan dari buku ini adalah EYD yang belum sesuai. Walaupun begitu, tidak menghilangkan makna dari isi buku tersebut. ” Nah, berarti buku tersebut tetap ada nilai plusnya. Bisa juga ditambahi dengan nilai plus lainnya seperti antar paragraf yang berkaitan.
   Perlu diketahui juga dengan target pembacanya siapa. Apakah akademisi, anak-anak, atau umum? Misalnya buku tersebut diperuntukkan untuk anak gaul. Maka penggunaan EYD tidak terfokusnya menjadi penilaian sebuah buku.
   Pernah nggak terpikirkan tentang jenis kertas mempengaruhi pembaca. Misalnya perbedaan kertas putih dengan kertas ubi? Kira-kira orang akan membeli yang mana. Kalau saya sendiri sih lebih suka memilih kertas yang ringan jika jenis bacaannya adalah novel. Ternyata ada juga penelitiannya lo tentang tampilan dalam buku. Kak Fitri mengungkapkan bahwa kertas putih yang berat itu cenderung cepat membuat mata lelah daripada kertas ubi. Kira-kira benar nggak ya? Yuks pada komentar jika ada yang ingin menyuarakan pendapatnya.
Itu saja yang bisa saya sampaikan tentang Permulaaan Awal November dengan Resensi.
Berikut ini adalah dokumentasi bersama para FLPers. 
 Gambar : Para FLPers

Sampai di sini dulu ya cerita kali ini. Sampai jumpa di konten selanjutnya. 
Salam Rindu
Harumpuspita

Kiat Melejitkan Prestasi

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

Alhamdulillah, saya mendapatkan kesempatan untuk menghadiri ilmu yang bermanfaat dari perpustakaan daerah di kota Medan. Kalau dari judulnya menurut saya menarik nih. Maka itu saya mengusahakan datang walaupun melalui proses dramatis untuk sampai ke sana.

Gambar : Sedang berlangsung pembelajaran

Materi yang di sampaikan oleh Ibunda Gemala Widiyanti yang merupakan sosok yang luar biasa. Beliau sangat menginspiratif sekali. Kalau tidak salah saat ini sedang proses S3. Eh, saya malah jadi ikutan termotivasi ingin seperti beliau nih. Hihi …

Sepertinya pembahasan kali ini sengaja agak panjang sebab ingin sebuah perbandingan saja dengan pengalaman yang saya alami. Tapi, kalau kalian pada ingin ikutan menceritakan pengalamannya juga. Mana tahu sebagai tambahan motivasi, bisa juga dong tuliskan di kolom komentar.

Apa yang terlintas di pikiran setelah bangun tidur pada kebanyakan para milenial saat ini?

Gawai atau malah teringat tadi malam mimpi apa?

Kalau saya sih sebenarnya enggak jauh beda dengan hal tersebut. Namun akhir-akhir ini saya lebih cenderung langsung berdoa, yaitu menunaikan hal yang paling ditunggu saat sepertiga malam.

Hal ini juga tak jauh berbeda dengan apa yang disampaikan beliau bahwa Marry Riana sendiri mengawali harinya dengan bangun, berdoa, dan bersyukur.

Kalau mungkin saya setelah itu akan mengecek aplikasi atau hal-hal yang lain. Malahan beliau memberikan sebuah tips untuk memberikan ruang pada diri dengan mengatur mood atau perasaan apa yang akan ingin dijalani pada hari tersebut. Pilih menjalani kehidupan dengan bahagia atau kesedihan? Semuanya itu sudah diatur dengan manajemen waktu.

Manajemen waktu itu adalah hal yang selalu menjadi tolak ukur orang-orang sukses. Ada waktu-waktu tertentu yang tidak bisa diganggu dan ada pula diluangkan. Hal ini justru malah membuat saya berpikir dan merasakan lagi tentang manajemen waktu yang buruk.

Saya malah sering diledeki dengan hal yang demikian. Ngapai juga nulis di kertas terus ujung-ujungnya enggak terealisasikan? Belum lagi setelah melihat catatan sendiri rasanya juga ikutan rendah diri bahkan seperti merasa terkucilkan sendiri. Kucel dan tulisannya malah seperti cacing. 

Namun, setelah saya mengetahui sisi kekuatan yaitu berupa tulisan. Sampai akhir ini terealisasikan walaupun terkadang. #Plak. Palingan hanya mengingat bagian terpenting saja yang enggak boleh dilewati. Sedangkan hari-hari yang saya lalui itu mengalir saja seperti arus air atau malah angin. Tahu sendirilah arah angin itu enggak menentu. Syukur kalau bisa ke dataran tinggi, jika pada titik rendah bisa-bisa menggalau. Itu berarti letak kesalahan saya adalah berupa nyali. Maka dengan menghadiri kegiatan ini membuat saya lebih berani tegas pada diri.

Ada dua hal yang bisa memengaruhi prestasi, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal atau luar bisa berupa kondisi keluarga; kondisi sekolah ; sarana dan prasarana; tingkat sosial ekonomi; dan kesempatan. Sebenarnya ingin saya bahas satu per satu. Entar kepanjangan dan jadi buku malah. Hihi… Jadi, hanya garis besarnya saja. Sedangkan faktor internalnya berupa bakat/potensi; intelektual; minat; kebiasaan; motivasi; pengalaman; kesehatan; dan emosi.

Beberapa perilaku baik yang sebaiknya orang-orang sukses punya di antaranya sebagai berikut:

      1. Disiplin

Sudah pastilah ini ya kan. Kalau disiplin manajemen waktunya juga baik. Misalnya nih saya lagi mengisi blogger. Eh, ada notifikasi gawai yang bikin kedua tangan enggak sabar beranjak ke sana. Biasanya orang-orang yang seperti ini wajib fokus dalam mengerjakan sesuatu. Kalau yang muslim sudah pasti tips mempraktikkannya bisa diawali dengan solat tepat waktu. Kalau Allah swt didahulukan dalam mengerjakan sesuatu. Semua urusan pasti akan dipermudah.

       2. Bertanggung Jawab

Tanggung jawab itu adalah suatu amanah yang beratnya tak terdefinisi. Tanggung jawab semua orang berbeda-beda. Tergantung orang tersebut bagaimana menyikapinya. Contoh tanggung jawab yang sederhana adalalah saya yang harus menyelesaikan tulisan ini untuk dipost.

3. Menggunakan Waktu Sebaik-Baiknya

Hal ini juga berhubungan dengan kesempatan yang dihadirkan dalam kehidupan. Misalnya hari sabtu atau minggu waktunya untuk main-main. Bersebab ada brosur tentang seminar gratis ini. Saya menggunakan waktu tersebut. Sebenarnya sekaligus sih. Jalan-jalan lihat pemandangan kota Medan eh dapat ilmunya juga. Tjakep.

4. Tekun Belajar dan Berlatih

Jadi, kalau ingin segera sukses. Segera tuh menekuni bidang tersebut dan terus berlatih. Insyaa Allah pasti berhasil. Jangan kasih kendor ya kan. Beberapa tips yang bisa dipraktikkan agar bisa tekun adalah dengan jaga keikhlasan. Contoh sederhananya adalah mungkin niat awalnya untuk membuka sosial media. Justru bersebab tekun itu sendiri malah berubah menjadi belajar dan sedikit bermain atau bahkan tidak bermain. Tips yang kedua adalah bakar ‘perahu’ Anda. Hayo, pasti bingung kan maksudnya apa. Misalnya kita ingin menaklukkan sebuah pulau. Nah, setelah sampai sana bakar perahunya. Jangan sampai bisa pulang sebelum pulau tersebut ditaklukkan. Sama juga belajar, jangan menyerah sebelum kita memang benar-benar menguasainya. Tips yang terakhir adalah yakini Anda sudah tertinggal. Jika begitu pasti kita akan merasa harus mempelajarinya dan tidak ingin tertinggal. Karena percuma saja orang yang merasa diri sudah berada di depan. Pasti akan menimbulkan kesombongan yang membuat diri tidak ingin mempelajarinya. Oh, sudah tahu kok. Padahal, mungkin kalau diperdalami lagi pasti akan menyadari bahwa sebenarnya belum tahu apa-apa.

       5. Memiliki Gaya Hidup yang Sehat

Hal ini wajib dimiliki semua orang. Sebab, sehat adalah suatu anugerah yang luar biasa. Seperti kandungan surah Ar-Rahman. Maka nikmat manakah yang engkau dustakan. Jika tubuh sehat. Semuanya akan terasa nikmat dengan segala syukur. Meskipun itu bentuknya sederhana. Terlebih lagi jangan suka begadang ya. Sebab pada saat tidur di malam hari merupakan suatu proses untuk mengeluarkan racun dalam tubuh. Kalau enggak percaya bisa tanya sama Mbah Google.

      6. Membatasi Diri dalam Pergaulan Malam

Hayo, kalau misalnya masih ada yang sering keluar malam atau sekadar nongkrong menghabiskan waktu enggak jelas, batasi saja. Sebab masih ada waktu yang lebih baik digunakan untuk kegiatan positif lainnya. Segera belajar dan berlatih.

      7. Mengubah Hambatan dan Tantangan Menjadi Peluang

Ini juga sering sekali terjadi sama saya. Sering diremehin. Walaupun terkadang merasa sejatuh-jatuhnya. Enggak apa-apa. Kemudian segeralah bangkit lagi dan jadikan hal tersebut menjadi sebuah cambuk untuk menjadi lebih baik lagi. Keterbatasan tidaklah menjadi kita tertinggal. Melainkan semakin kreatif dengan mencari solusi jalan keluar sebagai peluang keberhasilan. Kalau kalian bagaimana? Apakah sering mengalami masalah yang serupa?
Oke, ini saja yang bisa diperbincangkan kali ini. Semoga bisa bermanfaat untuk kita semua. Sampai jumpa di artikel berikutnya.

Salam Rindu
Harumpuspita

BBW September 2019 Awal dibuka

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Hai sahabat blogger,
    Kali ini saya ingin berbagi tentang pengalaman selama di BBW bulan September tahun 2019. Pasti pada bingung kan. Apa itu BBW? Nah, BBW itu singkatan dari Big Bad Wolfies. Kalau dari penampakan logo yang kelihatan seperti serigala berbulu domba. Eh, bukan. Tetap serigala kok. Nah, serigala ini seperti pengunjung yang sedang berburu buku. Wuah, mantap sekali. Bukunya banyak pilihan. Kalau pecinta buku pada tahulah ya. Gimana tuh rasanya kalau ketemu buku pasti kelihatan surgawi. Apalagi penulis ketemu penulis. Rasanya ada nuansa bangga gitu. Hal yang membuat semakin enggak beranjak itu adalah bukunya diskon besar besaran.
    Kira-kira bisa dapat jodoh penulis juga nggak ya? #Plak
    Ye, asyik mikirin jodoh dulu. Berusaha memantaskan diri dulu dong. Heheh…
    Awalnya sih ingin saya tuliskan seperti cerita perjalanan. Setiap sampai sana eh enggak tahunya baterai ponsel habis. Kebetulan ketemu teman di hari terakhir jadinya selfie mulu nih. #Plak. Mau sekalian ngepost foto selfie enggak PD gitu. Tapi, nanti deh saya selipkan foto selfienya. Hihi…
    Pertama sekali pergi ke BBW ini pada tanggal 5 September 2019. Pada saat BBW masih dipersiapkan dan belum dibuka untuk pengunjung umum. Konon, BBW ini rutin lo diadakan setiap tahunnya. Tidak hanya itu saja. Mereka bergilir dari kota ke kota. Makanya pas tahu kalau BBW ini dulu diadakan di pulau Jawa. Ada teman yang ngepost dari sana. Radar ngiler gitu. Kalau mau ikutan takutnya sayang ongkos kirimnya kemahalan. Apalagi mahasiswa yang enggak punya duit. Tahunya belajar mulu. BBW kali ini khusus saya ceritakan di kota Medan ya. Letaknya di Polonia. Bandara lama yang sudah enggak digunakan lagi. Jangan mikirin seremnya ya tapi serunya.
    Oke, kita kembali ke topik ya. Pada penasaran nggak kenapa saya bisa masuk di tanggal 5 September? Padahal BBW itu baru bisa masuk secara bebas dari tanggal 6-16 September 2019. Alhamdulillah, saya baru juga bergabung di Blogger Sumut tahun ini. Otomatiskan, dulunya yang nulis blogger itu tinggal hayalan kini menjadi hal lain, yaitu menggebu bahagianya luar biasa. Nah, pada saat BBW itu masih dipersiapkan. Mereka membuka pertama kali untuk orang-orang tertentu saja. Seperti yang punya rekening BCA. Sebab BBW ini bekerja sama dengan rekening tersebut. Mereka juga menjanjikan Cashback setiap pembelian yang lebih dari satu juta ke atas. Cashbacknya palingan beberapa persen saja. Mantap betul deh. So, para pecinta buku yang awalnya enggak punya rekening akhirnya buka juga kan. Apalagi pas buka rekening diberikan voucher IDR50K. Makanya hari pertama saya bisa membeli buku sebanyak empat buah. Hanya dengan menambah IDR 6K saja. Kebetulan buku yang saya sikat total harganya IDR 56K.
Gambar : Belanja Buku di BBW
    Selain itu,BBW ini membuka pengunjung pertamanya selain BCA adalah orang-orang yang sudah daftar duluan via Website dan komunitas tertentu. Nah, saya bisa masuk sebagai anggota blogger yang bekerja sebagai konten creator di sana. Pada saat itu, saya yang pergi ke sana hanya modal nekat doang dan uang hanya pas-pasan doang. Akhirnya kalap juga sih. Bisa beli buku tapi enggak bisa pulang. #Plak. Jangan sampai ini kejadian ke kalian ya dan saya juga di masa depan. Semua itu harus bisa diperhitungkan bagaimana situasinya. Apa pun itu jangan mengharapkan keberuntungan yang menghampiri. Tetapi diri sendiri yang menciptakan keberuntungan itu dengan antisipasi. Ya, walaupun takdir enggak bisa dihindari.
    Nah, crew ataupu penjaga BBW itu juga baik dan ramah-ramah. Rasanya menyenangkan sekali. Kalau kamar mandinya ada di dalam dan musalanya juga enggak jauh dari situ. Jadi, kalau sudah masuk rasanya malas udahan. Tapi, kalau makanan ada juga yang juala n di pintu masuk dan keluar. Tapi, penjual makanan tersebut lebih banyak di pintu masuk.
    Pada hari pertama ini saya enggak bisa menjelaskan banyak. Sebab waktu yang sebentar membuat saya harus mengejar waktu lagi secara dadakan. Tentang apa saja yang banyak tersedia nanti bisa saya ceritakan di Part selanjutnya. Bersama teman saya di hari terakhir.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Balik Lagi Pertengahan September 2019

Assalamualaiku warahmatullahi wabarakatuh.
Hai, sahabat diary. Alhamdulillah saya balik lagi nih. Ehem, kali ini saya akan  mencoba mendedikasikan diri selalu di sini. Ya, berbagi pengalaman dan mengambil hikmah dari reka kejadian. Walaupun kemarin bilangnya lebih milih aplikasi kan daripada ngeblogger. #Plak. Mesti dijitak nih. Akhirnya kemari juga deh.  Nah, kejadian hebatnya adalah sebuah pengalaman yang tak diduga, yaitu sebuah pilihan untuk berkarya di sini. Sepertinya menyenangkan. Namun, saya masih sedikit malu-malu untuk menjelajah pengetahuan baru atau mengikuti kisah perjalanan inspiratif lainnya. Mohon bimbingan dan dukungannya ya.

Sebenarnya masih ada tuntutan projek dari novel kemarin. Berhubung hanya tinggal satu. Sepertinya disambi yang lain masih juga bisa nih. Ya hitung-hitung menambah semangat diri. Saat ini semuanya masih dalam proses. Baik itu perkembangannya namun tujuan yang hendak dicapai. Namun, ada satu hal yang bisa menjadi kamus cadangan dalam hidup. Kalau punya ide, yaudah simpan dan diam saja. Setelah itu pelan-pelan direalisasikan deh. Kalau idenya bersifat membangun bisa juga tuh melibatkan orang-orang tertentu.

Oke, itu saja kali ya. Assalamualaikum warhamatullahi wabaraktuh.
Salam Rindu
Harumpuspita

Ngilang, ke Mana Saja Lu?

Gambar : sambutan selamat datang

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Hai sahabat pena. 
Saya balik lagi nih setelah merenungi beberapa menit untuk kembali sejenak. Kayaknya sudah lama enggak mampir ke mari dan rumah ini seolah sudah berdebu dan harus dibersihkan. 

Jadi, selama ini bukan saya malas atau berhenti menulis atau apa pun. Melainkan sedang mengerjakan projek besar namun belum menjanjikan. Menurut saya begitu. Sebab saya lebih memilih mengikuti kompetisi novel yang kompetitornya sangat kuat. Memang benar-benar enggak mudah. Apalagi saya juga sempat down dan nyaris tidak berniat untuk mengikutinya lagi. Butuh waktu berhari-hari bahkan berbulan untuk mengembalikan semangat itu lagi. Berbagai cara saya lakukan dengan mendengarkan kajian di instagram. Namun, belum juga membuat saya percaya dengan bahwa apa yang saya kerjakan dan doakan akan dikabuli. 

Hari-hari meragukan Tuhan itu memang kelam. Malu untuk meminta. Saat solat kepikiran dan bawaannya ingin cepat selesai saja. Sungguh ironi bukan? Saya malah menyalahkan tentang doa yang saya panjatkan seolah memaksa. Miris juga rasanya merasa sudah melakukan hal yang maksimal. Ternyata enggak sesuai dengan harapan. Namun, ada yang membuat saya jadi sadar dan membuka hati lagi. Setelah mendengar kajian ustadz Hanan Ataki. Ternyata Allah itu senang kalau hamba-Nya sering meminta. Justru kalau enggak meminta namanya sombong. Tapi, begitulah saya skip dulu pembahasan perihal itu. Kita balik lagi ke konten.

Gambar : sebagai ilustrasi



Jadi, hal yang membuat saya benar-benar merasa waktu ini sangat sempit karena mengikuti dua kompetisi novel sekaligus dengan target menulis 1000 kata setiap novel per hari. Kalau ditotalkan jumlahnya 2000 kata. Setiap nulis satu novel itu membutuhkan waktu tiga jam. Selama tiga jam itu pula punggung memang mulai terasa pegal linu.  Maka saya memang harus meluangkan waktu selama enam jam untuk menulis. Tapi, untungnya novel yang satu lagi memang nulisnya saya khususkan di ponsel sebab enggak bisa submit di laptop. Berhubung asumsi saya laptop yang berspesifikasi 32 bit ini hardwarenya rusak. Namun, walaupun begitu ada sisi negatifnya.Tangan kebas dan merah sebab radiasinya. Bahkan mata cepat kering. Kalau mata cepat kering ini saya mengatasinya dengan berwudhu dan istirahat sebentar. 

Belum lagi kalau sudah ketemu jadwal di dunia kewajiban yang harus dipenuhi seperti keluar rumah, menyelesaikan urusan kampus, dan sebagainya. Namanya juga manusia. Pasti butuh juga refreshing  melihat keindahan alam ini. Walaupun hanya di pekarangan rumah doang.

Walaupun belum tentu menjanjikan kemenangan. Saya akan terus menghabiskan jatah gagal sampai salah satu mimpi saya terwujud, yaitu menang lomba menulis novel.

Oke, baiklah sampai di sini obrolan kita kali ini. Jika ada yang ingin diobrolin lebih lanjut bisa meninggalkan komentar di bawah ini. Saya akhiri dengan Wassalamualaikum waramatullahi wabarakatuh.


Teman,Bisakah Ia Curhat?



Teman, Bisakah Ia Curhat?



7 Agustus 2019
     Setiap kali orang yang kutemui selalu saja mengatakan ‘karena kamu tidak menjalaninya’ Entahlah sampai sekarang aku tidak mengerti bagaimana rasanya mengalah dan menyembunyikan semua yang ada. Rasanya bibirku selalu kelu seperti ini. Sedangkan perasaanku yang terlalu rapuh untuk mengungkapkan segala yang ada.
Aku bukanlah seseorang pengertian yang mampu menampung segala bentuk emosian. Karena tak ada niat dalam benakku dalam mempelajari karakter orang lain. Hal yang kutahu adalah bertemankan buku dan berusaha berdamai dengan alam untuk menenangkan hati yang tengah panas.
    Kali ini salah satu sahabatku sedang curhat. Mungkin kesalahanku adalah menjawab apa yang diutarakan dan sok bijak dalam mengeluarkan pendapat. Aku mungkin kelihatan sombong tanpa kusadari. Namun, niatku tak ada sedikit pun. Ketahuilah bahwa niat ini tak ada yang tahu selain aku dan Allah swt yang Maha Melihat. Hanya tulus tak memandang masa lalu yang membuatku sakit.
   Jika aku tak dapat melihat rasa sakitmu. Izinkan aku mengerti apa yang sedang kamu butuhkan saat ini. Ya, pemanas itu pasti ada kan? Tapi listrik bisa saja mati atau api bisa saja padam.
   Mungkin aku tak bisa memahamimu dan engkau juga tak bisa memahamiku. Hal yang kutahu hanyalah memahami diri sendiri. Agar aku bisa tetap tegar seperti ini. Namun, jika engkau mampu melewati itu semua. Aku yakin engkau akan menjadi pribadi yang lebih tangguh dari sebelumnya.
Jika aku tak dapat melakukan semua itu. Izinkan aku untuk tidak menjadi alasanmu terluka. Sebab mungkin saja engkau butuh Allah swt untuk menguatkan jiwa rapuhmu. 

Harumpuspita