Yakin Mau Belajar Bahasa Pemrograman?


Assalamualaikum …
      Hai sahabat blogger! Oke, saya kembali lagi nih. Enggak kelihatan aktivitas ngapai saja sih? Jadi ceritanya saking banyak yang ingin disegerakan membuat saya ingin selalu menyegerakan semuanya namun kagak kelar. Eaa… abaikan saja ya. Skripsi saja juga belum kelar. #plak.
    Jadi ceritanya akhir bulan lalu itu saya melakukan kegagalan yang paling fatal. Kalau dibandingkan dengan diri saya yang terdahulu. Gimana enggak merasa gagal ya kan. Ketika itu semua waktu sudah diusahakan untuk menyelesaikannya. Namun enggak kesampaian. Apa itu kira-kira ya?
     Kali ini saya akan mengulas pengalaman selama mencoba menjadi seorang programmer yang ketika itu enggak percaya dengan omongan orang lain. Hihi… kepercayaan diri paling akut ya kan. Kira-kira apa tanggapan kalian ketika mendengar menjadi seorang programmer? Suntuk, susah, sulit, atau enggak mengerti sekali sama belajar pemrograman meski sudah diulang-ulang. Namun hanya dengan sebuah kalimat yang dilontarkan oleh seseorang itulah membuat saya tak pantang menyerah. Meskipun orang lain bilang harus menyerah. Oke, itu rasanya menyakitkan sekali. Tapi enggak apa-apa. Asal percaya diri sendiri dan punya Allah di hati. Insyaa Allah aman-aman saja.
     Sebelumnya saya ingin berterima kasih kepada Bang Garra yang sudah pernah mengatakan kepada saya sebelum memulai pelajaran tentang pemrograman bahkan ketika itu jawaban orang lain banyak yang mengatakannya sangat sulit. Bahkan untuk mempelajarinya saja membutuhkan waktu satu tahun. Wew, saya langsung ngaca diri di depan cermin dan gaya songongnya. “Yaelah, orang lain butuh waktu yang lama. Malah gue mau mempelajarinya dengan seminggu.” Yap, seminggu. Sebab waktu itu batas akhirnya tersisa memang seminggu. Padahal diberikan waktu satu bulan dari pihak sana. #Plak. Maklumlah, banyak urusan. Entah apa saja pun.
 Kira-kira begini ceritanya.
Me : “Bang, kira-kira belajar pemrograman itu susah atau enggak sih?”
He : “Sebenarnya tergantung orangnya sih. Namun bagi abang susah.”
      Lalu saya menjawabnya dengan manggut-manggut seolah mengerti. Bang Garra saja merupakan orang yang notabenya IT bisa bilangnya begitu. Apalagi saya sendiri merupakan orang yang masih buta tentang pemrograman malah punya tingkat kepercayaan diri tingkat paling akut. Yoweslah lanjutin saja. Hehe … Walaupun pernyataan itu seolah seperti hujan yang menurunkan pelangi.
     Oke, saya skip. Sebab ceritanya sudah habis di situ tentang awal mula. Namun ada awal yang paling mula lagi kenapa saya bisa bertanya seperti itu kepadanya. Jadi flashback dulu nih.
     Kira-kira tepatnya jam tiga sore yang ketika itu kalau di dalam digital library Unimed enggak ada bedanya. Baik pagi, siang dengan teriknya, maupun sore sama saja. Sama-sama adem. Bikin betah. Apalagi kalau melihat ke depan mendapati penampakan buku yang tersusun dengan rapi. Tempat itu terletak di tengah ruangan bawah tangga. Iseng-iseng mana tahu berhadiah buka Instagram. Eh, nemu deh brosur tentang beasiswa pemrograman untuk 10.000 talenta dari Indosat Ooredo.
     Saya langsung mengetikkan link tersebut ke dalam laptop dan segera mencari tahu dengan lanjut. Saat membacanya saya malah bingung. Kayaknya radar-radar menggunakan bahasa alien gitu. Pihak Indosat sendiri menyediakan tiga kategori beasiswa. Setiap orang hanya berhak mendapatkan satu kategori saja. Pemikiran lain saya mengatakan bahwa emang enggak boleh ya belajar ketiga kategori itu saja. Lalu si baik mengatakan lagi. Yaelah syukur dikasih. Malah minta lebih pula tuh. Dasar!
     Okelah kalau begitu. Langsung saja saya lihat dulu program apa saja yang ditawarkan. Pertama yang berhubungan dengan program aplikasi website. Saya langsung tidak tertarik ketika itu dengan kategori pertama ini setelah mengingat website sering au au. Eh internet di notebook saya pernah mengalami kronologi terserang virus malware. Setelah diperbaiki dengan instal ulang. Eh, programnya terancam tidak bisa berjalan semestinya dan kacaunya lagi, segala data yang ingin diselamatkan nyaris lenyap. Auto nangis sejadi-jadinya.
     Lanjut ke kategori yang kedua, yaitu membuat aplikasi android dengan bahasa Kotlin. Saya langsung deh enggak ngerti dengan Kotlin. Sepertinya enggak menarik. Yaudah saya skipkan saja dan membaca kategori yang ketiga yaitu Pengembangan Aplikasi Android dengan Java. Java? Sepertinya bisa nih digunakan. Kalau enggak salah nama Java itu familiar dan menurut saya bisa nih digunakan di dalam notebook saya. Apalagi saya sering melihat nama Java di gawai zaman dulu dengan logo cangkir seperti sedang menyeduh kopi. Padahal waktu layar yang digunakan masih layar pencet. Ya sudah deh, entah kenapa saya memutuskan mengambil itu. Kemudian tak lupa pula membuat status di WhatsApp. Siapa tahu kan ada yang ikutan berminat juga. Eh, sekali ada yang berminat malah enggak ngerti. Ya sudah deh biarin saja. Niat berbagi juga sudah disebarkan.
     Setelah mendaftar beasiswa tersebut. Pihak Indosat tersebut mengarahkan saya ke website dicoding.com. Nah, di sanalah saya mencoba untuk belajar. Ternyata setelah dicoba. Notebook saya tidak sesuai dengan kriteria yang bisa digunakan untuk membuat pemrograman. Yah, kayaknya enggak ada harapan nih. Namun, saya enggak menyia-nyiakan itu. Kalau saya enggak punya laptop. Maka saya masih bisa menuliskan apa yang saya pelajari di dalam buku tulis. Istilahnya belajar berhayal. Hihi …
Gambar : Tempat belajar koding
Alhasil yang saya dapatkan adalah badan saya sakit selama seminggu. Panas dingin, pegal linu, dan ketika pengumuman kelulusan nama saya tidak ada. Progress yang bisa saya dapatkan adalah 90% dengan kategori hayalan. Istilahnya ilmu itu hanya sebatas di buku saja. Auto galau.
Oke itu saja yang dapat saya sampaikan. Sampai jumpa di episode selanjutnya. Sst... masih belum kelar cerita tentang Pemrograman ini.
Salam Rindu
Harumpuspita