Belajar Menulis Kreatif

Edisi Resensi
Yak setelah sekian lama menghilang dari peradapan blog paling asyik ini. Saya mencoba kembali lagi dengan sepenuh hati. Ea .... 
Sebab tidak selamanya saya bisa tahan hidup tanpa tersisipkan kegiatan menulis sebagai bentuk pengembangan diri. Suka banget baca buku. Tapi keseringan gagal resensi mulu karena habis masa peminjaman. #plak
Markinjut (Mari kita lanjut)


Judul buku      : Menjadi Penulis Kreatif
Penulis           : Ipnu Rinto Nugroho
ISBN              : 978-602-28--8063-9
Penerbit         : Buku Pintar
Tahun terbit   : 2014
Tebal/ukuran  : 317 halaman
Menjadi penulis kreatif adalah harapan para penulis dalam menapaki dunia kepenulisan. Bahasa yang gurih, mudah dipahami, apalagi mengundang minat baca merupakan tujuan dari tulisan itu sendiri. Penulis tentu akan senang apabila karyanya bisa dibaca oleh semua orang. Harapan ini tidak mudah didapatkan dengan sekali kedipan mata saja. Ada banyak aspek yang perlu diperhatikan. Bahkan membutuhkan waktu tidak sebentar dan perjuangan yang besar.
Ipnu menuliskan kiat-kiat menjadi penulis kreatif dengan Bahasa yang ringan, mudah dipahami, dan contohnya juga sederhana. Terlebih lagi berdasarkan kenyataan tentang penulis-penulis yang sudah berhasil. Seakan Ipnu telah membaca kayra mereka dan mengetahui karakteristik tulisan. Buku ini mudah diikuti tahap demi tahap dan memberikan rasa candu saat membacanya. Satu halaman saja tidak cukup, butuh banyak halaman lainnya hingga tuntas.
Sisipan visualisasi dengan gambar pendukung penulis yang telah menerbitkan buku membuat kesan buku tidak membosankan. Apalagi pemilihan warna dan jenis tulisan yang berkesinambungan membuat buku ini nyaman ketika membacanya.
Ipnu memberikan persepsi yang lain ketika kegiatan menulis ini bisa ditulis oleh siapa saja. Termasuk orang-orang yang memiliki keterbatasan. Misalnya Gol A Gong yang kehilangan tangan kirinya sejak kecil. Tetapi tidak menyurutkannya untuk menjadi orang yang berhasil menjadi penulis. Tidak ada batasan dalam menulis selagi manusia itu mampu.
Penulis itu lebih dekat arahnya sebagai pembaca. Maka penulis harus bisa memposisikan dirinya sebagai pembaca jika ingin menjadi penulis yang kreatif. Apa yang pembaca ingin temukan dari tulisan kita? Penulis bisa menulis secara bebas apa yang terlintas dibenaknya tanpa perlu diedit terlebih dahulu untuk menguraikan ide yang mengalir. Hal ini tentulah sependapat degan pernyataan ‘Menulislah dulu’.
Seorang penulis pasti memiliki seseorang yang ia idolakan. Anggap sajalah penulis terkenal lainnya seperti Tere Liye, Dee Lestari, Asma Nadia, dan lain-lain. Terkadang, sangking sukanya dengan tulisan mereka hingga membuat tulisan sendiri seperti memiliki gaya Bahasa yang serupa. Namun tidak mungkin pula selamanya penulis itu memiliki gaya Bahasa yang identik seperti penulis idolanya. Lambat laun, seiring banyaknya pengalaman yang ia lewati akan membentuk gaya Bahasa khas tersendiri. Ipnu meyakinkan ini dalam sebuah kata mutiara yang bermakna pada halaman 89.  “Jadilah diri Anda sendiri, karena bisa jadi Anda jauh lebih baik daripada penulis yang Anda idolakan.”
Menulis akan terasa greget apabila memiliki tenggat waktu yang ditetapkan dan harus dipatuhi. Mulai dari target, penyelesaian, waktu, dan beberapa pertimbangan apabila berhasil maupun tidak. Seorang penulis juga harus bisa memperhatikan asupan gizi dan kondisi tubuh ketika hendak menulis. Bisa jadi, kondisi lingkungan akan mempengaruhi. Menulis di kala santai dan tenang tentulah berbeda dengan orang yang menulis dengan perasaan marah dan emosi. Begitulah menulis di kala tempat berantakan maupun tempat yang rapi.
Buku ini tidak hanya memberikan motivasi belaka supaya pembacanya bisa menjadi penulis kreatif. Namun memberikan cara yang terarah mulai dari menggali ide, menemukan ide, alasan kehilangan ide, hingga mempertimbangkan jenis tulisan yang akan dipilih. Apakah buku fiksi maupun non fiksi. Setelah mengetahui buku apa yang akan ditulis. Penulis memberikan tips untuk mengembangkan ide dan menentukan judul buku.
Ipnu yang juga penulis buku Tiga Pocong Idiot ini telah menerbitkannya menjadi buku terlaris sebelumnya dan diangkat menjadi sebuah film yang ditayangkan di Bioskop seluruh Indonesia. Seakan membuat pembaca percaya bahwa yang tidak mungkin menjadi mungkin. Bahkan dalam tips cara mencetak buku best seller. Ia menyisipkan sebuah kata dalam halaman 275, “Being the best is great, you’re the number one. Being uniqe is the greatest, you’re the only one.” (Menjadi yang terbaik itu bagus, Anda adalah nomor satu. Menjadi unik adalah yang paling bagus, karena Andalah satu-satunya)
Buku ini sangat bermanfaat bagi orang-orang yang ingin berkecimpung di dalam kepenulisan. Baik itu penulis yang ingin menulis buku fiksi maupun nonfiksi. Bahkan orang-orang yang sudah lama mendalami kepenulisan semakin meningkatkan semangat juang. Sebab kegagalan bukan hanya dilalui oleh para penulis pemula tetapi juga senior. Namu mereka tetap melewatinya dengan semangat yang pantang menyerah.

Nah, bagaimana menurut kalian? Ada yang tertarik nggak? Kalau tertarik bisa dibaca di aplikasi Ipusnas. 
Previous
Next Post »

24 comments

  1. Waaaah, banyak manfaat yang bisa dipetik dari membaca resensi ya, perjuangan menulis akan terbayar dengan karya best seller atau karyanya akan dibukukan. Penulis kreatif harus memanfaatkan kesempatan dan peluang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyups benar banget. Auto rajin baca dan nambah pembendarahaan kosakata.

      Delete
  2. Suka banget sama kata-kata yang di halaman 275. Harus baca nih bukunya, biar jadi suntikan semangat buat nulis.

    ReplyDelete
  3. Jadi pengen baca bukunya deh. Biar nyalain spirit menuliskus supaya nggak redup.

    ReplyDelete
  4. Saya sering dapat curhatan tim media dari sebuah brand yg lagi cari admin buat pegang akun sosmed, syaratnya jago menulis kreatif. Buku ini pantas banget dibaca oleh content creator yg rutin menulis untuk postingan² promosi seperti di medsos

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau konten kreator. Apalagi yang sudah pro. Kualitasnya emang patut diacungi jempol deh.

      Delete
  5. Saya jadi malu sendiri kalo masih malas nulis. Saudara kita yang disabilitas saja menulisnya begitu bersemangat. Harus dijadikan motivasi ini.

    ReplyDelete
  6. Wah akhirnya baca tulisan Henny lagi

    Eniwei setuju banget dengan isi bukunya. Saya sering kesal campur putus asa kalo baca tulisan yang bikin bingung
    Penulisnya lupa, bahwa dia bertugas menyampaikan pesan, karena itu harus menempatkan diri sebagai penerima pesan
    Walau saya juga sering lupa sih :( … :D

    ReplyDelete
  7. Langsung happy karena buku ini bisa dibaca di Ipusnas. Jadi nggak perlu keluar rumah untuk mencari, walaupun pesan online pun bisa kali ya.

    Ngomong ngomong soal isi bukunya, iya banget sih ya. Itu lho, soal penulis yang malah bikin apa yang ia sampaikan malah nggak bisa ditangkap dengan mudah sama pembacanya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wuah iya banget. Gara-gara Ipusnas dengan kualitas yang memang top cer. Auto rajin baca. Setiap hari kayaknya bisa ngabisin satu buku.

      Latar belakang seseorang bisa mempengaruhi tulisan. Apalagi seperti yang kita ketahui kalau pembaca berasal dari berbagai jenis kalangan. Apa lagi yang sifatnya memang untuk umum. Ya paling tidak, target tulisan bisa dimengerti dengan bahasa sederhan

      Delete
  8. Wah ini buku yg bermanfaat ya mbak, buat blogger memang perlu keahlian menulis kreatif

    ReplyDelete
  9. Hahaha aku banget Mbak, tahun ini baru membaca 10 buku sih tapi yang diresensi cuma 1 buku. Alasannya? Hmmm tak punya waktu, pas ada waktu sudah lupa mau komentar apa hehehe...

    Buku yang menarik, terimakasih untuk reviewnya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau sudah lama dibaca terus mau balik resensi lagi. Rasanya kehilangan feelnya gitu. Hanya karena waktu dan kemauan. Kebetulan kalau di ipusnas ini kita bisa menggunakan bantuan fitur bookmark untuk menandakan setiap kutipan yang ingin dilihat kembali. Kalau sudah selesai baca dan punya waktu. Tinggal mindahin saja deh hal-hal yang ingin diambil.

      Delete
  10. Kayaknya aku punya bukunya Ipnu yang Belajar Menulis Kreatif, udah lama banget ya terbitnya.
    Kalo yang Pocong itu koleksi anak sulung saya waktu dia kuliah dulu

    ReplyDelete
  11. WAh, sudah ada di Ipusnas. Asyik banget nih. Saya salah satu pembaca di sana. Dan bukunya banyak sekali.
    Saya juga baca di e-resorces-nya perpusnas.
    Zaman digital gini banyak cara pintar

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wuah mantap. Harapan ke depannya sih banyak orang yang suka baca dengan kehadiran ipusnas.

      Delete
  12. Aku suka baca buku mb. Suka nulis buku juga. Pengen deh lain kali bukuku di bikin resensi. Hehe. Salam kenal mb

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wuah, bisalah nih. Senang sekali ada yang mau nawarin resensi. Salam kenal juga.

      Delete