Berbicara
menekuni sebuah bidang. Tingkat profesional inilah yang menjadi patokan dalam
tujuan itu sendiri. Ketika seseorang memiliki keahlian di bidang tertentu.
Kita pasti
pernah mendengar istilah profesor yang ada di kampus dan selalu menjadi
pembicara pada acara tertentu. Tentunya gaji yang mereka dapatkan lumayanlah. Tidak
seperti pemula yang kadang kerja lembur dan proses berdarah-darah, tetapi
mendapatkan hasil yang sedikit. Sungguh miris sekali.
Berusaha menyabarkan
hati dengan tumpang tindih dari segala proses. Perjuangan pun menjadi terasa
sakit. Jika tidak tahan, beberapa di antara pejuang seperti mereka memilih
mundur.
Penulis adalah
sebuah profesi yang tidak dilakukan dengan mondar-mandir. Bekerja di depan
laptop dengan skenario menggabungkan kreativitas di dalam pemikiran. Tempatnya juga
fleksibel. Namun jangan mengira jika penulis hanya berpatokan pada laptop saja.
Mereka juga butuh inspirasi dan dapat didapatkan dengan cara apa saja. Salah
satunya adalah jalan-jalan dan melakukan apa saja yang mereka sukai.
Bermula ketika
keinginan hadir dalam diri. Awalnya hanya sekedar mengetahui. Lama-lama merasa
tertarik dan tertantang untuk menekuninya. Harapannya, hobi yang selama ini
dikerjakan bisa menjadi penghasilan nantinya.
Kita tidak bisa
terus-terusan mengerjakan sesuatu yang disukai tetapi tidak menghasilkan
apa-apa. Terlebih lagi dalam dunia metropolitan persaingan semakin ketat. Bukan
lagi mereka yang bekerja lambat dan berkualitas, tetapi siapa yang cepat dan
berkualitas. Mau tidak mau, jika ingin segera mencapai impian. Harus secara
sigap mengerjakannya dan terus berlatih.
Jangan takut
untuk memulai ketika sudah mengazamkan suatu hal. Begitulah prinsip untuk
menggapai impian secepatnya. Tidak perlu menunggu orang lain untuk bertindak
duluan, tetapi diri sendiri. Rasa ambisius pun akan datang dengan sendirinya. Rasanya
ingin mendapatkan keinginan secepatnya. Jika tidak, akan ada banyak hal yang
terbuang secara sia-sia, terutama waktu yang tidak akan bisa kembali lagi.
1. Persempit Keinginan
Keinginan tanpa disertai dengan tindakan hanyalah menjadi angan-angan saja
Hanya sekedar keinginan, tetapi tidak
disertai keberhasilan. Ujung-ujungnya akan menjadi kesia-siaan belaka. Sungguh miris
sekali jika itu terjadi.
Ketika mengazamkan keinginan dalam diri. Tentulah harus disertai dengan rencana untuk menggapainya. Keinginan ini juga
harus disertai dengan semangat juang untuk mewujudkannya dan seberapa besar ambisiusnya
seseorang.
Ketika kita masih kecil. Ada beberapa
pertanyaan yang mulai dipertanyakan oleh guru ataupun orang tua. Kalau sudah
besar nanti inginnya menjadi apa? Dokter, guru, pilot, atau polisi?
Maka cara yang paling cepat untuk menggapai keinginan adalah mempersempit rasa keinginan itu. Namun berada di posisi tertinggi. Misalnya penulis profesional, petani profesional, chef profesional, dan apa pun hal itu harus bisa profesional. Termasuk dalam pekerjaan domestik sekalipun. Tugas rumah harus dikerjakan dalam tempo sesingkatnya dan tepat waktu.
Ketika berusaha mencapai tujuan. Takaran seberapa
besar keinginan pula yang menjadi pendorong keberhasilan. Saat seseorang itu
sudah hampir mencapai keinginannya. Maka semakin besar keinginannya juga.
Sekilas tentang pengalaman saya dalam
proses menekuni sebuah tulisan. Pertama sekali hanya sekedar iseng-iseng
belaka. Lambat laun malah berujung menjadi ambisius untuk menggapai cita-cita. Penulis
terkenal, mengapa tidak? Mengapa saya hanya menjadi seorang penulis buku diary
yang pembacanya hanya sendiri? Kenapa saya tidak menulis dan dibaca jutaan
orang dan menginspirasi? Tulisan ini seharusnya bisa lebih bermanfaat ke
depannya.
Apa pun itu keinginannya. Persempitlah menjadi
sebuah titik tertinggi untuk menggapainya. Jangan ragu untuk menyemai
keinginan.
2. Menargetkan
waktu keberhasilan
Ketika seseorang
itu mencapai tujuannya. Ia memang harus belajar banyak hal sebagai bekal
perjalanannya. Cara belajar dan mengulangi inilah yang terkadang menjadi waktu
yang kita punya menjadi terasa sempit. Tidak bisa dilakukan hanya sekali jalan
saja, tetapi memang dilakukan dengan berulang kali berjalan. Jatuh, bangkit,
jatuh, bangkit lagi. Begitulah seterusnya sampai kita menemukan titik dari
tujuan itu sendiri.
Bagi saya
manajemen waktu ini tidak mudah. Perlu keberanian untuk memulainya dan
terkadang melalui skenario banyak drama. Saya dulunya menulis hanya beberapa
waktu saja ketika dalam seminggu. Pencarian ide pun juga seminggu juga. Namun karena
keinginan untuk mencapai tujuan itu besar. Saya mulai menulis dan berlatih
setiap hari. Tentukan juga waktu belajarnya untuk meningkatkan kedisplinan. Mulai
dari satu hingga empat jam setiap hari.
Pasanglah
tenggat waktu tertentu untuk menggapai tujuan itu sendiri. Misalnya dalam waktu
beberapa minggu atau bulan harus sudah menyelesaikan ini itu. Keberhasilan adalah
mereka yang mampu menyelesaikan tugasnya. Kalau misalnya ada sebuah keinginan
pencapain finansial. Misalnya mendapatkan uang sekian juta dari pekerjaan yang
kita tekuni. Anggaplah itu sebagai bonus.
Namun ketika
saya menyelesaikannya tetapi tidak menghasilkan uang dari pekerjaan menulis
itu. Saya tidak perlu bersedih. Sebab saya merupakan pemenang dalam diri saya.
3. Jaga
Semangat
Ketika kita
sudah memiliki keinginan dan target untuk menggapai tujuan. Prosesnya pasti ada
hambatan tersendiri. Mulai dari hal-hal yang tidak diinginkan dari luar. Hingga
semangat yang mulai menciut dari dalam diri sendiri. Tentunya kita tidak ingin
menyerah begitu saja. apalagi membutuhkan waktu yang lama untuk mengembalikan
semangat juang itu.
Cara yang
pertama untuk menjaga semangat adalah memberikan reward dan pusnishment
kepada diri sendiri. Misalnya kalau sudah menyelesaikannya, kita bisa
mendapatkan sesuatu. Bisa itu makan makanan lebih mahal atau melakukan hal yang
membuat bahagia. Ketika tidak menyelesaikannya kita akan mendapatkan pekerjaan
menumpuk dan sesuatu yang merugikan diri sendiri.
Bagi saya, reward dan punishment ini merupakan hal berbeda. Jika berhasil
menyelesaikannya. Saya akan mendapatkan rasa bahagia tidak terkira dan lepas
dari tanggung jawab pekerjaan itu. Hati merasa damai dan tentram. Namun ketika
tidak menyelesaikannya, saya akan mendapatkan rasa penyesalan yang berlimpah
dan kepercayaan diri yang menurun.
Cara yang kedua
adalah mengelilingi diri kita dengan sesama profesi ditekuni. Sebab saya
memilih berkecimpung di dunia tulisan. Maka pertemanan di media sosial dengan
nama pena pun sengaja mengikuti para penulis lainnya. Supaya ada tantangan
tersendiri dan motivasi juga dari mereka melalui postingannya. Sehingga rasa
semangat itu menjadi terjaga.
Jadilah
sosok ambisius untuk menjadi sosok profesional itu sendiri.