Showing posts with label resensi. Show all posts
Showing posts with label resensi. Show all posts

Kompetisi Lomba Review Novel Storial-Belajar Move On Bersama Novel Putus Karya Erwina

 First of all, Alhamdulillah akhirnya di Storial bisa top up coin dengan cara melalui pulsa. Yeay, saya bisa ikutan juga nih lomba review novel Premium yang ada di sana. Nah, sebagai #GenerasiBacaOnline saya mengikuti  #ReviewNovelStorial nih untuk memeriahkan #BulanBahasadiStorial. 

Storial merupakan wadah cerita yang paling asyik dijelajahi jika menyangkut dengan karya-karya yang berkualitas. Selain bisa dibaca di aplikasi android. Storial bisa dibaca juga melalui website resminya di Storial.co. Kalau dulu saya selalu mengaksesnya lewat website. 

Kalau ketemu dengan pembaca lainnya saya pasti bakalan rekomendasikan ke mereka kalau mau baca tulisan yang bagus-bagus itu ya di Storial dan enggak bakalan nyesel deh.

Buktinya saya bakalan nagih kalau disuruh baca. Apalagi ketemu penulis favorite di sana. Storial memang wadah yang bikin betah buat membaca dan menulis cerita. Ya, walaupun di aplikasinya sendiri masih dalam pengembangan. Namanya juga seiring berjalannya waktu, pasti ada yang berubah dong sesuai dengan kebutuhan. Semoga kedepannya semakin jaya dan sukses. 

Oke, sekarang ini saya akan langsung saja ya beralih ke intinya. Heseh, review novel terkece dan amat berkesan menurut saya.


Judul Buku       : Putus

Kategori Cerita : Young Adult

Penulis              : Erwina

Jumlah bab       : 52

Siapa pun itu. Jelas tidak ada yang menginginkan berakhirnya sebuah hubungan ketika sudah terjalin bertahun-tahun. Tidak mudah melupakan dan banyak sekali kenangan yang membuat diri rentan terperangkap di dalamnya. Apalagi melupakannya dalam waktu dekat.

Ada pula yang mencibir seolah-olah orang yang sedang mengalami hal itu memang layak begitu. "Ngapain juga pacaran lama-lama. Toh ujungnya enggak menikah." Ada juga cibiran yang lebih halus menghampiri mereka. "Jagain jodoh orang ya."

Hal ini terjadi pada Alma dan Faiz. Mereka sudah menjalin hubungan selama sepuluh tahun. Tiba-tiba Faiz mengatakan putus secara sepihak setelah makan bersama dengan Alma. Alma yang mencoba mengerti pun berusaha tegar sebisanya dan tidak menangis di hadapan Faiz.   

Belajar move on pun memang tidak mudah. Untungnya Alma memiliki sahabat yang selalu ada yaitu Lilian. Meskipun Lilian sedang persiapan menjelang pernikahan, ia turut andil memberikan petuah dan membantu dalam proses pernikahan. Sosok yang berpikir bahwa hidup ini memang harus realistis. Hal yang lebih menariknya adalah kak Andri yang merupakan rekan kerja Alma ternyata sudah memiliki perasaan sejak lama dan menantikan putus.

Hal kedua yang harus dilakukan setelah putus: Blokir semua media komunikasi dengan mantan. (Bab 5-Alma)

Kisah ini memberikan sebuah tips untuk belajar move on, baik dari sisi Alma maupun Faiz. Hanya saja, ketika Alma sudah menerima segalanya dengan lapang dada. Faiz malah belum mengklarifikasikan kepada kedua orang tuanya bahwa mereka sudah putus. Hal inilah yang menjadi keriwetan tersendiri ketika Alma tidak bisa mengatakan keadaan yang sebenarnya kepada Maminya Faiz saat terbaring di rumah sakit.

Penulisnya sendiri sangat lihat membuat pembaca bertanya-tanya dengan alasan mereka putus. Sangat berakhir tidak jelas. Padahal mereka berdua juga sama-sama sudah bekerja dan siap jika berakhir ke pelaminan. Faiz yang sedang merintis startup dan Alma yang sedang bekerja sebagai colorist.

Banyak hal yang membuat ide cerita ini sungguh menarik ketika dibaca. Ketika Alma berusaha memahami keadaan Faiz yang berada di titik terendah. Beberapa spekulasi pun berdatangan. Ada apa dengan Faiz? Bagaimana Alma menyikapinya? Akankah mereka memang berakhir tidak jelas? Apalagi memang sudah ada kak Andri yang siap melamar.

Suasana hati ketika membaca kisah ini rasanya seperti naik roller coaster. Bahasanya yang mudah dimengerti dan sangat realistis dengan kehidupan masa kini. Rasanya bikin nagih dan ingin menyelesaikannya dengan segera.

Kisah ini tidak hanya cocok bagi orang yang sedang belajar move on, tetapi siapa pun yang sedang tertarik dengan sebuah hubungan. Termasuk saya, ya walaupun belum pernah mengalami putus. Ternyata begini toh rasanya. Oh, begitu ya. Maklumlah, belum pernah taken. Heheh …

Banyak pesan yang bisa saya adobsi di sini. Pertama kegigihan mereka berdua dalam bekerja yang membuat jiwa rebahan saya ingin menyingkir dan ikutan tekun juga. Terutama kedua tokoh utama yang menjadi poin penting dalam cerita ini. Kemudian tanggung jawab yang harus segera diselesaikan dengan tuntas. Serta tokoh bijak lainnya seperti orang tua mereka masing-masing dan para sahabat mereka yang mengisi jalan cerita. Terutama Lilian yang selalu ada buat Alma. 

Karakter Lilian itu keren banget, saya suka sekali kalau dia sudah mengisi adegan percakapan. Suasana menjadi hidup yang tadinya terasa kaku menjadi cair seketika. 

Nah, pada penasarankan gimana dengan kisah putus ini dengan tuntas? Yuk segera di baca saja dengan mengeklik judul Putus ini.


 

Titik Persimpangan Jalan



Judul buku        : Di Simpang Jalan Dody dan Rhe
Penulis              : Titi Sanaria
ISBN                 : 978-602-04-7257-7
EISBN              : 978-602-04-7258-4
Penerbit            : PT Elex Media Komputindo
Tahun terbit      : 2018
Tebal/ukuran    : 346 hlm

Kisah ini memberikan tema yang sama dari Novel Sebelumnya, Mignight Prince. Ketika tokoh utama lebih memilih melarikan diri untuk menyelesaikan masalah dan tidak bertanya tentang kebenaran yang sesungguhnya. Lagi-lagi tokoh utama lebih memilih memendam seorang diri.

Pada setiap permulaan Bab juga dibumbukan sebuah kutipan seperti novel sebelumnya. Pemilihan latar belakang berupa dua cincin menggabarkan keterikatan yang sangat kuat. Tentang kisah cinta yang tidak bisa dijelaskan secara gamblang. Hanya saja kisah cinta di sini lebih berdasarkan kepada logika.

Begitu juga dengan tokoh lelakinya yang harus mempertahankan hubungan dan memperjelas keadaan. Hanya saja perbedaan yang signifikan dari novel sebelumnya adalah kehalalan dalam hubungan dan tidak ada dosa untuk mempertahankannya.

Kehadiran Becca sebagai sahabat karibnya membuat permasalahan tidak begitu berat untuk dinikmati sendirian. Ben yang merupakan seorang pengacara juga turut andil di dalam pertemanan Rhe dan Becca. Ia akan menjadi sosok paling cerewet untuk Rhe. Pada pertemuan mereka membuat kisah ini tidak terlalu menyedihkan. 

Pada permulaan cerita. Penulisnya memberikan sebuah permasalahan yang membuat pembaca bertanya-tanya tentang kerenggangan sebuah hubungan. Seolah tidak ada jalan lain selain berpisah.
Seandainya aku bisa mengepak hati dan memasukkannya ke dalam koper saat berkemas, pergi tidak akan sesulit ini. (Prolog)
Andai saja ada alat untuk menebak jalan takdir, akan ada banyak air mata yang bisa terselamatkan. (Bagian lima)

Dody dan Rhe dipertemukan oleh kehendak orang tua. Awalnya Rhe menolak. Ia pikir akan menjadi pertemuan pertama dan terakhir dengan Dody. Namun Dody menyuruh Rhe untuk mengatakan langsung kepada orangtuanya jika Rhe yang menolak.

Rhe datang ke rumah Dody dan ternyata bertemu dengan Ray. Mantan pacarnya yang lebih memilih Celine. Ternyata Dody merupakan saudaranya Celine. Rhe naik pitam karena merasa dianggap rendah oleh Ray hingga akhirnya ia mengucapkan kata keramat bahwa ia menerima Dody sebagai bagian dari hidupnya. Pada saat itu Mama Dody mendengarkannya dan langsung mengumumkan kepada semua orang.
Aku seperti meletakkan hatiku sebagai taruhan di meja judi saat menerima dia sebagai pendamping. Dan aku kalah. Telak, karena aku tak punya lagi koin tersisa untuk memenangkannya kembali. (Bagian Sebelas)

Rhe menyuruh Dody untuk mengatakan kebenarannya. Namun Dody tidak bisa. Ibunya memiliki riwayat penyakit jantung dan jika Rhe ingin bersikeras. Maka Rhe yang harus mengatakannya,
Rhe dan Dody menikah bukan dengan dasar cinta. Tetapi kejujuran dan komitmen. Hingga beberapa bulan setelah mereka menikah. Rhe mengetahui sesuatu yang berbeda ketika kehadiran teman Dody yang baru saja bercerai dan pulang dari Amerika, Nana. Dody berubah dan Rhe sebenarnya cemburu. Hingga ia memutuskan untuk keluar dari rumah dan kembali ke apartemen. Rhe selalu meminta perpisahan. Namun Dody tidak mengatakan apa-apa.

Novel ini memberikan makna bahwa cinta itu tidaklah harus diucapkan. Tetapi memang harus diungkapkan melalui perbuatan. Sikapnya Dody merupakan sebuah cinta. Namun Rhe sendiri yang tidak mengerti. Ia hanya berasumsi bahwa hatinya Dody milik orang lain. Mungkin julukan lelaki sempurna cocok untuk Dody. Rhe tidak bisa memasak. Dody yang merupakan orang pendiam ini selalu menyiapkan sarapan dan rajin memasak ketika berada di rumah.

Novel ini lebih cocok dibaca oleh orang dewasa. Apalagi yang sudah menikah. Ada makna tersirat tentang mempertahankan sebuah hubungan. Apalagi penyelesaian masalah dengan cara yang unik. 

Bertemu Pangeran Tengah Malam

Bertemu Pangeran Tengah Malam
Assalamualaikum ...
Hai-hai, kali saya mau ngeresensi lagi nih. Markinjut. 



Judul buku        : Midnight Prince
Penulis               : Titi Sanaria
ISBN                   : 978-602-04-5783-3
EISBN                : 978-602-04-5784-0
Penerbit             : PT Elex Media Komputindo
Tahun terbit      : 2018
Tebal/ukuran    : 280 hlm

Tulisan Titi Sanaria memiliki kekhasan sendiri dalam memaparkan tulisannya. Bahasa yang ringan dan sesuai dengan konteks orang dewasa. Karya-karya Titi Sanaria seakan tidak pernah bosan untuk menelusuri hingga tuntas. Apalagi percakapan di antara para tokoh yang tidak basi untuk dibahas. Meskipun memaparkannya dengan sudut padang orang pertama. Penulisnya begitu konsisten untuk membicarakan karakter ‘aku’ berasa hidup di lingkungan.

Setiap permulaan Bab akan ada sebuah kalimat mutiara yang bisa dijadikan sebagai kutipan. Cocok dibagikan sebagai status media sosial. Desain sampul abu-abu setiap kata mutiara sungguh tampak mengagumkan dengan rasi bintang seperti judul sampul. Tentang pangeran tengah malam yang menemani tokoh utama. 

Banyak sosok dan wajah yang dijumpai dalam perjalanan hidup. Sebagian besar hanya lewat untuk menggores warna. Beberapa lainnya mengenalkan luka dan kecewa. Ada sedikit yang tinggal saat kehidupan sedang tak ramah kepadamu. Orang-orang itu kita sebut sahabat. (halaman 5)
Bahagia itu terkadang seperti alun gelombang. Dia bisa saja menggulung diri dan kembali menjauh sebelum benar-benar mengecup pasir pantai yang dikejarnya sekian lama. (halaman 57)

Ini tentang Mika yang bekerja di rumah sakit bagian IGD dengan shift malam. Ia sengaja mengambil pekerjaan itu untuk mengetahui suatu hal yang membuat adiknya, Dhesa depresi. Seseorang yang telah membuat adiknya menderita seorang diri karena mengandung sebelum menikah. Ia kehilangan Dhesa dan keponakannya ketika sedang keramas. Dhesa menghanyutkan diri bersama anaknya di laut.

Keluarga Mika sangat berantakan. Ayah dipenjara karena kasus penipuan, sedangkan ibunya mengalami depresi. Hal ini membuat Mika harus berjuang sendirian menjadi tulang punggung keluargan. Mika punya om Haryono dan juga sahabatnya, Kinan yang tidak meninggalkannya.

Takdir seolah mempermainkan Mika ketika ia mengetahui Kinan akan menikah dengan Dewa yang merupakan anak dari pemilik rumah sakit tersebut. Kinan tidak tahu apa-apa tentang orang yang telah menghancurkan kehidupan adik Mika. Mika berusaha menghindar setiap kali Kinan memperkenalkannya pada calon suaminya.

Mika sangat suka berada di atap ketika masa senggangnya. Ia bertemu dengan Rajata suatu malam. Mika mengira Rajata merupakan salah satu kerabat pasien yang sedang dirawat. Setiap tengah malam mereka bertemu dan menghabiskan malam bersama untuk menikmati secangkir kopi. Saling membicarakan diri masing-masing tentang apa yang mereka sukai.

Mika terkejut ketika mengetahui Rajata merupakan seorang dokter yang berjaga di shift pagi ketika ia baru saja membeli makanan bersama suster Sri. Ia mulai menghindari Rajata ketika mengetahui lelaki itu  juga merupakan anak pemilik rumah sakit.

Rajata berusaha mendekati Mika. Namun Mika terus saja melarikan diri ketika hatinya sudah tertinggal pada Rajata. Ia tidak mengerti kenapa harus Rajata. Akankah mereka bersatu? Rajata tidak bersalah. Ia hanya mencintai Mika setulus hati. Begitu pula Mika yang sudah terlanjur mencintai Rajata.

Membaca novel ini membuat saya selaku pembaca sangat bersedih dengan posisi Rajata dan Mika. Mika yang memang sudah sangat terpuruk dengan kondisi keluarganya dan masa lalu kelam adiknya. Tidak bisa mengatakan kebenaran yang sesungguhnya. Ia menelan pil kebencian yang mengendap dalam hati. Namun ia tidak berniat untuk membalas dendam sebenarnya.

Buku ini cocok dibaca mulai dari usia 18+. Orang yang baru menapaki kehidupan di dalam pekerjaan. Apalagi mengadopsi sisi ketegaran sebagai sosok Mika. Pesan tersirat akan tersampaikan secara sendirinya dengan memahami makna segala reka kejadian pada tokoh utama.

Belajar Menulis Kreatif

Belajar Menulis Kreatif
Edisi Resensi
Yak setelah sekian lama menghilang dari peradapan blog paling asyik ini. Saya mencoba kembali lagi dengan sepenuh hati. Ea .... 
Sebab tidak selamanya saya bisa tahan hidup tanpa tersisipkan kegiatan menulis sebagai bentuk pengembangan diri. Suka banget baca buku. Tapi keseringan gagal resensi mulu karena habis masa peminjaman. #plak
Markinjut (Mari kita lanjut)


Judul buku      : Menjadi Penulis Kreatif
Penulis           : Ipnu Rinto Nugroho
ISBN              : 978-602-28--8063-9
Penerbit         : Buku Pintar
Tahun terbit   : 2014
Tebal/ukuran  : 317 halaman
Menjadi penulis kreatif adalah harapan para penulis dalam menapaki dunia kepenulisan. Bahasa yang gurih, mudah dipahami, apalagi mengundang minat baca merupakan tujuan dari tulisan itu sendiri. Penulis tentu akan senang apabila karyanya bisa dibaca oleh semua orang. Harapan ini tidak mudah didapatkan dengan sekali kedipan mata saja. Ada banyak aspek yang perlu diperhatikan. Bahkan membutuhkan waktu tidak sebentar dan perjuangan yang besar.
Ipnu menuliskan kiat-kiat menjadi penulis kreatif dengan Bahasa yang ringan, mudah dipahami, dan contohnya juga sederhana. Terlebih lagi berdasarkan kenyataan tentang penulis-penulis yang sudah berhasil. Seakan Ipnu telah membaca kayra mereka dan mengetahui karakteristik tulisan. Buku ini mudah diikuti tahap demi tahap dan memberikan rasa candu saat membacanya. Satu halaman saja tidak cukup, butuh banyak halaman lainnya hingga tuntas.
Sisipan visualisasi dengan gambar pendukung penulis yang telah menerbitkan buku membuat kesan buku tidak membosankan. Apalagi pemilihan warna dan jenis tulisan yang berkesinambungan membuat buku ini nyaman ketika membacanya.
Ipnu memberikan persepsi yang lain ketika kegiatan menulis ini bisa ditulis oleh siapa saja. Termasuk orang-orang yang memiliki keterbatasan. Misalnya Gol A Gong yang kehilangan tangan kirinya sejak kecil. Tetapi tidak menyurutkannya untuk menjadi orang yang berhasil menjadi penulis. Tidak ada batasan dalam menulis selagi manusia itu mampu.
Penulis itu lebih dekat arahnya sebagai pembaca. Maka penulis harus bisa memposisikan dirinya sebagai pembaca jika ingin menjadi penulis yang kreatif. Apa yang pembaca ingin temukan dari tulisan kita? Penulis bisa menulis secara bebas apa yang terlintas dibenaknya tanpa perlu diedit terlebih dahulu untuk menguraikan ide yang mengalir. Hal ini tentulah sependapat degan pernyataan ‘Menulislah dulu’.
Seorang penulis pasti memiliki seseorang yang ia idolakan. Anggap sajalah penulis terkenal lainnya seperti Tere Liye, Dee Lestari, Asma Nadia, dan lain-lain. Terkadang, sangking sukanya dengan tulisan mereka hingga membuat tulisan sendiri seperti memiliki gaya Bahasa yang serupa. Namun tidak mungkin pula selamanya penulis itu memiliki gaya Bahasa yang identik seperti penulis idolanya. Lambat laun, seiring banyaknya pengalaman yang ia lewati akan membentuk gaya Bahasa khas tersendiri. Ipnu meyakinkan ini dalam sebuah kata mutiara yang bermakna pada halaman 89.  “Jadilah diri Anda sendiri, karena bisa jadi Anda jauh lebih baik daripada penulis yang Anda idolakan.”
Menulis akan terasa greget apabila memiliki tenggat waktu yang ditetapkan dan harus dipatuhi. Mulai dari target, penyelesaian, waktu, dan beberapa pertimbangan apabila berhasil maupun tidak. Seorang penulis juga harus bisa memperhatikan asupan gizi dan kondisi tubuh ketika hendak menulis. Bisa jadi, kondisi lingkungan akan mempengaruhi. Menulis di kala santai dan tenang tentulah berbeda dengan orang yang menulis dengan perasaan marah dan emosi. Begitulah menulis di kala tempat berantakan maupun tempat yang rapi.
Buku ini tidak hanya memberikan motivasi belaka supaya pembacanya bisa menjadi penulis kreatif. Namun memberikan cara yang terarah mulai dari menggali ide, menemukan ide, alasan kehilangan ide, hingga mempertimbangkan jenis tulisan yang akan dipilih. Apakah buku fiksi maupun non fiksi. Setelah mengetahui buku apa yang akan ditulis. Penulis memberikan tips untuk mengembangkan ide dan menentukan judul buku.
Ipnu yang juga penulis buku Tiga Pocong Idiot ini telah menerbitkannya menjadi buku terlaris sebelumnya dan diangkat menjadi sebuah film yang ditayangkan di Bioskop seluruh Indonesia. Seakan membuat pembaca percaya bahwa yang tidak mungkin menjadi mungkin. Bahkan dalam tips cara mencetak buku best seller. Ia menyisipkan sebuah kata dalam halaman 275, “Being the best is great, you’re the number one. Being uniqe is the greatest, you’re the only one.” (Menjadi yang terbaik itu bagus, Anda adalah nomor satu. Menjadi unik adalah yang paling bagus, karena Andalah satu-satunya)
Buku ini sangat bermanfaat bagi orang-orang yang ingin berkecimpung di dalam kepenulisan. Baik itu penulis yang ingin menulis buku fiksi maupun nonfiksi. Bahkan orang-orang yang sudah lama mendalami kepenulisan semakin meningkatkan semangat juang. Sebab kegagalan bukan hanya dilalui oleh para penulis pemula tetapi juga senior. Namu mereka tetap melewatinya dengan semangat yang pantang menyerah.

Nah, bagaimana menurut kalian? Ada yang tertarik nggak? Kalau tertarik bisa dibaca di aplikasi Ipusnas. 

Ketika Monna Mengejar Harapan

Ketika Monna Mengejar Harapan
Sebagai Ceo-Mentor pada kelas resensi. Saya mulai berani meresensi suatu karya. Yeay, setelah sekian purnama hanya sekadar wacana dan angan-angan saja. Sebenarnya sudah banyak juga buku yang sudah dibaca. Belajar tanpa bimbingan terkadang membuat diri enggak pecaya diri. Hingga terkadang saya bingung dengan apa yang sudah dituliskan. Ini sebenarnya review atau resensi ya. Tuh kan, bingung sendiri. #plak Sebelumnya saya ingin berterima kasih kepada kak Dewi Khairani yang sudah bersedia membimbing di kelas resensensi. Kepada teman-teman yang lain juga. Merekalah yang membuat saya semakin semangat. Asyik. 



Oke ...

Jangan lupa silahkan like, comment, dan Follow. Hehe ...
Buku ini bisa kalian baca di aplikasi ipusnas. Nah, berhubung jumlah kata di Instagram itu terbatas. Kan sayang enggak ada yang baca. Jadi di sini aja deh.

Judul buku      : Running For Hope
Penulis            : Dona Sikoembang
ISBN               : 978-602-7888-15-9
Penerbit           : Mizan
Tahun terbit     : 2013
Tebal/ukuran   : viii+236 halaman /20,5 cm

Setiap orang pasti tidak menginginkan berkecimpung di dalam kemiskinan. Apalagi sudah turun-temurun dari nenek moyang. Namun apakah miskin itu adalah keturunan? Bukankah kehidupan bisa diubah jika mau berusaha? Monna selalu mempertanyakan hal itu.

Kisah Monna bercerita tentang cita-citanya yang ingin berkuliah di Universitas Indonesia dan menjadi seorang sarjana hukum. Pada hari kelulusan SMA ia harus menemukan fakta bahwa kehidupan perekonomiannya tidak mengizinkan ia berkuliah. Ayah bekerja sebagai tukang ojek dan menghidupi keempat Putrinya dan istrinya yang sakit-sakitan. Malam itu, setelah makan malam. Ia menyampaikan keinginannya pada sang ayah. Kendati mengharapkan restu, sang ayah marah besar dengan menjatuhkah piring kemudian pergi dari rumah.

Monna yang kerap dipanggil Nana ini sudah pasrah dengan apa yang terjadi. Keesokan paginya sang ayah memperbolehkannya untuk mengikuti ujian perguruan tinggi. Ayahnya berhenti menjadi tukang ojek dan menjual kereta untuk biaya perjalanan Nana mengikuti ujian. Betapa Monna sangat bahagia. Ia sudah mempersiapkan dirinya jauh-jauh hari untuk mengikuti ujian tersebut. Namun pada saat ia hampir menyelesaikan ujiannya. Lembar jawaban jatuh ke lantai dan terpijak oleh seseorang.  Akhirnya, ia pasrah pada impiannya menjadi seorang mahasiswa.

Kisah piluh yang Nana alami mengajarkan kita tentang arti kesabaran. Nasib malangnya belum sampai di situ. Ia menemukan fakta bahwa ia merindukan keluarga ketika ia berada di kota. Kehidupan perkotaan justru tidak seperti apa yang ia pikirkan. Meskipun Nana mendapatkan makanan dengan lauk ayam. Ia tidak berselera. Justru ia rindu dengan masakan ibunya yang hanya sekadar nasi saja.

Kisah ini bersetting Minangkabau. Hidup di desa dengan segala kekurangan. Monna hanya ingin hidup jauh lebih baik dari kesengsaraan. “Berlama-lama meratapi kesedihan bukanlah jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah karena aku tahu sesungguhnya hidup bukanlah seperti cerita di layar kaca. Tidak akan ada bidadari cantik bersayap putih memainkan tongkat ajaibnya dan mengubah semua seperti yang kuinginkan. Inilah hidup yang sebenarnya dan akulah bidadari yang akan menyulap kehidupanku sendiri menjadi yang kumau.” (Halaman 121)

Penulisan dengan sudut pandang pertama ini benar-benar membuat jalan cerita terasa hidup. Apalagi kondisi jiwa tokoh utama sendiri. Bagaimana pilu dan tegarnya ia harus menghadapi rintangan dalam kehidupan. Bersabar dan tidak mengeluh merupakan makna tersirat dari Monna yang selalu memikirkan jalan keluar dari setiap permasalahan.

Kisah ini bukan hanya tentang kesengsaraan Monna saja. Melainkan teka-teki yang harus dijawab bersama melalui serangkaian kejadian skenario-Nya. Bumbu cinta juga mengisi kehidupan Monna dengan si Timur. Kehidupan saudari Monna yang turut disajikan membuat alurnya mengalir.
Memiliki mimpi itu seakan memberikan harapan baru untuk tetap berusaha dan senang menghadapi segala rintangan. Lalu bagaimana apabila mimpi itu tidak terwujud? Apakah akan menjelma menjadi sebuah kegilaan atau hal yang lain? Sekali lagi Monna menjawabnya dengan serangkaian kejadian Running for Hope yang artinya mengejar harapan. Karena hal itulah yang membuatnya merasa selalu hidup,
Penulisnya sendiri berlatar belakang SMA. Seolah memberikan sebuah gambaran bahwa kisah Running for Hope ini berdasarkan kisah nyata pengalaman hidupnya.
Penyajian awal dan akhir kisah sangat membuat terkesan. Hanya saja pada penyajikan kisah cinta si Monna sedikit kurang memuaskan. Hanya berdasarkan perasaan si Monna sehingga titik terang masih belum kelihatan meskipun cerita mendekati ending.

Buku ini cocok kepada siapa saja memiliki harapan dalam kehidupan. Jika pun belum menemukan harapan akan memberikan sebuah pencerahan tentang harapan itu sendiri. Sebab harapan akan membuat diri terasa hidup.

Kira-kira begitulah yang bisa saya resensi. Kira-kira ada yang merekomendasikan buku yang mau diresensi nggak? Tapi, bukunya tersedia di ipusnas ya. 

Terima kasih. 



Permulaan November dengan Resensi


Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh …
Hai sahabat Blogger!
  Oke, saya kembali lagi setelah rumah ini tanpa terasa telah bersarang dan berdebu. Pastinya bukan tanpa sebab ya. Jika dua bulan yang lalu saya memfokuskan menulis novel dan hasilnya gagal. Maka bulan yang lalu saya memfokuskan diri menjadi seorang programmer dan sibuk-sibuknya seminar proposal. Pada penasaran nggak hasilnya gimana?

   Kalau pada penasaran saya beri bocoran ya kalau hasilnya gagal. Perasaan sedih dan kecewa pasti ada. Namun, Alhamdulillah. Saya memiliki kesempatan untuk terus menyadarkan diri bahwa apa yang saya lakukan belum layak. Tetapi kalau seminar proposalnya saya lulus dengan hasil yang biasa saja. Tapi tidak apa-apa. Tetap bahagia saja. Kemudian lihat orang-orang yang tidak memiliki kesempatan untuk berjuang. Kalah setelah berjuang itu biasa. Kalah sebelum berjuang itu baru menyakitkan. Walaupun begitu, tetap senyumin saja meskipun hati teriris. 

  Oke kembali lagi ke laptop. Percayalah, ketika banyak pintu yang tertutup pasti ada satu pintu terbuka sebagai jalan untuk tetap kembali pada jalan kebaikan. Maka solusinya adalah tetaplah menjadi cahaya meski dalam kondisi gelap sekalipun.
  Pada bulan November ini saya beralih pada sesuatu yang tidak menyulitkan lagi ketika mengambil keputusan. Ketika ada banyak pilihan sedangkan plus minusnya sama. Maka hal yang saya lakukan adalah menuliskan pilihan tersebut ke dalam kertas. Kemudian mengguntingnya dan digulung. Setelah itu saya mengambil salah satu layaknya undian. Namun saya punya catatan untuk cara seperti ini. Tidak semua perkara bisa diselesaikan dengan cara tersebut. Hanya situasi yang tidak penting saja. Kalau dulu saya tahu kelemahan diri adalah mementingkan hal-hal yang tidak penting. Kali ini saya sudah tidak terjebak lagi dengan cara seperti itu.

  Setelah hal tersebut dihadirkan dalam hidup. Terbitlah November ceria. Kemudian kembali lagi pada menulis ceria. Tepatnya pada hari Minggu, 3 November 2019. Saya bertemu lagi dengan orang-orang luar biasa dalam melalui hari-harinya. Saya belajar Cara Resensi Buku bersama teman-teman FLP di Masjid Aceh Sepakat. Awalnya saya pikir letaknya di Aceh. Ternyata di kota Medan. Saya ke sana dengan sepeda motor yang selalu menemani . Saat memasuki gerbang pintu. Ada seorang wanita berkacamata dengan kerudung cokelat susu sedang duduk di sudut Masjid sendirian. Entah mengapa saya sok akrab dan melambaikan tangan dari jauh. Padahal enggak kenal. 

   Setelah memarkirkan kendaraan. Saya segera ke tempat orang tersebut. Tidak ada orang yang saya kenal di sini. Saya berharap tidak salah alamat saat itu juga. Setelah saya tanya tentang FLP. Kakak tersebut mengiyakan. Ternyata dia hendak pulang.
Pulang? Waduh, oke pertama saya mengaku salah terlambat kali ini. Janjiannya jam 10. Sampai di sana hampir jam 11. Ngaret ya, banget. Rasanya ada sesuatu yang mampet di dada ketika mengetahui ia adalah pemateri pada pertemuan ini. Selalunya seperti itu kalau ada acara ketika mengetahui tempatnya untuk pertama kali. Padahal dulu sering lewat dan solat malah. #plak.
    Tak lama kemudian datang Kak Fuji dari dalam. Ternyata Kakak itu sudah ada di sana. Setelah bertemu, Kak Fuji segera membuka percakapan dengan pemateri sementara masih menunggu seseorang lagi. Saya merasa selamat ketika Kak Fuji berhasil membuat suasana menjadi hangat. 
 Sumber gambar : greatedu.co.id
   Oke, saya akan menguraikan sedikit tentang pengetahuan resensi yang saya peroleh pada saat itu. Pertama sekali sebelum dijelaskan tentang bagian-bagian resensi. Kak Fitri memberikan sebuah contoh dan kami membacanya. Setelah itu menjelaskan informasi yang kami dapatkan. Resensi sama seperti menilai sebuah buku. Menurut KBBI, resensi adalah pertimbangan atau pembicaraan tentang buku. Lebih tepatnya ulasan buku. 

Gambar : Pemateri (kiri) dengan Kak Fuji (kanan)
     Ada dua kerangka penulisan resensi. Pertama penilaian isi buku dan yang kedua analisis buku. Pada awal resensi ada identitas isi buku. Contoh resensi ini bisa dilihat pada dakwatuna.com tentang Resensi Gelas Jodoh. Hal yang bisa saya katakan ketika membaca resensi tersebut adalah identitas buku, isi buku, kemudian tentang penulis dengan karya sebelumnya. Penilaian terhadap alur yang digunakan dalam cerita, mood setelah membaca, hal paling berkesan, hingga akhirnya mempromosikan buku.
  Tips yang Kak Fitri berikan adalah baca dulu media mana yang akan dikirim. Pahami sistematika mana yang bisa diterbitkan resensi kita. Setelah itu mulailah meresensi dengan membaca buku. Pada dasarnya, meresensi ini adalah mempromosikan sebuah buku. Walaupun buku yang telah kita ulas ada kekurangan. Misalnya, penggunaan tanda baca yang tidak sesuai. Maka tambahkan kata yang bisa mentralisirnya. “Kekurangan dari buku ini adalah EYD yang belum sesuai. Walaupun begitu, tidak menghilangkan makna dari isi buku tersebut. ” Nah, berarti buku tersebut tetap ada nilai plusnya. Bisa juga ditambahi dengan nilai plus lainnya seperti antar paragraf yang berkaitan.
   Perlu diketahui juga dengan target pembacanya siapa. Apakah akademisi, anak-anak, atau umum? Misalnya buku tersebut diperuntukkan untuk anak gaul. Maka penggunaan EYD tidak terfokusnya menjadi penilaian sebuah buku.
   Pernah nggak terpikirkan tentang jenis kertas mempengaruhi pembaca. Misalnya perbedaan kertas putih dengan kertas ubi? Kira-kira orang akan membeli yang mana. Kalau saya sendiri sih lebih suka memilih kertas yang ringan jika jenis bacaannya adalah novel. Ternyata ada juga penelitiannya lo tentang tampilan dalam buku. Kak Fitri mengungkapkan bahwa kertas putih yang berat itu cenderung cepat membuat mata lelah daripada kertas ubi. Kira-kira benar nggak ya? Yuks pada komentar jika ada yang ingin menyuarakan pendapatnya.
Itu saja yang bisa saya sampaikan tentang Permulaaan Awal November dengan Resensi.
Berikut ini adalah dokumentasi bersama para FLPers. 
 Gambar : Para FLPers

Sampai di sini dulu ya cerita kali ini. Sampai jumpa di konten selanjutnya. 
Salam Rindu
Harumpuspita