Ada seorang penulis dan juga seorang ulama Indonesia.
Namanya semakin terkenal semenjak
kemunculan film di bioskop ketika lebaran tahun 2023 atau bertepatan 1444 H.
Banyak orang berduyun-duyun bahkan rela para santri untuk menonton film Buya
Hamka beramai-ramai. Tak terkecuali saya, nekat mengambil jam malam walaupun
tubuh lelah. Apakah saya menikmati menonton filmnya?
Ya, saya sangat menikmatinya.
Namun di awal saja, ditambah lagi bahasa yang digunakan adalah bahasa daerah.
Pertengahan hingga akhir, saya pun tertidur pulas. Hingga tersadar bahwa film
telah berakhir.
“Berarti ini adalah kode supaya bisa
membeli bukunya,” ucap saya kepada teman adik saya. Tak lama setelah ucapan
itu, selang seminggu kemudian. Bang Roby yang merupakan salah satu anggota FLP
Medan membagikan postikan status WA.
Alhamdulillah, ketika lebaran
ini. Walaupun saya sudah bekerja, ada orang baik yang memberikan THR dan uang
itu pun saya gunakan kali pertama di tahun ini untuk membeli buku tentang Buya
Hamka.
Identitas Buku
Judul Buku : Buya Hamka Ulama Umat Teladan Rakyat
Penulis : Yusuf Maulana
Jumlah Halaman : 352
Penerbit : Pro-U Media
ISBN : 978-602-782-94-4
“Apa sebabnja maka djadi begini? Mengapa telah tuan pilih djalan jang
sepatutnja tidak tuan tempuh, djika dibandingkan dengan riwajat tuan selama
ini? Mengapa tuan tiada tahan menderita?”
~Menunggu Beduk
Berbunji (1949)~
Masa Kecil Seperti Anak-Anak Pada Umumnya
Berbeda dari prasangka banyak
orang. Orang baik, pasti kecilnya juga baik-baik. Ternyata Hamka adalah orang
biasa. Masa kecil pada umumnya yang dekat dengan kata kenakalan. Salah satu
kesalahan terbesar hingga ayahnya, Haji Rasul marah besar dan kali pertama
sebuah tongkat akan mendarat di kakinya. Hamka berteriak memohon ampun dan
orang terdekat melerainya. Kesalahannya adalah berpura-pura menjadi mantri
cacar dan mencacar teman-temannya kemarin. Ia menggunakan duri limau sebagai
alat cacar. Sehingga teman-temannya meringis kesakitan dan ada pula yang
berdarah.
Namun yang namanya kesalahan, tak
mungkin pula patut ditiru dan cukuplah menjadi sebuah pelajaran. Ada pula yang
menarik hati. Ketika masa anak-anak, Hamka juga kesulitan membaca Al-Quran,
terlebih lagi kakaknya, Fathimah yang mengajari. Jika Haji Rusli memberikan
hadiah Hamka akan diarak naik kuda. Maka kakaknya akan menghadiahi cubitan jika
tidak bisa. Rupanya bukan hadiah yang Hamka tuju. Melainkan karena cubitan dan
gigitan yang tak terhitung membuat Hamka lebih takuti.
Hingga suatu hari murid perempuan
kakaknya turut mengaji. Tidak diberikan ancaman berupa cubitan dan gigitan,
walaupun datangnya dua bulan lebih lambat dari Malik. Alhasil mengaji lebih
lebih cepat dan perkembangannya menyamai Malik. Malik yang tadinya hanya
mengulang-ulang, menjadi lebih semangat dan berteman baik dengan temannya. Kawannya
gembira dengan jawaban Malik yang ingin terus sama-sama dan tamatnya pun
sama-sama. Hari-hari berikutnya kedua bocah itu saling tolong menolong saat
belajar mengaji hingga akhirnya mereka bisa menuntaskan lembaran Al-Quran
bersama.
Cerita Buya Hamka yang belajar ngaji dengan Kakaknya, Fathimah |
Kehidupan di usia Dewasa
Tulisan dalam buku ini tidaklah
runut dipaparkan saat usia dewasa. Sepintasnya akan saya berikan contoh
kehidupan setelahnya. Hamka yang kita tahu ia hanya memiliki satu istri saja di
masa muda setelah pulang dari Makkah, yaitu Siti Raham. Rupanya ia karena
kehidupannya di masa kecil. Ibunya
diceraikan oleh ayahnya. Sehingga ia tahu bagaimana rasanya menjadi seorang
perempuan yang ditinggalkan. Meskipun pernah disuruh ayahnya untuk menikah
lagi. Hamka tetap pendirian hanya beristrikan Siti Raham saja. Sampai istrinya meninggal. Barulah ia menikah lagi.
Hamka memiliki kepribadian yang
cerdas dan tenang. Itulah mengapa banyak orang yang menyukainya. Meskipun
berbeda agama sekalipun. Ia tetap berperilaku baik kepada mereka seperti
saudara sendiri. Bahkan dalam cerita ada yang meninggal pun mereka datang.
Pikatan Kata di Mimbar
Pada usia 17 tahun, Hamka
menambah terus jam terbangnya sebagai juru siar Islam dan anti-komunis. Ia
menjadi pengawal ayahnya berkeliling kampung. Ia pula yang membukukan pidato
teman-temannya di surau Padang Panjang dan dicetak kemudian dinamai dengan Khathib Ul-Ummah. Inilah karya
pertamanya dalam tulis menulis mengingat pula pidato teman-temannya itu
sebenarnya dialah yang membuatkannya.
Hamka memang pandai berkata-kata.
Menyadari kemampuan Hamka. Haji Rasul tidak
ingin anaknya besar kepala, berpuas diri. “Pidato-pidato, lezing-lezing
saja percuma. Isi dada dahulu dengan pengetahuan, baru ada artinya pidato itu.”
Dengan kata lain, Haji Rasul ingin anaknya belajar dan mengingatkan untuk tidak
tergelincir dengan filsafat. Setelah berumur 26 tahunlah, saat ia sudah
menikah. Ia mau belajar langsung pada ayahanda tercinta tanpa paksaan
sebagaimana masa kecilnya.
“Bijak berkata-kata
berarti tiga perkara; perasaan yang halus, kefasihan berkata, dan kekayaan
bahasa. Lidah yang gagap dan gugup, tidak akan dapat menghasilkan apa-apa.”
Buya Hamka yang Tak Mendendam
Senin, bertepatan 27 Januari
1964, Hamka dibawa polisi yang kemudian diintrogasi dan dituduh masuk dalam
gerakan makar pada pemerintah dan rencana pembunuhan Presiden dan Menteri
Agama. Sejak saat itu ia mendekam dibuih selama 2 tahun 2 bulan. Sedih nian
memang, Buya Hamka difitnah. Padahal Soekarno sendiri adalah sahabatnya. Hingga
pada wasiat Soekarno pun, Buya Hamka menjalankannya yaitu menjadi imam dalam
solat jenazah.
Walau dengan rasa sepi selama di
penjara. Buya Hamka menghabiskan waktunya dengan buku setelah ia usai dari
sakit disentri yang menyerang. Kemudian menyelesaikan tulisan yang paling
fenomenal, yaitu Tafsir Al-Azhar.
Selama di penjara pun. Biasanya
penjagaan ketat, tapi di bulan Ramadan penjagaan tidak begitu ketat lagi.
Ternyata, setelah ia bertanya kepada para penjaga. Rupanya mereka pada ketakutan
melihat sosok berjubah putih berada di depan penjara. Pengalamannya dituangkan
dalam Tafsir Al-Azhar yang ia tulis bahwa setiap orang memiliki peneman.
Kesan Membaca Buku Buya Hamka Teladan Umat
Banyak hal yang belum
tersampaikan. Setidaknya mewakili isi buku. Tentang kalimat indah yang tertuang
dan kejadian yang menarik untuk diceritakan. Rasanya tak mungkin kalau
menceritakannya secara tuntas di sesi Resensi kali ini. Penikmat sejarah akan
mudah memahami isi buku. Namun bagi saya yang dulunya paling malas kalau dengan
sejarah walaupun bolak-balik dihapal tetap saja tidak memahami. Pada bagian
keislamanlah saya bisa menyambungkan pemahaman dari tulisan sebelumnya. Itu pun
pada waktu itu sempat terucap ingin belajar sejarah islam.
Begitulah ilmu akan sampai ketika
Allah swt mengizinkani. Kita sebagai mana manusia hanya bisa berusaha dan
berdoa. Walaupun buku ini termasuk buku yang saya sukai, tapi buku ini juga
termasuk buku yang paling lama dibaca. Hampir sebulan juga saya baru selesai
membacanya.
Rating personal🌟 : 4,5/5
Wah, kirain kak Henny dapat hadiah dari acata tukaran kado FLP kemarin. Soalnya yang nganterin Yumna ke Binjai juga ada mau ngasih kado itu.
ReplyDeleteHebat banget ya perjalanan hidup Buya Hamka, padahal dulunya Dia itu orang biasa dan tidak ada keistimewaan di masa kecilnya yang akan menjamin dan memprediksikan dia akan jadi orang besar di kemudian hari 🥰
Kakak ketagihan nih baca karya tentang Buya Hamka.
DeleteTokoh yang patut diteladank, meski sudah dihukum, dia masih mau mensholatkan bung karno saat sudah meninggal
ReplyDeleteCerita tentang buya Hamka yang menyolatkan Ir Soekarno sering saya dengar. Tapi cerita masa kecilnya yang lucu belum pernah.
ReplyDeleteAaah kak fatimah ini agaknya kakak kebanyakan yang cerewet namun dalam hatinya sangat sayang pada adiknya. Hingga ada rasa kesal kalo adiknya tak paham juga baca AlQuran.
Wah terbantu juga saya dengan review buku ini, jadi punya sedikit bayangan tentang sosok Buya Hamka ini ya. Kalau sudah mengetahui tentangnya jadi pas nonton udah paham sama jalan cerita film Buya Hamka ya kan :)
ReplyDeleteIni masih sepenggalan cerita beliau. Kalau teman-teman Booklovers lainnya bilang sih lebih enak baca autobiografinya beliau.
DeleteJadi di filmnya banyak pake bahasa minang ya..
ReplyDeletePernah denger sih tempo hari ada filmnya, tapi saya ndak ngeh
Padahal bagus juga kalo ajak anak-anak nonton kan..
Nyesel saya