Showing posts with label nonfiksi. Show all posts
Showing posts with label nonfiksi. Show all posts

Review Buku Suamimu Bukan Muhammad Istrimu Bukan Khadijah

Review Buku Suamimu Bukan Muhammad Istrimu Bukan Khadijah
Gambar 1. Cover Depan Buku Suamimu Bukan Muhammad Istrimu Bukan Khadijah

Manusia boleh berharap, tapi prosesnya ya tetap harus dijalankan.

Jadi, kemunculan lomba menulis yang diadakan oleh KBM App ini menurut saya sudah membuat saya tuh senang banget dan kayak ada sebuah dugaan bahwa nanti bakalan begini-begini tuh. Novel yang berjudul Seindah Khadijah itu kayaknya bakalan oke banget ketika dituliskan. Apalagi setelah ada sebuah hilal kayaknya Allah Swt mendukung banget dengan apa yang saya tuliskan seperti kehadiran buku ini.

Awalnya saya hanya coba-coba saja. Bukan iseng ya, kalau istilah iseng itu mah hanya untuk orang-orang yang enggak ada kerjaan sajanya. Saya mengikuti alur giveway seperti biasa dengan menyebutkan tiga teman saya yang berpotensi akan mengikutinya dan menjawab sebuah pertanyaan.
“Sebaik-baiknya perhiasan dunia adalah … “

“Wanita Shaleha.”

Qadarullah, saya mendapatkan buku tersebut dan ternyata yang memberikannya sangat baik sekali. Ia mengonfirmasi pada prosesnya. Padahal saya orangnya saat ini berusaha untuk melupakan saja apa yang telah saya lakukan. Bahkan hal pemberian sekalipun. Kalau ada Alhamdulillah, kalau tidak ada juga tidak menjadi masalah.

Ada hal yang membuat saya terharu. Ketika orang-orang di rumah membaca buku yang sengaja saya letakkan di ruangan tengah. Masyaa Allah, tabarakallah. Kita tidak pernah tahu langkah mana yang membuat orang lain tergerak hatinya. 

Identitas Buku

Judul Buku          : Suamimu BukanMuhammad Istrimu Bukan Khadijah

Penulis                 : Muhammad Yasir

Penerbit               : Pustakan Al-Kautsar

Jumlah Halaman : 214

Tahun Terbit        : November 2020 (Cetakan Ketiga)

Cover                   : Hard

ISBN                    : 978-979-592-903-1

Review Buku

Kalimat pembuka di awali dengan surah At-Tahrim ayat 6, “Wahai orang-orang beriman, perihalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai perintah Allah dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Bagi saya, buku ini adalah rekomendasi buku yang dibaca ulang ketika berumah tangga. Sebab sejatinya kita memang harus sering-sering diingatkan. Meskipun dalam buku ini tidaklah menyuruh kita untuk ini itu. Melainkan memberikan keteladanan bahwa di yang baik itu seperti ini.

Pada dasarnya buku ini terbagi menjadi tiga pembagian pembahasan. Pertama pesan perbaikan untuk suami, kedua pesan perbaikan untuk istri, dan yang ketiga adalah pesan perbaikan untuk suami dan istri. Pemilihan runutan inilah yang sebenarnya menjadi pondasi kuat di dalam keluarga ketika suami terlebih dahulu yang memulai perbaikan dibandingkan istri.

Buku ini berisikan tentang kisah-kisah teladan di dalam sebuah keluarga, disajikan dengan dalil, dan diberikan kesimpulan pesan yang bisa diambil dari kisah tersebut. Ada satu yang membekas dalam ingatan saya, yaitu kisah tentang istri Abu Thalha.

Waktu itu Abu Thalha baru saja pulang dari mencari nafkah dan ia tidak tahu bahwa anaknya telah tiada. Saat pulang ia berkata, “Apa yang dilakukan putraku?”

Istrinya tidak berkata apa-apa justru menyambut kepulangannya dengan melayani sebaik mungkin, berdandan yang cantik, menyuguhkan makanan yang enak, dan melaksanakan kewajibannya. Setelah Abu Thalha kenyang, Ummu Sulaim (istri Abu Thalha) berkata, “Wahai Abu Thalhah, bagaimana pendapatmu seandainya ada sekelompok orang meminjam barang pada suatu kelaurga lalu suatu saat mereka meminta kembali pinjaman itu, apakah keluarga itu berhak menolaknya?”

“Tidak,” jawab Abu Thalha,

Ummu Sulaim berkata, “Kalau begitu, relakan putramu. Anak kesayanganmu begitu tenang.”

Abu Thalha pun bersedih mendengarnya dan mengadukan hal ini kepada baginda Nabi Muhammad Saw. Baginda pun mendoakan kebaikan untuk keluarga mereka dan beberapa tahun setelahnya mereka telah dikarunia Sembilan anak laki-laki yang semuanya sudah menghafal Al-Quran.

Masyaa Alllah, kisah ini sungguh sangat menginspirasi bagi kaum hawa untuk bersikap tenang atas ketetapan yang terjadi. Buah kesabaran itu sungguh manis sekali. Ada banyak kisah-kisah lainnya yang bisa kita teladani dari buku ini.

Kelebihan Buku

Pemilihan warna kertasnya membuat teduh dirasa diri memandang. Putih dan hijau adalah sebuah penggabungan yang sangat bermakna. Ukuran tulisannya membuat buku ini menjadi nyaman di pandangan mata. Cocok sekali dibaca untuk kalangan dewasa meskipun usia pernikahannya telah berpuluh-puluh tahun tanpa harus menggunakan kacamata saat membacanya.

Selain itu, buku ini sangat cocok dijadikan sebagai kado pernikahan. Bagi yang ingin membeli bukunya bisa melalui Tokopedia dari link buku Suamimu Bukan Muhammad Istrimu Bukan Khadijah

 

Review Buku Oase Seorang Perempuan adalah Pernikahannya

Usia dewasa yang belum menikah. Pernahkah ada masa di mana ingin sekali menikah, tapi kok jodoh-jodohnya belum datang juga?

Setelah membaca buku Oase ini membuat saya tidak terlalu heboh akan hal itu. Sebab perjalanannya mungkin akan sangat panjang. Ini tentang perempuan yang mengalami masa kegelisahannya dalam penantian. Apakah terus menanti atau berjalan ke mana arah tujuannya?

Review Buku Oase Seorang Perempuan adalah Pernikahannya

Identitas Buku

Judul Buku         : Oase Seorang Perempuan adalah Pernikahannya

Penulis                : Sebastian Wahyu

Jumlah Halaman : 240

Penerbit               : PT Elex Media Komputindo KOMPAS GRAMEDIA

ISBN                   : 978-623-00-5005-3

Oase merupakan sebuah peristirahatan dalam berjalan. Bukan untuk mengakhiri langkah atau malah berpangku tangan begitu saja, tetapi mengumpulkan energi supaya bisa berjalan kembali lagi.

Begitulah yang saya baca dalam buku ini ketika fase putus asa dalam memaknai takdir yang berjalan. Akankah ada? Pertanyaan yang mengkhawatirkan itu sungguh sangat menerpa.

Tidak mengapa, kita sudah berusia lanjut seperti apa. Sebab kehadirannya adalah rezeki dan rezeki setiap orang itu berbeda-beda.

Buku ini sangat cocok sekali untuk orang yang menyiapkan diri dalam penantian yang tak tahu hilalnya kapan atau yang berusaha untuk mengilangkan rasa traumatis dalam hidup akibat retaknya rumah tangga.

Bahkan ketika tidak punya channel sama sekali. Kita pun tidak perlu khawatir. Sebab setersembunyi sekalipun perempuan itu. Ia pasti akan ditemukan oleh orang yang ditakdirkan padanya. Sehingga betapa saya menyadari bahwa jodoh ini memang pekaranya dekat dengan Allah.

Tidak muluk-muluk, kekhawatiran itu mereda dengan sendirinya hingga saat ini. Kuncinya hanya satu, yuk kita perbaiki diri sendiri menjadi yang lebih baik setiap harinya. Insyaa Allah dengan sendirinya, ia akan datang dan janji Allah itu pasti. Jangan pernah berhenti berdoa dan jangan pula berputus asa.

Ternyata memang benar, di saat kita tidak memikirkan perihal jodoh. Justru beberapa orang tanpa disadari menjadi tertarik. Tinggal kitanya yang memutuskan akan berlanjut atau tidak dan jangan lupa dilanjutkan bertanya kepada Allah.

Pemilihan penulisan merah memberikan kesan bahwa kita memang harus berani mengubah diri sendiri menjadi lebih baik lagi. Meski prosesnya tidaklah mudah, buku ini mampu menjadi peneman langkah dan rasanya saya ingin membacanya lagi supaya memperkuat langkah.

Perempuan yang pintar, perempuan yang bijaksana, perempuan yang dari cara bicaranya tertata dengan rapi, perempuan yang pendapatnya bisa membuat orang lain terpukau, adalah tingkatan cantik yang berbeda dari kebanyakan perempuan lainnya. (Halaman 13)

 

Review Buku Perempuan Tulus

 

Cover depan Perempuan Tulus

Perempuan tulus itu bernama Ibu. Ibu yang hatinya tulus tanpa pernah mengharapkan balasan dari anak-anaknya kecuali mengharapkan keberhasilannya.

Saya pun tertegun memandangkan diri mengambil buku yang bersampul merah jambu itu. Penasaran dan membacanya di Minggu pagi. Ternyata, melahap buku terbitan Quanta ada yang lebih ringan lagi bertemankan waktu luang. Bahkan menunggu hingga karatan pun saya mampu.

Judul Buku           : Perempuan Tulus

Penulis                  : May Ashali

Jumlah Halaman : 157

Penerbit                : PT Elex Media Komputindo Kompas Gramedia

Tahun Terbit        : 2023

ISBN                    : 978-623-00-4730-5

“Jika hati senantiasa berbuat baik, Allah akan pertemukan kita dengan hal baik, orang-orang baik, tempat yang baik, atau setidaknya peluang dan kesempatan untuk bisa berbuat baik. Maka, isilah hati kita dengan prasangka baik, harapan baik, keinginan baik, dan tekad untuk menjadi lebih baik.”-Buya Hamka. (Halaman 37)

Akahkan ini tentang pekara sebuah baiknya orang atau tidak? Melainkan lebih dari sebuah ketulusan seorang perempuan yang kesabarannya seluas samudera. Terkait hati sekalipun, buku ini mengulas dalam makna tersirat bahwa tulus yang selama ini dijalankan itu masih belum ada apa-apanya. Ada yang lebih dari itu dan kalau diteladani sepertinya tidak semudah yang dibayangkan.

Buku ini mengulas tulisan yang tidak berurutan. Sehingga kita bisa bebas memilih bab mana saja yang menarik hati ketika membacanya. Sehingga teknik loncat dalam membaca tidak pula mengurangi pemahaman terhadap suatu pembahasan.

Judul yang paling menyentuh hati saya adalah Sahabat Terbaik pada halaman 85. Tulisannya begitu lembut hingga membuat saya bersyukur memiliki ibu dan terobsesi untuk menyenangkan hatinya. Pada ibu yang melahirkan saya dan tak pernah lelah dalam mendidik anak-anaknya.

Jadilah serupa akar yang gigih, mencari air menembus tanah yang keras demi sebatang pohon. Ketika pohon tumbuh berdaun rimbun, berbunga indah, menampilkan eloknya pada dunia, dan mendapat pujian, akar tidak akan pernah iri. Ia tetap bersembunyi di dalam tanah. Serupa itulah sebuah ketulusan. (Halaman 83)

Buku ini ditulis dengan bahasa yang ringan dan cocok dibaca oleh siapa saja khususnya bagi kita yang ingin lebih menyayangi Ibu. Sebab dengan membacanya, insyaa Allah hati akan digerakkan oleh kelembutan untuk mencintai ibu dan membahagiakannya.

Review Buku Rich Dad Poor Dad

Belajar dari Ayah Kaya dan Ayah Miskin

Review Buku Rich Dad Poor Dad

Tak pernah terpikirkan bahwa saya akan membaca buku ini secara fisik. Setelah beberapa bulan yang lalu saya melihat dan menyaksikan bahwa pembahasan buku ini sangat menarik oleh sobat pustaka yang ada di Kemenkeu.

Apakah memang sebagus itu, atau itu hanya perasaan mereka saja?

Maka ketika saya menemukan lebih dulu covernya di kantor sekolah sebelum melihat review bukunya. Hati saya tidaklah tergerak sama sekali. Barangkali isi bukunya biasa saja pada waktu itu.

Kini saya memahami bahwa Allah Swt memberikan jalan lain padaku untuk bertumbuh. Padahal waktu itu saya mendatangi sang pemilik buku hanya untuk pengalihan isu saking bingungnya ingin mengatakan apa.

Identitas

Judul Buku           : Rich Dad Poor Dad

Penulis                  : Robert T. Kiyosaki

Penerbit                 : Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit          : Cetakan ke 61 : Juni 2021

Jumlah Halaman   : 241

ISBN                     : 978-602-03-3317-5

 

Kenapa saya baru membaca buku ini sekarang? Setelah melalui perjalanan gelap meniti yang namanya keuangan.

Belajar dari buku ini menanamkan mindset pada diri bahwa, "apa yang bisa saya lakukan untuk mendapatkannya?" bukannya menyerah karena gaji yang diterima setiap bulannya. Seperti yang diparodikan di media sosial bahwa kalau ingin menginginkan sesuatu makannya pakai krupuk saja sebulan. Big No, itu adalah pemikiran yang sangat ekstrim.

Padahal bagian awalnya saja itu digambarkan dengan pembahasan dua orang anak kecil yang diajarkan oleh Ayah Kaya tentang keuangan. Mereka disuruh untuk menciptakan uang. Maka dengan polosnya mereka melakukan eksperimen dengan membuat replika uang dengan tembaga perak. Saat Ayah Kaya mengetahui hal itu, ia malah tertawa dan mengatakan bahwa cara mereka memang benar. Namun itu illegal. Sehingga ia menyuruh mereka untuk mendatanginya ketika akhir pekan tiba di kantornya.

Belajar banyak hal, tentu itu harapan semua orang bukan ketika belajar. Sayangnya kedua anak itu justru sangat stress ketika harus menunggu lama Ayah Kaya menghampiri mereka dan mereka hanya menunggu saja di kantor tanpa ada penjelasan. Ternyata hal itu merupakan sebuah bentuk pelajaran dari Ayah Kaya supaya mereka menghargai dan mengetahui nilai waktu. Hingga pada akhirnya mereka setiap akhir pekan bekerja di sebuah perpustakaan, membaca semua buku yang ada, dan memiliki asset untuk kehidupan.

Apa yang membedakan antara Ayah Kaya dan Ayah Miskin?

Pada pelajaran 6 : Bekerja untuk Belajar-Jangan Bekerja untuk Uang adalah pekerjaan yang terjamin adalah segalanya bagi ayah saya yang terdidik. Belajar adalah segalanya bagi Ayah Kaya.

Itulah mengapa Ayah Kaya selalu menyukai belajar, meskipun status pendidikan mereka tidak tinggi.

Judul buku yang artinya Ayah Kaya Ayah Miskin mendeskripsikan sebuah pola asuh di antara kedua. Walaupun begitu, keduanya merupakan Ayah yang sukses.

Kenapa?

Sebab Ayah Kaya memiliki banyak finansial dengan membangun banyak aset.

Sementara Ayah Miskin memiliki banyak ilmu pengetahuan yang bisa dibagikan kepada orang banyak.

Setelah membaca buku ini, rasanya saya memang harus memilikinya suatu hari nanti supaya menyadarkan saya untuk tetap berjuang mencari solusi, alternatif lain untuk mencapai yang namanya freedom finansial.

Meskipun sejujurnya pembahasan buku ini terasa berat di saya, tapi buku ini memanglah terbaik daripada apa yang pernah saya baca. Motivasinya sungguh powerfull yang memberikan sebuah pengajaran bahwa dalam mendidik dalam diam sekalipun itu adalah sebuah pelajaran.

Kita semua adalah karyawan. Hal yang membedakan adalah tingkatannya saja. Penyebab utama kemiskinan atau masalah keuangan adalah ketakutan dan ketidaktahuan, bukan perekonomian, pemerintah, atau orang kaya. (Halaman 39) Itulah mengapa kita menemukan fakta di lapangan ada orang yang memenangkan lotre justru tak berapa lama setelahnya ia masih dalam keadaan miskin. Sekali lagi, ini bukan tentang berapa banyak yang datang di kita, tapi bagaimana kita menyikapi keuangan itu. Sehingga kita mampu mengendalikan uang tersebut, bukan uang yang mengendalikan kita.


What Should I do?

1. Berhentilah melakukan apa yang tidak berhasil dan carilah hal yang baru.

2. Carilah gagasan baru

3. Temukan seseorang yang sudah melakukan apa yang ingin Anda lakukan.

4. Ikut kursus, baca, dan hadiri seminar.

5. Buatlah banyak penawaran

6. Menemukan tawaran yang bagus

7. Joging, berjalan, atau berkendaralah di wilayah tertentu sebulan sekali selama sepuluh menit (Ini untuk riset bisnis properti.

8. Carilah harga murah di semua pasar. Konsumen akan selalu miskin.

9. Carilah di tempat yang tepat

10. Carilah orang yang ingin membeli lebih dulu.

11. Berpikir besar

12. Belajar dari sejarah

13. Tindakan selalu mengalahkan ketiadaan tindakan

 

Untuk berkembang menjadi manusia seutuhnya, kita memerlukan pendidikan mental, fisik, emosional, dan spiritual. (Halaman 221)

 

 

 

Review Lembaga Budi Karya Prof. Dr. Hamka


Review Lembaga Budi Karya Prof. Dr. Hamka

“Liburan ke toko Buku.” Sebuah jargon yang sempat menjadi kebahagiaan tersendiri hingga ada orang baik yang ingin menawarkan buat beliin buku kalau ke toko buku. Tinggal sebutkan berapa nominal bukunya. Hehe … waktu itu situasinya saya memang kehabisan bahan bacaan. Namun setelah berada di bulan September ini, saya tengah berpikir buat menjeda keinginan itu dan mau nggak mau harus  bertanggung jawab menghabiskan buku yang telah ada.

“Please deh Henny jangan rakus jadi orang, sikap tamak itu tidak baik.


Judul                    : Lembaga Budi

Penulis                 : Prof. Dr. Hamka

Penerbit               : Republika

Jumlah Halaman : 206

Tahun Terbit        : Desember 2021

ISBN                   : 978-602-0822-16-7

Diribut runduklah padi

Dicupak Datuk Termenggung

Hidup kalau tidak berbudi

Duduk Tegak ke mari canggung

 

Tegak rumah karena sandi

Runtuh budi rumah binasa

Sendi bangsa ialah budi

Runtuh budi runtuhlah bangsa

Begitulah yang disampaikan buya Hamka pada permulaan buku. Bukan mukaddimah, tapi kalimat penuh dengan makna yang mengajarkan arti bahwa budi sepenting itu ternyata. Siapa tak kenal Budi Bahasa? Berbudi bukan hanya pekara bahasa yang santun, tapi seyogyanya juga perilaku.

Setelah itu barulah Mukaddimah. Padahal baru permulaan, sudah menambah wawasan saja bahwa Rasulullah saw adalah sebaik-baiknya teladan karena beliau diutus tidak lain dan tidaklah bukan hanyalah untuk menyempurnakan akhlak manusia.

Kata Mutiara Lembaga Budi
Gambar 1. Cuplikan kata mutiara Lembaga Budi

Ada sembilan bab yang bisa kita renungkan dalam hidup bagian demi bagiannya. Selebihnya merupakan kalimat bijak kehidupan.

1.       Budi yang Mulia

2.       Sebab Budi Menjadi Rusak

3.       Penyakit Budi

4.       Budi Orang yang memegang Pemerintahan

5.       Budi yang Mulia pada Raja (Iman yang Adil)

6.       Budi Orang yang Membuka Perusahaan

7.       Budi yang Mulia pada Pedagang

8.       Sifat dalam Bekerja

9.       Budi yang Mulia pada Pengarang

10.   Tinjauan Budi

11.   99 Renungan Budi

Cara Penyampain yang Santun

Seperti yang terkenal sebagai jati diri Hamka merupakan seorang ulama. Cara penyampaiannya jelas memilih kosa kata yang satun. Setelah membaca buku ini membuat hati akan selalu berada di lingkaran kebaikan. Kalimat hikmah dalam lembarannya sangat berarti.

Budi yang Mulia pada Pengarang

Pada Budi yang Mulia pada pengarang berisikan tentang Nasihat Abdul Hamid al-Khatib untuk pengarang. Zaman dulu, pengarang memiliki kedudukan yang istimewah di dalam sistem kerajaan dan menjadi tangan kanan kerajaan atau orang kepercayaan. Meskipun surat itu telah berusia seribu tahun sampai sekarang. Namun isinya masih tetap bernilai dan menjadi salah satu pegangan bagi pengarang di zaman modern ini, khususnya pengarang Islam.

“Seorang pengarang mengetahui tata bahasa, rasanya, rahasianya, halusnya, dan kasarnya.” (Halaman 124)

Itulah mengapa para pengarang itu mampu menyajikan hal yang berbeda dalam memberikan sebuah petuah. Mungkin yang tadinya terasa sakit untuk disampaikan, bisa menjadi lebih lembut dan mudah diterima dalam hati. Seperti halnya dokter yang mengobati penyakit, pengarang pengobat penyakit jiwa.

“Memang berat beban tanggung jawab pengarang. Sebab pena yang tidak disertai ‘budi’ selalu menyesatkan rakyat.” (Halaman 127)

Gambar 2. Cover Belakang Lembaga Budi karya Prof. Dr. Hamka

Mood Baca

Buku ini termasuk kategori berat menurut saya karena rentang waktu menyelesaikannya selama delapan hari, jumlah halaman sedikit, dan itu memang benar-benar fokus. Setiap kalimat kadangkala harus berpikir ulang makna apa yang sebenarnya disampaikan oleh penulis saking menyajikannya pilihan kata santun. Walaupun begitu, tidak pula mengurangi seberharganya buku ini untuk dimiliki. Sesulit kata yang dipahami, setelah membacanya walau hanya beberapa lembar memberikan dampak pada diri untuk tidak sombong tentang apapun dan memberikan sebuah pemahaman bahwa diri ini memang tiada apa-apanya karena semuanya adalah pemberian dari Allah swt.

The Changemakers Bersama Jabbar Ali Panggabean

Pembawa perubahan dan berhati mulia adalah orang-orang yang hebat. Bagaimana tidak, di zaman ini masih banyak yang lebih mementingkan diri sendiri dibandingkan orang lain. Namun malah ada yang berusaha membawa peradaban menjadi lebih baik lagi. Mari kita temukan dalam sebuah resensi buku kali ini. Buku yang akan memotivasi diri untuk bermanfaat bagi orang lain. 

Cover depan buku the changemakers karya Jabbar Ali Panggabean

Identitas Buku

Judu Buku           : The Changemakers 

Penulis                 : Ali Jabbar Panggabean

Penerbit               : Qalifa Media

Tahun Terbit        : 2020

Jumlah Halaman  : 336

Tentang Penulis menurut Diary Harumpuspita

Kali pertama bertemu di akhir April 2018, saya mengikuti kegiatan Lembaga Penalaran dan Penelitian Universitas Negeri Medan dan beliau bersama Bang Dicky yang dari Unimed menjadi pembicara di depan podium. Temanya adalah NGOOPI (Nongkrongnya Orang-Orang Peduli Prestasi). Entah kenapa kini aku pun lupa dengan prestasi apa saja yang pernah diraih dan asyik sibuk memperbaiki diri jungkir balik enggak karuan. Oke skip, kembali ke laptop. 

Waktu itu saya tidak tau kalau beliau merupakan seorang penulis buku. Yah, saya follow saja di Instagram sebagai seseorang yang merasa bangga bisa ketemu beliau. Kharismatik, itu sih yang terlintas di benak saya. Suatu hari saya melihat postingan beliau tentang bukunya dan mulai saat itu saya berpikir bahwa Diary Harumpuspita memang harus mengikutinya juga. 

Nah, ketika ia membuka open pre order bukunya. Langsung saya ikutan dan menyelesaikan transaksi. Saya bilang ke teman saya bahwa ada orang hebat yang ingin saya bahas. Namun sayangnya belum kunjung datang. Saya tetap menunggu dan tidak tau kenapa hati ini bilang, tunggu aja. Pasti datang kok dan penantian itu sudah berakhir dalam satu tahun, tiga bulan, 17 hari. Jingkrak tak terkira ketika saya menerima paketan itu sampai di tangan saya. 

Terakhir kali bertemu beliau dan beliau tidak tau aku adalah saat BBW 2019. Waktu itu saya melihat beliau bersama temannya ke barisan buku-buku non fiksi. Wew, saya salah tingkah seperti apa ya. Hm, fans yang ketemu idolanya. Haha … well, teman saya pun ikutan antusias kalau pasal yang beginian. Sempatnya juga sih, terbit satu cerpen di wattpad karena saking menarik mungkin bagi saya. 

Nah, itulah yang terlintas di benak saya tentang beliau. Ternyata, setelah membaca buku beliau. Malah semakin wow rasanya. Saya tahu tentang pemikiran beliau yang cerdas, pantang menyerah, tidak kenal lelah dan kalau kalian ingin meminjam buku ini dari saya pun boleh juga. 

Sebaik-baiknya waktu adalah yang digunakan untuk berhenti berkeluh kesah tentang masa lalu, dan yang digunakan untuk mulai bergerak ciptakan perubahan di masa depan

Resensi

Buku ini ditulis dalam tiga bahasa. Indonesia, Inggris, dan Jerman dalam kata mutiara di awal bab. Multibahasa dan memang menggambarkan sosok orang yang paham dengan pengkodean. Bahasa Jermannya jelas bermakna. Bahkan menganalisa buku ini dalam kurun waktu satu minggu pun kurang menurut saya. Jadinya, ingin belajar lagi dan belajar lagi apa sih maksudnya yang ingin dia sampaikan. Ringan-ringan, tetapi berat juga. Namun secara keseluruhan saya paham. 

Raihlah ilmu dan untuk meraih ilmu belajarlah dengan tenang dan sabar. –Umar ibn Khattab, Penakluk Kerajaan Persia dan Kerajaan Romawi. Ini adalah sebuah Quotes dari sumber yang tidak asing lagi ya kan. Setiap babnya disajikan dengan jenis tulisan yang berbeda dari yang lain.

Berbicara tentang kemenangan. Jabbar menuliskan bahwa, "jika menang adalah tujuan. Maka merancang masa depan yang baik adalah setengah dari kemenangan itu." (Halaman 29) Prinsip inilah yang membuat seorang planner di dalam hidup menjadi lebih tertantang dalam merealisasikan mimpi-mimpi yang belum terwujud. Begitu pula dengan konsep para pembawa perubahan untuk negeri. Jabbar menjelaskan kembali bahwa para Changemaker sejati inilah yang merupakan perancang masa depan. Bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga masa depan tanah air. 

Uniknya, Jabbar menggabungkan kisah inspirasi dari berbagai sumber. Salah satunya dengan kisahnya BJ Habibie, para nabi terdahulu, hingga kisah Einstein. Sebuah pembahasaan yang sangat menarik ketika diulas.  

Rudi, suatu hari kelak banyak orang yang mengamati kamu. Banyak orang yang mengenal kamu. Kamu akan menjadi orang yang paling kesepian di dunia karena mengambil keputusan sendiri, ‘dan kini,” lanjut B.J Habibie, “Saya sudah mengalaminya. Saya harus menghadapinya dan mengambilnya: keputusan sendiri secara cepat.” (Halaman 58)

Begitu pula dengan apa yang disampaikannya. Ada kalanya diri memang perlu mengambil keputusan sendiri atas dalih pertimbangan waktu, secara rasional, dan cepat. Not all readers are leaders, but all leaders are readers. Tidak semua orang yang suka membaca adalah pemimpin. Tapi semua pemimpin adalah orang yang suka membaca. Begitu kata Hary Truman. (Halaman 74)Sejatinya semua pemimpin adalah pembaca. Termasuk pembaca situasi yang ada. Sehingga membangun kepekaan pada diri.

Sekali lagi, buku ini memang tidak akan habis ketika diulas. Saking banyaknya hal yang paling menarik untuk dikisahkan. Mulai dari pekara niat, mimpi, persebaran rencana hidup, hingga bab khusus untuk wanita.  Namun satu hal yang pasti buku ini memang untuk para pembawa perubahan. Baik itu laki-laki maupun perempuan. 

Setelah membaca buku ini, perensensi menyadari tentang jalan pemikiran dari Jabbar itu sendiri. Ialah  mahasiswa cerdas yang tidak pantang menyerah dan cita-citanya begitu mulia, yaitu membangun peradaban. Begitu pula kata-kata mutiara yang tanpa disadari telah membawa motivasi yang tinggi bagi pembacanya.

Buku ini sangat direkomendasikan kembali untuk orang-orang yang ingin membawa perubahan dalam hidup. Termasuk juga seorang pemimpin. Walaupun begitu, kita semua adalah pemimpin bagi diri sendiri.